Kapan Pakai Kata 'Pun' dan 'Tuang' dalam Bahasa Sunda?

Rebo Nyunda

Kapan Pakai Kata 'Pun' dan 'Tuang' dalam Bahasa Sunda?

Faizal Amiruddin - detikNews
Rabu, 08 Des 2021 13:15 WIB
Bahasa Sunda
Foto: Erna Mardiana
Bandung -

Bahasa Sunda menjadi salah satu bahasa daerah di Indonesia yang memiliki keunikan. Terutama menyangkut tata bahasa yang mengatur tingkatan, mengatur tatakrama atau mengatur kepada siapa seharusnya kata itu diucapkan. Tingkatan kata dalam bahasa Sunda ini dikenal dengan sebutan undak usuk basa.

Salah satu penggunaan bahasa Sunda, yang membuat sering membuat bingung masyarakat bukan suku Sunda, adalah kata ganti orang ketiga atau 'kecap sulur' untuk penyebutan kerabat. Bahkan, masyarakat Sunda sendiri tak sedikit yang keliru dalam pengucapannya, terutama untuk penyebutan keluarga dalam bahasa halus, untuk orang yang lebih tua atau orang dihormati.

Misalnya kata yang bermakna 'ibu saya', dalam bahasa Sunda loma atau bahasa pergaulan teman sebaya, itu berarti 'indung urang'. Namun dalam bahasa Sunda halus, kata itu menjadi 'pun biang'. Kemudian dalam kata yang bermakna 'ibu kamu', dalam bahasa Sunda loma bisa diucapkan dengan kata 'indung maneh'. Tapi dalam bahasa Sunda halus, kata itu berubah menjadi 'tuang ibu'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata kunci dari bahasa Sunda halus yang menunjuk kepada anggota keluarga adalah kata 'pun' yang merujuk kepada anggota keluarga kita, dan kata 'tuang' yang merujuk kepada anggota keluarga lawan bicara. Contoh lainnya adalah 'pun bapa' berarti 'bapak saya', sementara 'bapak kamu' menjadi 'tuang rama'. Kemudian 'anak saya' dalam bahasa Sunda halus 'pun anak', sementara 'anak kamu' menjadi 'tuang putra'.

Penggunaan kata 'pun' dalam bahasa Sunda diiringi kata yang lebih kasar ketimbang kata yang mengiringi 'tuang', ini menggambarkan sosok urang Sunda yang sopan dan rendah hati. Istilahnya 'handap asor'. Orang Sunda merelakan penyebutan untuk keluarga dirinya lebih kasar, ketimbang penyebutan untuk orang lain.

ADVERTISEMENT

Misalnya kata 'adik', dalam bahasa Sunda ada dua pilihan yaitu antara 'adi' yang kasar dan 'rai' yang halus. Maka menunjuk adik sendiri digunakan 'pun adi'. Sementara untuk adik lawan bicara digunakan kalimat 'tuang rai'. Contoh lainnya kata 'istri', untuk istri sendiri menggunakan kalimat 'pun bojo', sementara untuk orang lain 'tuang istri'.

Bagi masyarakat luar suku Sunda, penggunaan kata awalan 'tuang' untuk kata ganti orang ketiga ini tak jarang membuat bingung. Karena kata 'tuang' ini sama maknanya dengan 'makan'. Ketika diucapkan 'tuang istri', mereka kebingungan karena dianggap 'mau makan istri'.

(bbn/bbn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads