Di tengah tubuh melemah, datang lagi serangan ubur-ubur. "Saat tentakelnya hinggap, itu sakit sekali. Ketika dicabut daging ikut tercabut. Perih sekali," kata Dede.
Untuk menyiasatinya, mereka menaiki perahu secara bergantian. Dua orang naik, seorang tetap di air. Karena jika ketiganya naik, perahu telungkup itu tenggelam.
"Siang itu sempat ada kapal tangker lewat, lalu ada pula perahu lewat. Kami sempat berusaha mencuri perhatian, tapi mereka seperti tak melihat," kata Yasim.
Memasuki Jumat malam, mereka semakin lemas. Rasa putus asa mulai menghinggapi. Air mata ketiganya larut bersama air laut. Doa-doa terus dipanjatkan.
Dede Hadna dan Yaya mulai nyaris pingsan akibat rasa lelah tak tertahankan. Terang saja, mereka tak makan minum dan tak tidur. Tubuh mereka pun terus berada di air.
"Saya terus menyemangati mereka. Pokoknya jangan sampai berpikir akan mati, yakin kita masih diberi umur," kata Yasim.
Untuk mengusir rasa dingin di malam hari, mereka bertiga lebih memilih merendam diri di air. "Justru kalau di permukaan lebih dingin. Kalau malam itu, lebih hangat di dalam air," kata Yasim.
Sabtu pagi, Yasim punya ide. Dia berniat menjadikan katir atau batang penyeimbang perahu menjadi sampan.
Dengan sisa-sisa tenaga, ketiganya merangkai katir. "Tak pakai alat. Cukup membuka tali saja. Lalu diikatkan menjadi seperti sampan. Saat dicoba dinaiki, ternyata cukup untuk duduk bertiga walaupun sedikit tenggelam," kata Yasim.
Masalah belum selesai, setelah meninggalkan perahu dan menaiki sampan, rupanya posisi mereka malah terseret arus ke tengah laut. Rasa putus asa kembali datang.
"Saat itu saya merasakan angin bertiup ke barat. Alhamdulillah muncul ide lagi. Kami semuanya buka rompi, lalu membentangkan dengan tangan. Sampan akhirnya bisa bergerak melawan arus. Kami sudah melihat menara suar pantai Madasari," kata Yasim.
Perlahan tapi pasti sampan mulai bergerak ke tepian, walaupun tangan mereka pegal akibat membentangkan rompi. "Kami sudah optimis. Daratan sudah terlihat. Beruntung Sabtu sore kami ditemukan tim SAR," kata Yasin.
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata yang menyempatkan menjenguk ketiga korban ke RSUD Pangandaran mengatakan selalu ada hikmah dari sebuah peristiwa. "Hikmahnya nelayan harus selalu pakai rompi pelampung, jangan memaksakan melaut kalau cuaca buruk," kata Jeje.
Selain memberikan uang kadeudeuh Jeje juga mengatakan hendak membantu perbaikan perahu dan mesin yang rusak. "Ini bekal buat keluarga. Sudah istirahat dulu seminggu," kata Jeje.
(mso/mso)