Jawa Barat Siaga Bencana Banjir-Longsor hingga 30 April 2022

Yudha Maulana - detikNews
Rabu, 10 Nov 2021 14:15 WIB
Foto: Ilustrasi banjir bandang (Andhika-detikcom)
Bandung -

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menetapkan bencana siaga darurat bencana banjir dan tanah longsor. Status tersebut berlaku dari 15 Oktober hingga 30 April 2022 dan dapat diperpanjang atau diperpendek, sesuai kebutuhan penyelenggaraan penanganan.

Penetapan status tersebut tertuang dalam Kepgub Jabar Nomor : 360/Kep. 606-BPBD/2021 yang tertanggal 19 Oktober 2021. Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil-- mengimbau kepala daerah dan kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar untuk siaga satu menghadapi musim hujan.

"Saya sudah mengimbau kepala daerah bupati wali kota, kepala BPBD siaga satu di musim penghujan ini," kata Kang Emil di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, Kota Bandung, Rabu (10/11/2021).

"Ini musim penghujan sampai Februari-Maret, musim penghujan itu biasanya mengakibatkan dua potensi kebencanaan, satu banjir yang sering kita lihat, kedua adalah longsor biasanya di daerah yang miring," ucapnya.

Kang Emil pun mengimbau masyarakat Jabar agar menjaga kebersihan saluran air termasuk selokan yang berada di lingkungan sekitar serta tidak membuang sampah sembarangan.

"Untuk banjir saya mengimbau masyarakat, karena sebagian dari potensi banjir datang dari sampah yang bikin mampet di gorong-gorong di saluran oleh sampah, mari kita jaga kebersihan, kurangi potensi banjir dengan kitanya disiplin," katanya.

Menurut, kolam retensi Andir yang menjadi infrastruktur pengendali banjir ditargetkan akan rampung dalam dua bulan ke depan.

"Pemerintah terus mengupayakan pengurangan-pengurangan bencana termasuk dua bulan lagi selesai danau (kolam) retensi di Andir untuk melengkapi Danau (Kolam) Retensi Cieunteung dalam mengatasi potensi banjir di Citarum," ucap Emil.

Dengan adanya infrastruktur pengendali banjir, kata Kang Emil, fenomena bencana alam akan berangsur berkurang jika musim penghujan tiba.

"Jadi masih ada (banjir), tapi media boleh bandingkan volumenya sudah berkurang tidak berlama-lama seperti dulu. Tetapi, kita tidak boleh takabur bagaimanapun itu fenomena alam. Tapi ikhtiar dari kami adalah melakukan pengurangan dengan apapun program dan metode untuk mengatasi kebencanaan," tutur Emil.




(yum/bbn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork