"Sementara ini ada sekitar 400 hektar lahan pertanian yang gagal panen, khususnya tanaman padi. 400 hektar itu akumulasi dari 10 Kecamatan se-Gunungkidul," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto saat ditemui di Bangsal Sewokoprojo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Kamis (20/6/2019).
Bambang melanjutkan, 400 hektare lahan pertanian yang gagal panen itu terdiri dari 75 hektar lahan di Kecamatan Semin, 194 hektare di Kecamatan Patuk, 10 hektare di Kecamatan Karangmojo, 35 hektare di Kecamatan Ngawen, 6 hektare di Kecamatan Girisubo, 2 hektare di Kecamatan Wonosari, 13 hektare di Kecamatan Playen, 32 hektare di Kecamatan Ponjong, 8 hektare di Kecamatan Nglipar dan terakhir 25 hektare di Kecamatan Gedangsari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, menurut Bambang untuk 1 hektare lahan dapat menghasilkan 5 ton padi. Berkaca dari data tersebut, maka dari pertengahan bulan April hingga bulan Juni ini ada 2.000 ton padi yang gagal panen di Gunungkidul.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan jika hujan tak kunjung turun hingga bulan Oktober dapat dipastikan lahan pertanian yang gagal panen semakin bertambah.
"Karena itu, saat ini kami sedang berupaya untuk mengusulkan bantuan cadangan benih nasional dari pusat (Kementerian Pertanian)," ujarnya.
Terkait adanya kesalahan petani saat memprediksi iklim untuk bercocok tanam, Bambang mengatakan bahwa Dinas Pertanian dan Pangan sebelumnya sudah memberi sosialisasi kepada para petani. Sosialisasi tersebut mengenai cara membaca iklim ketika hendak bercocok tanam.
"Yang jelas kita sudah sosialisasikan, tapi mungkin karena iklim saat ini sulit dibaca dan penyampaiannya kurang update. Sehingga kedepannya kami akan sekolahkan 20 petugas lapangan untuk sekolah iklim, itu agar mereka bisa mensosialisasikan ke petani terkait iklim yang pas untuk bercocok tanam," kata Bambang.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini