Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat, Senin (31/8/2020). Dari mulai Gedung Sate masih lock down karena COVID-19 hingga dokter di Jabar dikasih empat buah masker dalam sebulan.
Gedung Sate Masih Lockdown hingga 14 September
Masa penutupan Gedung Sate diperpanjang hingga dua pekan ke depan, atau tanggal 14 September 2020. Sedianya, masa lock down Gedung Sate akan berakhir pada hari ini (31/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, hanya lima puluh persen karyawan dengan kualifikasi tertentu yang diperbolehkan bekerja di gedung perkantoran Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut. Sementara sisanya melakukan Work From Home (WFH).
Asisten Daerah III Bidang Administrasi Setda Jabar Dudi Sudrajat mengatakan perpanjangan penutupan itu dilakukan untuk memastikan area kerja gubernur tersebut terbebas dari COVID-19.
"Kita mau sampai benar-benar aman saja, surat edaran penutupannya akan menyusul, mungkin ada hari ini," kata Dudi saat dihubungi, Senin (31/8/2020).
Dia mengungkapkan, jadwal bagi karyawan yang bekerja langsung di Gedung Sate telah diatur. Namun, untuk pejabat tingkat eselon II tetap diwajibkan hadir langsung.
"Ya kan ada juga karyawan yang usianya sudah lima puluh tahun ke atas, lalu ada juga ibu hamil yang memang harus WFH. Bukan apa-apa, risiko penularan COVID di perkantoran masih ada," paparnya.
"Persyaratan untuk masuk Gedung Sate juga masih ketat, harus menunjukkan dokumen swab test bebas COVID-19," kata Dudi melanjutkan.
Penutupan ini bermula setelah ditemukannya 40 karyawan (terdiri dari PNS dan Non-PNS) positif COVID-19 setelah menjalani tes masif yang digelar di Aula Timur dan Barat Gedung Sate pada akhir Juli lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat (Dinkes Jabar) Berli Hamdani memastikan 40 orang pegawai di Gedung Sate, Kota Bandung telah sembuh dari paparan virus Corona. Pernyataan itu menyusul hasil tes usap (swab test) lanjutan.
"Alhamdulillah, kalau dari 40 (pegawai) itu sudah sembuh. Hasil swab sudah negatif," kata Berli saat dihubungi, Jumat (14/8/2020).
Simak video 'Dari Mana Asal Penyebaran Corona di Kantor Pemerintahan Jabar?':
Eks Kalapas Sukamiskin Juga Diduga Terima Mobil dari Napi Korupsi
Eks Kalapas Sukamiskin Wahid Husen didakwa menerima gratifikasi mobil mewah dari pengusaha Radian Azhar guna memuluskan proyek kerja sama di Lapas Sukamiskin. Selain dari pengusaha, Wahid juga diduga menerima gratifikasi mobil dari narapidana korupsi.
Hal itu turut tertuang dalam dakwaan jaksa KPK yang dibacakan di sidang dakwaan di Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung pada Senin (31/8/2020). Wahid duduk sebagai terdakwa dalam persidangan kali ini.
Jaksa KPK Eko Wahyu P menjelaskan, Wahid turut menerima mobil dari napi bernama Usman Effendi. Mobil berjenis Land Cruiser Hardtop tahun 1981 itu diberikan napi sekitar bulan Mei 2018.
"Terdakwa (juga) telah menerima gratifikasi berupa satu unit mobil Land Cruiser Hardtop tahun 1981 dari Usman Effendi alias AMA senilai Rp 40.000.000 atau empat puluh juta rupiah yang dianggap pemberian suap karena berhubungan dengan jabatannya," ucap Eko saat membacakan surat dakwaan.
Jaksa menjelaskan praktik suap itu terjadi saat dua minggu Wahid baru menjabat sebagai Kalapas Sukamiskin. Saat itu, dia bertemu dengan napi Usman Effendi dan menanyakan perihal mobil Jeep.
"Di ruangan kantor terdakwa, pada pertemuan itu terdakwa menanyakan apakah Usman Effendi mempunyai kenalan yang memiliki mobil jenis jeep di daerah Sukabumi karena terdakwa mempunyai hobby kegiatan off-road," tutur Jaksa.
Bak gayung bersambut, Usman yang merupakan napi kasus korupsi di Sukabumi itupun bercerita bahwa dirinya memiliki mobil Jeep Toyota Land Cruiser Hardtop tahun 1981. Kepada Wahid, Usman menceritakan bahwa mobil itu rencananya sudah ditawar oleh orang lain seharga Rp 40 juta meski belum ada transaksi.
"Saat terdakwa sedang berkeliling di lingkungan Lapas, terdakwa bertemu kembali dengan Usman Effendi yang dilanjutkan dengan pembicaraan santai. Terdakwa menyampaikan ada rencana pulang kampung ke Tasikmalaya menggunakan mobil Jeep namun beralasan mobil Jeep terdakwa tidak bisa digunakan karena turun mesin," katanya.
Usman lantas menawarkan mobil miliknya kepada terdakwa untuk digunakan. Mobil itupun kemudian tiba di Lapas Sukamiskin dan langsung diserahkan oleh Usman kepada Wahid.
"Usman kemudian menyerahkan mobil tersebut kepada terdakwa yang selanjutnya mempergunakan mobil untuk kegiatan sehari-hari. Terdakwa juga meminta Usman melakukan pengurusan surat-surat untuk balik nama dan menggunakan nama Jajat Sudrajat, pembantu dari mertua terdakwa," katanya.
Dalam dakwaan, Jaksa tak menjelaskan alasan pemberian mobil ini kepada Wahid termasuk tindak lanjut yang dilakukan Wahid kepada napi Usman Effendi. Namun, Jaksa menyebut atas perbuatannya ini, Wahid tak melaporkan ke KPK.
"Bahwa penerimaan mobil yang merupakan gratifikasi tersebut tidak pernah dilaporkan terdakwa kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam tenggang waktu tiga puluh hari kerja sebagaimana dipersyaratkan dalam undang-undang sehingga dianggap merupakan pemberian suap karena berhubungan dengan jabatan Terdakwa selaku Kalapas Sukamiskin," ujar Eko.
Dipenjara Gegara Narkoba, Jamal 'Preman Pensiun' Ngedrop
Zulfikar alias Jamal 'Preman Pensiun' ditangkap lagi oleh polisi gegara narkoba. Kini Jamal mendekam di sel tahanan Satnarkoba Polrestabes Bandung.
"Kondisi Jamal, sehat tapi agak drop. Ada rasa penyesalan, mungkin ada rasa malu," ucap Hengky Solihin kuasa hukum Jamal saat dihubungi, Senin (31/8/2020).
Hengky mengungkapkan kondisi Jamal saat baru ditangkap Sat Narkoba Polrestabes Bandung. Menurut dia, Jamal meminta kepadanya untuk menghubungi ibunya yang sedang sakit.
"Jamal sempat berpesan tolong teleponkan ibunya sudah saya kabarkan, apalagi ibunya kena penyakit gula. Dengan kejadian ini tambah tinggi naik gulanya," tutur Hengky.
Ia juga menuturkan Jamal saat ini butuh dukungan dari rekan-rekannya terutama para pemain sinetron 'Preman Pensiun'. Jamal pun berharap teman-temannya itu mau menjenguk dia di tahanan.
"Dia minta dukungan, support dari teman-teman, siapa teman-teman di 'Preman Pensiun' mau berkunjung untuk memberi semangat. Sekarang Jamal drop psikologinya," kata Hengky.
Jamal ditangkap untuk kedua kalinya oleh polisi gegara narkoba. Sebelumnya atau tahun lalu, Jamal juga ditangkap polisi karena kasus yang sama. Kini dia mendekam di tahanan.
PKS Gagal Usung Kader Sendiri di Bandung, Daniel Muttaqien Mantap di Indramayu
Menjadi parpol kedua terbesar di Kabupaten Bandung, PKS gagal mengusung calon sendiri. Padahal hanya butuh satu kursi untuk mencalonkan kadernya. Namun calon yang dijagokan yaitu Gun Gun Gunawan tak memperoleh pendamping.
Pada Pileg 2019 lalu, PKS memperoleh 10 kursi dan menempatkannya sebagai parpol kedua setelah Golkar yang memiliki 11 kursi.
Dalam perjalanan pencarian calon pendamping Gun Gun yang saat ini merupakan wakil bupati, sempat tersiar kabar artis era 90-an Dina Lorenza yang merupakan kader Demokrat akan mendampingi Gun Gun pada Pilkada 2020.
Namun seolah bertepuk sebelah tangan, pekan lalu (25/8/2020), Partai Demokrat justru memberikan dukungannya kepada pasangan Dadang Supriatna dan Sahrul Gunawan. Demokrat lebih memilih bergabung dengan koalisi PKB dan Partai NasDem.
Ketua DPD PKS Kabupaten Bandung Jajang Rohana mengatakan, setelah gagal berjalan bersama dengan Demokrat, sejumlah partai menutup pintu untuk berkoalisi.
"Sekarang semua partai sudah pada ngunci ke PKS, sampai detik ini, walaupun kami menyadari kalau politik ini dinamis bisa saja berubah, yang pastinya kan kalau daftar ke KPU," ujar Jajang beberapa hari lalu (28/8/2020).
Sadar dengan hal ini, PKS diketahui membuka diri kepada ketiga pasangan. Baru satu pasangan yang mulai mendekati PKS yakni DS dan Sahrul Gunawan.
"Beliau (Dadang Supriatna) sudah datang kepada kami, serius memohon dukungan, ya masa kita tolak yah. Kalau memang serius kemungkinan akan didukung, kalau serius," tambahnya.
Meski demikian, pihak PKS belum memutuskan akan bergabung pada koalisi mana. Jajang mengatakan, perkembangan politik akan terus berubah PKS akan menunggu hingga hari pendaftaran tiba.
Sementara itu, Partai Golkar resmi mengusung Daniel Muttaqien Syafiuddin dan Taufik Hidayat, sebagai calon bupati dan wakil bupati pada Pilbup Indramayu 2020.
Daniel merupakan anak kandung dari almarhum Irianto MS Syafiuddin alias Yance, yang pernah menjabat Bupati Indramayu selama dua periode. Saat ini Daniel duduk di kursi DPR RI dari Fraksi Partai Golkar.
Sementara itu, Taufik Hidayat merupakan kader Golkar yang sempat menjabat sebagai Ketua DPRD Indramayu. Taufik saat ini menjabat sebagai Plt Bupati Indramayu.
"Betul, resmi menunjuk Daniel-Taufik. Hari ini sudah diterima," kata Ketua Plt DPD Partai Golkar Indramayu Aria Girinaya saat dihubungi detikcom, Senin (31/8/2020).
Politikus yang akrab disapa Giri itu menerangkan surat rekomendasi itu sejatinya sudah ditandatangani sejak 28 Agustus. Dalam waktu dekat, dikatakan Giri, partainya akan menggelar rapat pleno.
"Golkar di DPRD totalnya ada 22 kursi. Bisa mengusung sendiri (tanpa koalisi)," ujar Giri.
Terlalu! Ada RS di Jabar Berikan 4 Masker ke Dokter untuk Sebulan
Tenaga medis termasuk dokter menjadi garda terdepan dalam penanganan wabah Corona atau COVID-19. Sejak wabah Corona di Indonesia pertama kali merebak, tidak sedikit laporan dokter yang berguguran.
Hingga saat ini, sudah ada 100 dokter meninggal, yang 8 di antaranya berasal dari Jawa Barat. Ketua IDI Jabar Eka Mulyana menyampaikan rasa dukanya dengan meminta agar sarana dan prasarana tenaga kesehatan dimaksimalkan.
"Kami dari IDI sebagai organisasi profesi dokter sangat-sangat prihatin dan berduka dengan kejadian ini," kata Eka saat dihubungi detikcom, Senin (31/8/2020).
Menurut dia, para dokter sudah melaksanakan protokol yang sesuai dengan standar kesehatan. Namun dalam praktiknya di lapangan, perlindungan kepada tenaga medis tersebut tidak berjalan optimal.
"Di Jawa Barat ada rumah sakit di mana dokternya hanya mendapat empat masker untuk satu bulan. Coba bayangkan, harusnya (masker) sehari diganti. Bayangkan gimana optimalnya," tutur Eka.
Eka enggan menyebutkan nama rumah sakit tersebut. Di sisi lain, menurutnya dokter dituntut melaksanakan kewajibannya secara optimal. Namun sisi lainnya, ia melanjutkan, sarana bagi perlindungan dokter pun harus dioptimalkan.
"Karena dokter sebagai tenaga medis tentu saja sudah melaksanakan sesuai standar prosedur. Namun demikian, ternyata sarana fasilitas kesehatan yang berkaitan dengan pandemi ini, khususnya perlindungan diri, masih harus dioptimalkan," ujar Eka.
Dia mengungkapkan tidak sedikit rekan-rekannya yang membeli sendiri kebutuhan masker dan pelindung diri lainnya. IDI Jabar sangat menyayangkan hal tersebut masih menjadi persoalan di Jawa Barat.
"Tidak hanya menuntut dokter, tapi mendukung sarana prasarana dokter harus dimaksimalkan. Di negara-negara lain ini sudah tidak menjadi soal, berbeda di Jabar. Banyak yang harus beli sendiri," kata Eka menegaskan.