Empat orang penari wanita berparas cantik dengan gemulai melakukan tari-tarian di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (20/7/2020). Tarian mereka berpadu mesra dengan iringan musik tarawangsa yang memiliki makna dalam setiap geraknya.
Tarian bertajuk Kidung Panjurung Sari Panggung itu seolah menggambarkan kondisi para seniman yang sudah empat bulan tak bisa menggelar pertunjukan imbas pandemi COVID-19. Merebaknya virus yang telah merenggut banyak nyawa ini seakan-akan menghalangi jalan menuju panggung yang menjadi sumber penghidupan para seniman.
Tak hanya soal keluh kesah yang diperagakan, dalam tarian itu juga terkandung doa-doa dari para seniman agar pandemi segera berakhir dan pemerintah kembali mengizinkan para pelaku seni kembali naik ke atas pentas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kidung itu doa, panjurung itu mendorong agar pemerintah kembali memberikan izin lagi agar pelaku seni bisa kembali lagi naik panggung, sari panggung itu yang manggung," kata Pupuhu MASRI Mbah Nanu Muda saat ditemui disela kegiatannya.
Mbah Nanu mengatakan, ribuan pekerja seni turut terdampak pandemi ini. Sanggar yang bergabung pada MASRI saja berjumlah 147. Satu sanggar minimal diisi oleh 50 sampai 100 orang lebih. Belum lagi para pekerja seni yang bekerja di bidang sound system, tenda, tata rias dan sebagainya.
"Di Kabupaten Karawang saja kemarin 3.000 orang, belum lagi dengan di kabupaten/kota lainnya," ucap dia.
"Sudah empat bulan mereka tidak manggung, berarti mereka tidak makan. Dengan adanya izin manggung, mereka mudah-mudahan bisa kembali menafkahi keluarga, anak dan sebagainya. Tolong kepada pemerintah, gubernur Jawa Barat, walikota-bupati di Jabar agar diizinkan kembali manggung," tambah Mbah Nanu.
Dia mengaku, bila kembali diberi izin untuk menggelar pertunjukan, para seniman siap untuk melakukan protokol kesehatan. Para penari misalnya akan segera memakai masker begitu selesai mentas. Pementasan pun dilakukan berjarak sesuai anjuran aman pemerintah.
"Kemarin ada penari laki-laki yang berlatih dengan memakai masker tapi malah pingsan, karena tarian itu kan mainnya pernafasan," katanya.
Mbah Nanu menambahkan, tidak semua para pelaku di bidang seni bisa menjadi pedagang dadakan. Pasalnya, bakat mereka sudah terpartri dan itulah andalan mereka satu-satunya untuk mencari penghidupan.
"Jangankan empat bulan, sebulan saja mereka sudah repot. Inti dari kegiatan ini, kalau menurut orang Karawang hayang dahar dinu hajat artinya pengen makan di yang hajat itu, pemangku hajat juga diberikan izin utk hajatan dan seniman diundang untuk tampil lagi di tempat hajatan," ujarnya.
(yum/mso)