Cimahi -
Meski hanya kota kecil di sebelah barat Kota Bandung, Kota Cimahi sebagai kota garnisun memiliki jejak panjang sejarah perjuangan yang dimulai sejak jaman kolonialisme, pendudukan Jepang, hingga perang kemerdekaan.
Hal itu dibuktikan dari bertebarannya bangunan bersejarah di Cimahi seperti tangsi-tangsi militer Belanda yang kini difungsikan sebagai pusat pendidikan militer. Lalu ada bangunan bersejarah lainnya, yang masih bertahan dengan bentuk asli maupun diubah hingga hilang ciri khas.
Tak banyak catatan sejarah yang memuat bagaimana heroiknya pahlawan melakukan pertempuran di masa penjajahan Jepang dan Belanda. Namun ada beberapa pertempuran besar yang sempat berlangsung di Cimahi, di antaranya pertempuran Alun-alun, Tagog, Cimindi, Baros, Babakan Kandanguncal, Babakan Santri (Gunung Bohong), dan pertempuran lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekelompok penyuka sejarah yang tergabung dalam Komunitas Tjimahi Heritage menapak tilas ke sejumlah tempat bersejarah yang jadi saksi bisu perjuangan pribumi Cimahi mengusir penjajah. Mereka mengenakan pakaian bertema pahlawan agar semakin meresapi peringatan Hari Pahlawan.
Peserta berjumlah 70 orang ini terbagi ke dalam beberapa sesi, mereka menaiki bus wisata Sakoci. Sebelum melakukan penelusuran sejarah, peserta berkumpul di area Pemkot Cimahi, lalu mulai bergerak ke sejumlah lokasi seperti Penjara Poncol, Jalan Baros, melewati area depan pusdik yang ada di Cimahi.
Pegiat sejarah Cimahi sekaligus Ketua Komunitas Tjimahi Heritage Machmud Mubarok menceritakan pertempuran yang paling lama terjadi di Cimahi yakni pertempuran di kawasan Penjara Militer Poncol, Jalan Gatot Subroto. Pertempuran itu melibatkan kompi, laskar, Badan Keamanan Rakyat (BKR), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Cimahi pada 1946 berada dalam titik panas pascaultimatum sekutu yang hendak mengosongkan Kota Bandung. Pasukan sekutu dan NICA yang berada di dalam Kampemen telah dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan Detasemen Abdul Hamid dan Kompi Daeng, bersama para laskar dan pejuang.
Pada hari terakhir pengepungan, selain diserang oleh serangan bersenjata, semua akses transportasi, listrik, dan air di dalam Kampemenweg juga berhasil diputus. Aksi serangan dan pemutusan akses-akses strategis itu dibalas oleh pasukan tank-tank infanteri sekutu dengan menembakkan meriam dan mortir ke seantero Cimahi. Kota Cimahi pun hancur lebur.
"Di kawasan Penjara Poncol ini sebetulnya area perang 4 hari 4 malam. Yang terlibat itu seperti laskar, BKR, TKR, dan kompi menggempur ke tangsi Belanda. Sayangnya tidak berbuah kemenangan karena keterbatasan persenjataan. Senjata kita dulu kan hanya rampasan dari tentara Jepang," ungkap Machmud kepada detikcom, Selasa (10/11/2020).
Beberapa nama pejuang yang sempat terlibat pertempuran di Cimahi dengan memimpin kompi di antaranya Daeng M Ardiwinata, Sukimun, Embang Artawidjaya, Kapten Ishak, hingga Ade Arifin. Sebagian nama para pejuang itu kini diabadikan menjadi nama jalan di Kota Cimahi.
Pertempuran yang pecah di Cimahi terjadi pada rentang 1945 hingga 1946 atau yang dikenal sebagai masa persiapan. Kompi-kompi yang dipimpin nama-nama tadi kembali menyerang beberapa tangsi hingga Artilerie Constructie Winkel (ACW) atau pabrik senjata yang saat ini bangunannya beralih fungsi menjadi Mapolres Cimahi
"Dulu Mapolres Cimahi itu pabrik senjata pernah diserbu juga. Dari situ pejuang bertempur di Jembatan Tagog yang melibatkan Kompi Abdul Hamid, Banteng Rakyat, dan laskar lain. Rentang tahunnya itu sekitar 1945-1946, karena 1947 sampai 1949 itu pejuang kita mengungsi ke daerah selatan karena Cimahi sudah dikuasai Belanda sepenuhnya," tutur Machmud.
Dari penulusuran jejak sejarah tersebut, pihaknya berharap masyarakat Cimahi bisa mengenali sejarah kota tempat tinggalnya. Bahkan ada harapan ketika sejarah lokal bisa diajarkan di sekolah-sekolah.
"Sejarah Cimahi sayang tidak pernah diketahui olah masyarakatnya. Sejarah lokal sebetulnya bisa diajarkan di sekolah. Mesti dimulai dari gurunya dulu karena bahannya di Cimahi ini banyak," ujar Machmud.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini