Jabar Sepekan: Anak Gugat Ayah Rp 3 M - 25 Relawan Uji Vaksin Positif COVID-19

Jabar Sepekan: Anak Gugat Ayah Rp 3 M - 25 Relawan Uji Vaksin Positif COVID-19

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 23 Jan 2021 20:55 WIB
Pendaftaran Relawan Uji Vaksin Sinovac Telah Dibuka, Apa Syaratnya?
Foto: DW (SoftNews)
Bandung -

Sejumlah berita dan peristiwa mencuat selama sepekan di Jabar. Mulai dari anak yang gugat ayah kandung Rp 3 miliar, 25 relawan uji vaksin positif hingga banjir bandang terjang Kabupaten Bogor.

Berikut lima berita yang paling banyak mendapat perhatian publik selama sepekan terakhir:

1. Viral Unggahan Hina Wafatnya Syekh Ali Jaber yang Terungkap Diretas

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jagat maya dihebohkan dengan sebuah unggahan yang menghina wafatnya Syekh Ali Jaber. Unggahan tersebut sudah dihapus oleh pemilik akun, namun tangkapan layarnya tetap tersebar.

Mengetahui hal tersebut, polisi turun tangan untuk mengusut postingan tersebut. Tidak lama berselang datang laporan dari pemilik akun yang mengaku unggahan itu bukan buatannya.

ADVERTISEMENT

Pemilik akun yang masih berusia 14 tahun menyebut akunnya telah diretas. Keluarga bocah tersebut bahkan telah memberikan keterangan ke pihak kepolisian.

Kasatreskrim Polres Sukabumi AKP Rizka Fadhila mengatakan telah turun tangan menangani kasus ini. Hasil penyelidikan sementara, akun Facebook yang mengunggah nada penghinaan itu telah diretas.

"Ini juga kami sedang lakukan pemeriksaan dari hasil pemeriksaan itu memang sesuai dengan hasil keterangan klarifikasi yang bersangkutan memang untuk akun FB pada saat posting itu memang dia dihack bukan dia yang memposting," ungkap Rizka, Jumat (15/1).

Rizka mengatakan pihaknya sudah mengumpulkan bukti-bukti lainnya terkait kasus tersebut. Termasuk orang yang diduga meretas akun tersebut.

"Mengenai masalah itu kita juga sudah dapatkan chat-chatan terhadap orang yang diduga menghack akun sedang kita dalami. Termasuk juga untuk menghilangkan akun-nya itu juga orang yang menghack itu karena dia sebelum posting itu sudah kehilangan kendali terhadap akun FB nya itu," jelas Rizka.

Soal pemilik akun asli, Rizka hanya menyebut seorang siswi SMP berusia 14. Yang bersangkutan tinggal bersama Pamannya.

"Jadi memang nanti kita akan dalami dari hasil message di FB kemudian kontak di hp kita akan dalami lagi hasil siapa orang yang berusaha mengupload atau memposting itu dengan akunnya si anak ini. Anak ini usia 14 tahun dan masih SMP, dia ikut dengan om-nya," ujar Rizka.

Orangtua siswi tersebut F pun mengaku putri dan dirinya mendapat perundungan akibat kasus ini. Ia kini tengah mengumpulkan bukti netizen yang telah merundungnya untuk dibawa ke proses hukum.

"Banyak orang yang tidak mencari tahu kejadiannya seperti apa sebenarnya, mereka mengunggah foto saya kemudian ditambahi kalimat-kalimat tidak pantas dan melecehkan. Banyak juga yang diarahkan ke saya," kata F kepada detikcom, Sabtu (23/1/2021).

F mengaku sudah menyimpan tangkapan layar dari para perundung tersebut, selain pendampingan hukum P2TP2A juga menawarkan pemulihan psikoligis bagi F dan keluarganya.

"Ibu Bupati Sukabumi selaku ketua P2TP2A sudah menawarkan bantuan hukum, termasuk mengawal proses di kepolisian yang saat ini berjalan terkait peretasan akun anak saya. Sudah keterlaluan, karena akun yang diretas itu juga kembali aktif dan mengunggah kalimat yang kurang pantas," lanjut F.

"Akun media sosial saya diserbu, bahkan ada yang kirim pesan ancaman mau geruduk rumah, mau gorok segala macam," sambungnya.

F berharap pihak kepolisian segera bisa mengungkap peristiwa tersebut dan memunculkan siapa pelaku di balik penghinaan terkait wafatnya Syekh Ali Jaber.


2. 25 Relawan Uji Vaksin Positif COVID-19

Ketua Tim Uji Klinis COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil mengungkapkan ada 25 relawan uji klinis vaksin sinovac yang terkonfirmasi COVID-19. Relawan positif Corona itu terdiri dari 18 penerima plasebo dan tujuh orang yang telah mendapatkan dua kali vaksinasi.

"Untuk uji klinis kemarin itu kan ada yang dapat vaksin, ada yang dapat plasebo. Nanti dilihat berapa yang sakit dapat vaksin, berapa yang sakit dapat plasebo. Dari hasil kemarin yang dapat vaksin yang sakit (terpapar COVID-19) tujuh, yang dapat plasebo 18 (relawan)," kata Kusnandi di tempat praktiknya, kawasan Sukajadi, Kota Bandung, Senin (18/1/2021).

Menurut Kusnandi, penerima vaksin itu tertular saat berkegiatan di luar. Rata-rata bagi yang terpapar tapi telah menerima vaksin, gejala COVID-19 yang dialaminya masuk dalam kategori ringan.

"Karena kan yang ikut uji klinis banyak yang ke mana-mana, dan boleh kemana-mana. Kita tetap kontrol dan dia kalau ada gejala di-swab sama kita. Tapi sebagian besar itu bergejala ringan dan enggak dirawat," tutur Kusnandi.

"Nah yang plasebo ada yang dirawat. Orang yang diuji klinis itu boleh kemana-mana, enggak ada yang dilarang sehingga dia mempunyai kesempatan dapat penyakit sama dengan normal," dia menambahkan.

Terpaparnya 25 relawan dari 1.620 relawan yang ikut dalam proses uji klinis, kata Kusnandi merupakan hal yang wajar. Data ini lah yang memepengaruhi besaran efikasi vaksin COVID-19 dari sinovac. BPOM RI telah mengumumkan efikasi dari vaksin tersebut berada di kisaran 65 persen.

"Nanti dilihat berapa yang sakit dapat vaksin berapa yang sakit dapat plasebo. Dari hasil yang kemarin yang dapat vaksin yang sakit 7, yang dapat plasebo 18. Kan yang diuji klinis ada 1.620 relawan, artinya 8.810 per tiap-tiap kelompok jadi yang dapat vaksin itu 7/810 berapa persen, 18/810 berapa persen. Nanti dilihat perbandingannya berapa jadi hasil itu berapa dikali 100 persen hasilnya segitu (65 persen)," tutur Kusnandi.

Ia menegaskan kembali bahwa orang yang telah mendapatkan vaksinasi masih bisa tertular, meski potensi tersebut bisa diminimalisasi oleh vaksin. "Vaksin itu supaya tubuh kebal terhadap penyakit, tapi ada beberapa orang yang mempunyai gangguan (tidak terbentuk) kekebalan, contohnya orang yang makan obat-obatan tertentu atau terkena penyakit misal leukimia, jadi kemungkinan tetap tertular," ucap Kusnandi.

3. Anak Gugat Ayah Kandung Rp 3 M Gegara Soal Sewa Rumah

Seorang anak nekat menggugat ayah kandungnya sendiri secara perdata senilai Rp 3 miliar. Gugatan itu dilakukan gegara masalah sewa rumah.

Gugatan itu dilayangkan oleh seorang bernama Deden terhadap R. E Koswara. Deden diketahui merupakan anak kedua dari Koswara.

Kuasa hukum Koswara, Bobby Herlambang Siregar menuturkan kasus ini bermula saat Deden menyewa sebagian rumah milik Koswara di Jalan AH Nasution, Kota Bandung. Deden menyewa sebagian rumah itu sejak 2012.

"Nah di tahun 2020, bapaknya ini ada rencana menjual tanah karena kebutuhan biaya. Akhirnya sewa menyewa dibatalkan, dikembalikan," ujar Bobby saat ditemui di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Selasa (19/1/2021).

Singkat cerita, tergugat tak terima. Dia pun mengajukan gugatan secara perdata ke PN Bandung. Dalam gugatannya, penggugat meminta uang Rp 3 miliar.

"Awalnya memasang plang baliho di rumah bapaknya. Dimulai saat itu, terjadi konflik. Padahal anaknya nggak punya hak karena orangnya masih hidup. Belum ada hak waris apapun. Di situ konflik terjadi, tekanan bapaknya ditekan," tuturnya.

Lebih miris lagi, penggugat Deden menggunakan kuasa hukum bernama Masitoh. Masitoh ternyata masih anak kandung dari Koswara.

"Pak Koswara ini punya enam anak. Imas anak pertama di pihak kita. Deden (penggugat) anak kedua. Masitoh anak ketiga itu kuasa hukum penggugat. Jadi yang menggugat ini Deden dan kuasa hukumnya Masitoh. Anak keempat laki-laki, anak kelima perempuan namanya Hamidah termasuk tergugat anak keenam penggugat," kata dia.

Namun belum sempat membela kakaknya untuk menggugat ayah mereka, Masitoh meninggal dunia sehari sebelum sidang pekan lalu. Ia dikabarkan mengalami pembengkakan jantung.

Kuasa hukum tergugat lainnya, Andri Andrea mengatakan saat ini ada puluhan kuasa hukum yang membela tergugat. Menurutnya kasus ini sudah bergeser dari norma moral.

"Sangat memprihatinkan. Kenapa kita sampai turun, di sini sudah tergeser nilai dan norma moral Pancasila apalagi antar anak dan orang tua," katanya.


4. Banjir Bandang Terjang Puncak Bogor

Banjir bandang menerjang rumah warga di kawasan Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor, Selasa (19/1/2021). Sebanyak 900 orang mengungsi dan 7 bangunan rusak akibat kejadian itu.

Sempat terjadi dua kali banjir bandang. Pertama, berlangsung pukul 09.00 WIB. Kedua, banjir bandang terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Warga menceritakan bagaimana dahsyatnya banjir bandang yang menerjang Kampung Gunung Mas.

Daman (62), warga setempat, mengatakan banjir bandang pertama itu membuatnya panik. Saat itu, Daman yang berada di dalam rumahnya tiba-tiba mendengar suara derasnya air mengalir.

"Saya keluar rumah kan, mau cek-cek maksudnya. Pas lihat itu sungai airnya besar sekali, saya lari ke atas," kata Daman.

"Pas kejadian nggak hujan besar, cuma memang agak gerimis," dia menambahkan.

Sewaktu banjir bandang pertama, Daman menyebut aliran air lumayan besar. Namun yang membuatnya khawatir, banyak pohon kecil yang tumbang dan terbawa arus sungai.

"Banjirnya memang besar juga yang pertama, banyak batang pohon ikut kebawa arus. Kejadiannya nggak lama, nggak sampai satu jam" ujar Daman.

Banjir bandang pertama pun mereda. Aliran Sungai Cisampay yang sempat meluap dan membawa lumpur pun surut.

Daman dan adik-adiknya kemudian bergegas membersihkan lumpur yang mulai masuk ke rumah. Hal serupa juga dilakukan warga lainnya sambil mencoba mengevakuasi barang-barang dari dalam rumah.

Namun, pukul 12.00 WIB, banjir bandang kedua terjadi. Debit air yang lebih besar dari sebelumnya datang dengan tiba-tiba dibarengi suara gemuruh.

"Pas kejadian kedua itu posisi saya lagi bersih-bersih lumpur. Tiba-tiba ada suara gemuruh, brak, bruk, gitu. Banyak pohon yang roboh, kebawa air, nabrak-nabrak rumah," tuturnya.

"Saya langsung lari, adik saya juga langsung ke atas (selamatkan diri ke tanah yang lebih tinggi). Pokoknya kaget semua itu, suaranya seram," tambah Daman.

Akibat banjir bandang yang kedua, kamar dan ruang dapur rumah adik dari Daman ambruk tersapu banjir bandang. Dua buah pohon besar yang berada di belakang rumah Daman tumbang dan menimpa kediaman adiknya.

"Alhamdulillah kalau anggota keluarga enggak ada yang luka. Ada lima orang tinggal di sini, ada bayi juga yang usianya baru 10 hari. Alhamdulillah semuanya selamat," ucap Daman.


5. Saung Angklung Udjo Terancam Tutup Imbas Pandemi COVID-19

Saung Angklung Udjo (SAU) babak belur dihantam pandemi COVID-19. Sejak didirikan tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya, Uum Sumiati, tempat pertunjukan dan pelestarian alat musik angklung ini kini terancam gulung tikar.

Dirut SAU Taufik Hidayat mengatakan sejak virus Corona merebak 10 bulan yang lalu kegiatan seni pertunjukan turut dibatasi. Hal itu berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

"Ya kan sudah umum, karena COVID-19. Maksudnya pengunjung sulit, karena regulasi pemerintah dan banyak faktor, ya saya maklum," ucap Taufik saat dihubungi detikcom.

"Pemerintah melarang banyak berkumpul, sedangkan aktivitas kita basic-nya berkumpul, virtual ada tapi tidak cukup signifikan hasilnya," katanya melanjutkan

Ia menyebut, sejak pandemi COVID-19 melanda, pihak pengelola sangat terseok-seok untuk menjalankan bisnis Saung Angklung Udjo. "Sekarang-sekarang ini lebih parah," ucapnya.

Sebelum pandemi COVID-19, SAU merupakan sanggar sekaligus laboratorium instrumen musik dari bambu yang menyenangkan. Lewat permainan musik kolaboratif yang ditampilkan, SAU pernah memukau sejumlah tokoh nasional, bahkan selebritis dunia.

Salah satunya pebalap Moto GP Marc Marquez yang pernah dibuat terpukau oleh penampil dari SAU. Kala itu, pria asal Spanyol itu turut serta dalam upaya mengenalkan angklung sebagai warisan budaya dunia yang telah diakui oleh UNESCO pada 10 Februari 2019.

Menariknya, pada saat membawakan lagu Despacito, vokalis Arumba menarik Marquez untuk berdiri dan ikut bernyanyi bersama. Di luar dugaan, Marquez tampak aktif bernyanyi juga bergoyang bersama-sama. Pengunjung yang melihat Marquez bergoyang pun sontak terkejut dan berlomba mengabadikan momen langka tersebut.

Acara kemudian dilanjutkan dengan bersama-sama menyanyikan lagu Rasa Sayange. Panitia juga mengajak beberapa orang untuk menari bersama ke tengah stage. Marquez juga sempat mengungkapkan rasa senangnya dengan berbagai pertunjukan yang disuguhkan SAU.

Bahkan Saung Angklung Udjo pun pernah membuat pertunjukan kolaborasi dengan Shirley Temple-nya Indonesia, Sherina Munaf.

Jauh - jauh hari sebelum Marc Marquez menyambangi Saung Angklung Udjo, delegasi negara peserta Konferensi Asia - Afrika (KAA) 1955 di Bandung pernah dipukau oleh permainan angklung yang dimainkan oleh Udjo dan gurunya Daeng Soetigna. Pada momen bersejarah itu,para pemimpin negara-negara di Asia dan Afrika dibuat kompak lewat alunan musik angklung.

Halaman 2 dari 5
(dir/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads