Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat, selama sepekan terakhir. Dari mulai permintaan maaf pilot Sriwijaya Air kepada keluarga sebelum jatuh hingga geger tanaman hias dibarter rumah seharga Rp 500 juta.
Berikut rangkuman beritanya:
Permintaan Maaf Kapten Afwan Kepada Keluarga Sebelum Sriwijaya Air Jatuh
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapten Afwan menjadi satu dari puluhan korban Pesawat Sriwijaya Air. Pilot senior ini, menunjukkan gelagat yang berbeda kepada keluarga saat hendak berangkat kerja. Kapten Afwan, meminta maaf kepada istri dan anaknya.
"Cuma memang kalau yang biasanya kalau mau pergi kerja itu cuma biasa saja, hanya salaman dan lain-lain, kemarin (Sabtu, 9/1) itu beliau minta maaf dulu sama istri dan anak-anak. Nggak tahu apa sebabnya," kaya keponakan Kapten Afwan Reza kepada detikcom, Minggu (10/1).
Selain itu, pakaian yang digunakan Kapten Afwan untuk bekerja belum disetrika dan lecek.
"Terus juga kalau biasanya pakaiannya rapih, kalau kemarin itu pakaiannya lecek (belum disetrika). Ngga tanya kenapa-kenapanya yah, mungkin dikira karena terburu-buru atau apa," ujar Reza.
Keponakan Kapten Afwan lainnya, Toni Adrian (42) mengatakan, anak sulung Kapten Afwan sudah berangkat ke Jakarta untuk melakukan tes DNA, Minggu (10/1) lalu.
"Keluarga sudah pada kumpul, kemudian yang tes DNA itu anak yang pertama Kapten Afwan, Shafira," ujar Toni.
Toni berharap, kondisi Kapten Afwan masih dalam kondisi baik-baik saja dan mendapat pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa.
"Kita masih tetap berdoa ya, di setiap sholat, masih berharap masih dalam keadaan baik-baik saja dan dapat pertolongan Yang Maha Kuasa," ucap Toni.
Seperti diketahui, Kapten Afwan merupakan mantan penerbang TNI AU yang diakui keluarga kini bekerja sebagai pilot di maskapai Sriwijaya Air.
KaptenAfwan juga disebut pilotSriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan utara Jakarta pada Sabtu (9/1/2021) sore. Ada 52 penumpang dan 12 kru pesawatSriwijaya Air yang naas itu. Mereka terdiri dari 40 orang dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi.
Jagat media sosial Tik-Tok di Purwakarta dihebohkan oleh video oknum dokter yang meng-upload video dan menolak melakukan vaksinasi COVID-19.
Video ini tersebar luas, dari video yang dilihat suara dalam video ini merupakan suara Presiden Jokowi dengan gambar tenaga kesehatan (nakes)
"Yang hadir di sini ada yang ingin di vaksin? Ada yang ingin di suntik vaksin, mau? Gak ada yang mau? Gimana sih takut apa?" ujar suara presiden dalam video itu.
Dari hasil penelusuran, peristiwa itu terjadi di RS swasta di Purwakarta. Informasi ini dibenarkan oleh IDI Cabang Kabupaten Purwakarta.
"Memang betul (video viral) dibuat oleh satu orang dokter dan 4 perawat di rumah sakit ini. Video itu dibuat pada Jumat (8/1) kemarin," kata Ketua IDI Purwakarta dr Susilo Atmodjo ditemui detikcom di RSUD Bayu Asih Purwakarta, Sabtu (9/1) lalu.
Lalu apa maksud dan tujuan video itu dibuat? Dari keterangan manajemen RSUD Bayu Asih, video itu dibuat untuk hiburan. Tidak bermaksud menghasut atau membuat kegaduhan dan atau menolak divaksinasi.
"Setelah saya bertanya dan dapat dari narasumbernya, video itu untuk hiburan mereka, rupanya mereka cukup tertekan karena sehari-hari harus di IGD setiap hari menangani pasien COVID, kemudian dalam ancaman penyakit yang sama seperti kita ketahui bisa menjadi berat dan meninggal. Kami menyayangkan membuat hiburan tidak dengan cara seperti itu karena saat ini harus bisa membaca situasi apalagi tema yang diangkat tema tentang vaksinasi," ungkapnya.
IDI Purwakarta melakukan peneguran terhadap RSUD Bayu Asih. Bakhan menurutnya, orang-oramg yang ada di video itu sudah meminta maaf.
"Semua yang terlibat di video itu sudah meminta maaf kepada pihak rumah sakit dan sudah membuat berita acara," tutup Susilo.
Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya sudah melakukan peneguran kepada oknum nakes dan dokter di rumah sakit tersebut.
"Saya sudah telusuri, itu main-main dan itu mengobati stres dengan bermain TikTok dan rekam video, tapi setelah ditelusuri tidak diniatkan. Tapi, kami sudah tegur," ujar Emil.
Emil juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak bermain-main terlebih masalah pandemi COVID-19 ini. Sebab, hal itu sangat sensitif di kondisi saat ini.
"Namanya hiburan atau main-main jangan menggunakan isu yang sedang sensitif ya, sehingga diterjemahkan itu sebagai serius dan menimbulkan opini yang tidak perlu, jadi saya titip di situasi pandemi yang semua orang capek dan stress, hindari mencari hiburan menggunakan isu yang sangat sensitif seperti itu, mohon jangan diulangi lagi," Pungkas Emil.
Warga Kabupaten Garut, Jabar dibuat heboh dengan seorang pencinta tanaman hias membarterkan rumah miliknya Rp 500 juta dengan tanaman hias. Hal itu dilakukan oleh, Hidmat Syamsudin yang merupakan seorang pecinta tanaman hias asal Garut.
Proses barter barang yang tak biasa ini, dilakukan Hidmat pada Sabtu, (9/1) lalu. Dia menukar rumah-tanaman hias dengan seorang pedagang tanaman di Depok, Jawa Barat.
Kepada detikcom, Hidmat mengaku, ia mengetahui tanaman-tanaman hias cantik itu melalui media sosial. Dari situ, terjadi proses negosiasi dengan penjual hingga akhirnya barter tersebut disepakati.
Lebih dari 40 tanaman hias jenis aroid yang didapat Hidmat hasil dari barter rumah senilai Rp 500 juta itu. Tanaman itu terdiri dari beragam ukuran. Ada yang mini, ada juga yang tingginya mencapai satu meter.
"Di antaranya jenis philodendron billietiae variegata dan king monstera variegata thai cobstellation," kata Hidmat.
Seperti tanaman philodendron billietiae variegata, Hidmat menyebut tanaman itu seharga Rp 55 juta. Sedangkan king monstera variegata thai constellation Rp 60 juta rupiah.
Menurutnya, investasi jadi salah satu alasan dia rela tukar rumah ratusan juta miliknya dengan tanaman hias. "Jadi lebih ke barter investasi sebenarnya," uajarnya.
Puluhan tanaman tersebut kini sudah berada di kediaman Hidmat yang terletak di Tarogong Kidul, Garut. Sedangkan sertifikat rumah Hidmat sudah diberikan ke pedagang asal Depok yang diketahui bernama Mario.
Sementara itu, penjual tanaman hias Mario mengatakan, rumah Rp 500 juta itu ditukar dengan 200 pot tanaman hias.
"Saya juga kan data-datanya ada tanamannya, terus dia pilih sekitar 200-an pot tanaman, tapi saya masih kurang, masih sekitar 10-an pot lagi ke pembeli," kata Mario, Rabu (13/1) lalu.
Dari total tanaman hias itu, ada berbagai jenis yang diberikan Mario kepada pembeli. Kebanyakan jenis philodendron.
"Ada philodendron, monstera, caladium, aglonema, anthurium, alocasia. tapi kebanyakan yang diambil itu philodendron yang sekarang lagi hits," jelasnya.
Mario mengaku kaget terhadap pembeli yang secara langsung menawarkan barter rumah dengan koleksi tanamannya. Dia menyebut transaksi ini merupakan yang terbanyak selama dia menjual tanaman yang biasanya hanya puluhan juta rupiah.
"Ini yang terbanyak, paling ada juga yang Rp 30 juta, puluhan juta, tapi kok ada yang diborong semua gini. Saya juga kaget, kok dituker dengan rumah," ujarnya.
Transaksi bisnis tanaman ini disorot pakar, Ai Yanti Rismayanti, dosen Fakultas Pertanian Universitas Garut mengatakan, hal itu bisa jadi murni bisnis.
"Ini bisa murni bisnis. Ada keyword barter rumah dengan puluhan tanaman hias, walaupun tidak jelas apa saja yang masuk di daftar (tanaman) tersebut, lalu kemana pasarnya, tapi kalau jumlahnya puluhan bisa masuk akal. Karena tanaman hias untuk 1 pohon saja sebagai ornamen di rumah-rumah di Pondok Indah juga bisa berharga puluhan juta," kata Ai.
Ai menilai harga tanaman yang sangat fantastis dan terkadang cenderung tidak masuk akal ada kaitannya dengan market creator.
"Harga yang sangat tinggi dan terkadang tidak masuk akal ada hubungannya dengan para market creator. Menjadi pihak ketiga di tengah-tengah penjual dan konsumen. Karena unik, langka dan lainnya,"tuturnya.
Seorang mahasiswa Telkom University, Bandung, Fathan Ardian Nurmiftah (19) menjadi korban pembunuhaan oleh seorang dukun Jhovi Fernando (30) di Karawang, Jawa Barat.
Kapolres Karawang AKBP Rama Samtama Putra mengatakan, korban dihabisi secara brutal di indekos pelaku hingga tewas.
"Pelaku membenturkan kepala korban ke dinding kamar kost, kemudian mencekik korban hingga tewas," kata Rama, Jumat (15/1) kemarin).
Dari informasi yang digali pihak kepolisian, kedatangan korban ke indekos tersangka disebut-sebut untuk berkonsultasi ilmu supranatural.
Nahaas bagi korban, kunjungannya ke tempat indekos Jhovi bakal berujung maut. Ia pun tak curiga kepada pelaku yang baru dikenalnya selama sepekan itu melalui Facebook. Namun rupanya, Jhovi hanya membual dan tak punya kemampuan supranatural.
"Kepada korban, pelaku mengaku punya kemampuan paranormal dan bisa mengeluarkan sosok gaib di tubuh korban," ujar Rama.
Dari pengakuan Jhovi, Fathan sempat mengaku bisa meminjamkan uang kepada Jhovi. Di tempat kejadian itu, Jhovi kemudian menagih janji Fathan untuk meminjamkannya uang. Namun, hal itu tidak terjadi.
Jhovi yang sebetulnya pengangguran itu kemudian naik pitam karena Fathan tidak jadi meminjamkannya uang. "Pelaku mengaku sakit hati terhadap ucapan korban," ucap Rama.
Rama menyebut, sebelum dibuang, jasad korban disimpan di indekos tersangka selama dua hari. "Selama dua hari, jenazah Fathan disimpan di dalam kamar pelaku," ujar Rama.
Tidak sendirian, untuk membuang mayat korban, tersangka meminta bantuan temannya Husain Abdurrahim (21) yang merupakan warga Jakarta berprofesi sebagai ojek online.
"Kedua pelaku mengikat dan membungkus korban menggunakan plastik, sarung dan bed cover," ungkapnya.
Pada Selasa, (12/1) malam, Jhovi meminjam satu unit minibus dengan untuk mengangkut mayat korban yang sudah dibungkus. Lantaran tak bisa menyetir, keduanya meminta tolong kepada Rio Hadiyan (23).
Saat tiba di Jalan Kecemek-Jarong, Dusun Kecemek, Desa Bayur Kidul, Cilamaya Kulon, jenazah Fathan yang sudah terbungkus dibuang ke pinggir sawah. Jenazah itu terendam air selokan dan ditemukan dua warga yang tengah lari pagi, Rabu (13/1).
Meski korban sudah tewas, tersangka kemudian mengambil ponsel korban. Ia membuka aplikasi WhatsApp dan mengirim pesan kepada keluarga Fathan dengan meminta uang Rp 400 juta jika masih ingin bertemu dengan korban.
Jhovi menyertakan nomor rekening bank milik Husain Abdurrahim (21). Membaca pesan itu, keluarga Fathan berasumsi Fathan diculik. Keluarga kemudian mendatangi kantor polisi dan melaporkan kehilangan Fathan.
Usai meminta uang kepada keluarga korban, tersangka menjual dua ponsel milik korban. Tak hanya itu, tersangka juga disinyalir menjual motor milik Fathan. Polisi menduga uang hasil penjualan benda milik korban digunakan untuk biaya kabur.
"Sampai sekarang, kita masih mencari motor milik korban. Sementara ponsel korban memang dijual pelaku. Motifnya sementara disinyalir uang itu digunakan pelaku untuk kabur. Kita masih coba dalami," jelas Rama.
Viral warga Sukabumi, Jawa Barat mengunggah postingan yang menghina wafatnya Syekh Ali Jaber. Unggahan tersebut sudah dihapus oleh pemilik akun, namun tangkapan layarnya tetap tersebar.
Tidak lama, datang laporan dari pemilik akun yang mengaku unggahan itu bukan buatannya setelah Polisi turun tangan untuk mengusut kasus tersebut.
Usut punya usut, akun Facebook itu milik bocah berusia 14 tahun. Keluarga bocah tersebut bahkan telah memberikan keterangan ke pihak kepolisian.
"Hasil pemeriksaan itu memang sesuai dengan hasil keterangan klarifikasi yang bersangkutan memang untuk akun FB pada saat posting itu memang dia dihack bukan dia yang memposting," kata Kasatreskrim Polres Sukabumi AKP Rizka Fadhila, Jumat (15/1) kemarin.
Rizka mengatakan, pihaknya sudah mengumpulkan bukti-bukti lainnya terkait kasus tersebut. Termasuk orang yang diduga meretas akun tersebut.
"Mengenai masalah itu kita juga sudah dapatkan chat-chatan terhadap orang yang diduga menghack akun sedang kita dalami. Termasuk juga untuk menghilangkan akun-nya itu juga orang yang menghack itu karena dia sebelum posting itu sudah kehilangan kendali terhadap akun FB nya itu," jelas Rizka.
Soal pemilik akun asli, Rizka hanya menyebut seorang siswi SMP berusia 14. Yang bersangkutan tinggal bersama pamannya.
"Jadi memang nanti kita akan dalami dari hasil message di FB kemudian kontak di hp kita akan dalami lagi hasil siapa orang yang berusaha mengupload atau memposting itu dengan akunnya si anak ini. Anak ini usia 14 tahun dan masih SMP, dia ikut dengan om-nya," ujar Rizka.
Sementara itu, Kepala Desa Jayanti Sukabumi Nandang buka suara soal unggahan di Facebook berisi penghinaan atas wafatnya Syekh Ali Jaber yang mengatasnamakan salah seorang warganya.
Nandang memastikan unggahan itu dibuat oleh seseorang yang meretas akun media sosial warganya. Orang tua pemilik akun sudah mendatangi kantor desa dengan membawa sejumlah bukti-bukti.
"Betul itu warga Jayanti, dari malam memang saya sudah memantau. Koordinasi dengan Babin, komunikasi juga dengan rekan-rekan yang ada di grup desa. Terus tadi pagi kebetulan ada orang tuanya ke desa, kemudian diarahkan untuk lapor ke polres. Tinggal beberapa data dan fakta tentang hacker-nya," ujar Nandang
Nandang menjelaskan persoalan itu sudah dilaporkan ke Polres Sukabumi. "Kasusnya sudah dilimpahkan dilaporkan ke pihak polres, keluarga juga meminta kasus itu segera ditangani. Apalagi ibu si anak ini memegang beberapa bukti mengenai bahwa si hacker-nya betul ada infonya orang Cimaja, cuma posisinya ada di Cianjur. Data itulah yang menjadi bekal si orang tua. Bikin laporan kedua kali agar di tangani pihak polres," jelas Nandang.
F orang tua anak, yang FB nya diretas akibat mengunggah kalimat penghinaan atas wafatnya Syekh Ali Jaber mengaku tidak nyaman karena mendapatkan perundungan. Tidak hanya menyerang pribadi, perundungan juga dialami F termasuk aktivitas politiknya.
"Abdi (saya) jadi korban perasaan, bully, di jelek-jelek hanya sabar lah karena seperti itu cobaannya. Lebih ke malu, tapi bagaimanapun kita enggak bersalah. Nama baik terasa hancur, jadi jelek," ujar F ibunda pemilik akun melalui sambungan telepon, Sabtu (16/1).
F mengaku sempat beberapa kali berusaha mengklarifikasi persoalan tersebut. Namun menurutnya hal itu tidak cukup karena pro dan kontra warganet tetap akan terjadi. Ia memilih untuk melaporkan peristiwa tersebut ke pihak kepolisian.
"Ya Allah kita terima dengan ikhlas kita tidak melakukan namun intinya (menanggung) malu, tapi kita punya pondasi iman, sabar saja. Menunggu pihak kepolisian ini tuntas, nanti kita klarifikasi bersama didampingi kepolisian bisa menyimpulkan. Kita minta maaf kepada keluarga Syekh Ali Jaber, kepada masyarakat Indonesia, intinya seperti itu, kita menunggu hasil penyelidikan sesuai prosedur yang ada," paparnya.
F mempercayai akun medsos putrinya diretas seseorang. Ia juga berterimakasih karena gerak cepat yang dilakukan aparat desa bersama kepolisian yang langsung menangani persoalan tersebut.