Corona Menggila, BOR di RS Rujukan COVID-19 Jabar Capai 90,32 Persen

Sudirman Wamad, Yudha Maulana - detikNews
Minggu, 27 Jun 2021 16:11 WIB
Bandung -

Tren keterisian tempat tidur (BOR) perawatan pasien COVID-19 di Jawa Barat (Jabar) telah menyentuh angka 90,32 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak laman Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar (Pikobar) melakukan pencatatan BOR pada 6 Oktober 2020.

Berdasarkan sumber data dari RS Online Kemenkes per tanggal 26 Juni 2021, total tempat tidur perawatan COVID-19 di Jabar telah terisi 14.300 dari 15.832 tempat tidur di 328 rumah sakit rujukan COVID-19.

Dari 9.146 tempat tidur di zona hijau (kategori tanpa gejala-gejala ringan), 89,48 persen di antaranya telah terisi. Begitu pun dengan tempat tidur di zona kuning (kategoris gejala ringan-gejala sedang) yang telah terisi 92,51 persen dari 5.343 tempat tidur.

Sedangkan di zona merah (gejala berat-ICU tekanan negatif dengan ventilator) telah terisi 90,82 persen dari 534 tempat tidur yang tersedia. Untuk ruang ICU/ruang rawat intensif telah terisi 85,04 persen dari 809 tempat tidur yang tersedia.

Data menunjukkan BOR paling kritis berada di Kabupaten Bandung Barat (KBB), dari 180 tempat tidur telah terisi 176. Hal itu membuat BOR di KBB mencapai 97,78 persen.

BOR kedua tertinggi kedua berada di Kota Tasikmalaya yang telah mencapai 96,4 persen. Dari 222 tempat tidur yang tersedia, 214 di antaranya telah terisi.

Sedangkan di peringkat ketiga ditempati Kota Depok, dari 1.094 tempat tidur yang tersedia, 1.044 di antaranya telah terisi. Hal itu membuat BOR di Kota Depok mencapai 95,43 persen.

Pemprov Jabar sendiri berencana untuk menambah kapasitas TT (tempat tidur) di rumah sakit rujukan COVID-19 sebanyak 2.400 bed. Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jabar Marion Siagian mengatakan pihaknya sudah mengirim surat edaran ke rumah sakit untuk mengonversi 30-40 persen dari total kapasitas TT RS sebagai tempat tidur perawatan COVID-19.

"Kemudian di internal RS sendiri dilakukan refocusing tenaga-tenaga yang melayani non-COVID-19 untuk merawat pasien COVID-19 karena penambahan tempat tidur harus disertai penambahan SDM. Perawatan pasien COVID-19 juga membutuhkan penanganan dari tenaga-tenaga dari berbagai disiplin ilmu yang kompeten di bidangnya," kata Marion dalam Podcast Juara.

"Apalagi penanganan di ruang ICU. Butuh tenaga kesehatan yang memang kompeten dalam mengoperasikan peralatan di ICU. Mereka harus sudah terlatih. Setiap pasien COVID-19 di ICU membutuhkan pengawasan dokter dan perawat yang terus-menerus melakukan pemantauan terhadap status kesehatan pasien tersebut," ujar Marion melanjutkan.




(yum/mso)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork