Seiring berjalannya waktu, berdiri sejumlah kawasan industri yang berisi pabrik manufaktur di Karawang. Berbagai perusahaan manufaktur dengan teknologi canggih dan tenaga kerja handal ini membuat standar upah di Karawang meningkat. Hingga saat ini, Karawang selalu menjadi daerah dengan UMK tertinggi di Indonesia.
"Industri manufaktur itu butuh tempat luas tapi pekerjanya tak sebanyak garmen. Sekarang bahkan banyak robot. Kalau padat karya, pabrik 4 hektare isinya bisa sampai 8 ribu orang," kata Aep.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu membuat industri padat karya di sektor tekstil dan sandang hengkang bahkan bangkrut. Menurut data Disnaker, pada 2015 tercatat ada 24 pabrik garmen dan sepatu hengkang dari Karawang.
Alasannya, perusahaan padat karya tak sanggup menggaji buruh karena mempekerjakan manusia lebih banyak.
"Produk garmen ini kan harganya murah. Alhasil pengusaha ini menghitung, jika ikut standar UMK Karawang, mereka tidak akan untung. Makanya mereka eksodus," kata Aep.
Dalam agenda kampanye itu, Aep juga menanggapi keluhan pedagang Pasar Kosambi. Eri Widyatmoko, pedagang di Pasar Kosambi berharap pasar mereka direnovasi. "Kami harap ada renovasi pasar karena kalau hujan suka banjir," kata Eri.
Menanggapi hal itu, Aep menyatakan kesanggupannya. Aep mengaku, ia dan Cellica bakal mengupayakan renovasi Pasar Kosambi jika terpilih.
"Akan kami perjuangkan. Karena Pasar Kosambi adalah satu dari dua Pasar Desa tradisional yang tersisa di Karawang," kata Aep.
Renovasi pasar itu juga bakal diperjuangkan oleh Sabil Akbar, Anggota DPRD Jabar dari Partai NasDem. Sebagai anggota Badan Anggaran, DPRD Jabar, Sabil mengaku bakal mengawal anggaran untuk renovasi Pasar Kosambi. "Kita sebagai anggota legislatif bakal mensupport dan memperjuangkan harapan Pedagang Kosambi. Pastinya kita selalu mendukung penuh apa yang diperjuangkan Cellica-Aep,"ungkap Sabil.
(mud/mud)