Hal itu menjadi perhatian Syamsi Dhuha Foundation (SDF) sebuah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang peduli Lupus & Autoimun dalam peringatan Hari Lupus Sedunia (WLD) 10 Mei dan Hari Autoimun Dunia (WAD) yang jatuh pada 20 Mei mendatang.
Memeringati dua hari tersebut, SDF berinisiasi untuk menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan serta tebar 2.000 Masker (non-medis) dan APD darurat bagi pasien autoimun di 16 komunitas di Indonesia, sebagai dukungan untuk menghadapi masalah akibat pandemi global COVID-19 dengan tajuk #ShareOurLove.
Ketua SDF Dian Syarief mengatakan, dalam waktu 3 minggu tergalang dana sebesar Rp 141 juta. Karena langkanya APD di pasaran, maka penyaluran pun akan dilakukan secara bertahap ke 9 RS dan RSUD di Bandung, Cimahi, Cianjur, Majalengka dan Medan. Selain itu bantuan juga akan disalurkan ke 6 Puskesmas di Jakarta Pusat, Kalimantan Selatan dan Bandung.
Bantuan APD yang diberikan berupa Coverall Hazmat Suit, masker medis/non-medis dan multivitamin. Adapun yang masih dalam proses pemesanan 2 unit ventilator portable non invasive (Vent-I karya anak bangsa, Rumah Amal Salman).
Selain bantu galang dana untuk produksi Ventilator tersebut, SDF juga dukung UMKM melalui pemesanan masker non medis ke komunitas Panggon Kupu-Semarang.
"Sungguh sebuah pengalaman baru yang luar biasa saat harus mengkoordinasikan berbagai hal dalam situasi yang sulit seperti ini. Tak hanya itu, tantangan yang harus dihadapi karena salah satu obat yang biasa digunakan oleh pasien Autoimun yaitu Hydroxycloroquine (HCQ), kemudian juga digunakan sebagai obat untuk pasien COVID-19. Hal ini berdampak pada peningkatan harga obat tersebut hingga 2 kali lipat," kata Dian dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Minggu (10/5/2020).
"Sebelumnya HCQ sulit didapatkan karena tidak diproduksi di dalam negeri, baru di akhir 2019 obat tersebut diproduksi lokal. Kami berharap pemerintah dapat kendalikan harganya, sehingga tetap terjangkau dan tidak lebih mahal dari obat utama yang dibutuhkan pasien autoimun (imunosupresan). Masalah lainnya adalah terbatasnya akses untuk konsultasi langsung dengan dokter, pemeriksaan atau tindakan medis dan peroleh obat terutama bagi pasien BPJS," tambah Dian Syarief yang juga penyandang Autoimun.
Manager SDF Laila Panchasari menambahkan selain bantuan penunjang kesehatan, pada WLD ini SDF juga meluncurkan kartu anggota baru yang disertai peningkatan kerjasama yang semula bersifat regional ditingkatkan menjadi nasional untuk Klinik Pramita dan Kimia Farma Apotek.
"Sehingga dapat diakses oleh anggota SDF yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia termasuk kemudahan tuk peroleh HCQ (generik) dan Lesikaf (ekstrak cecendet) yang diproduksi oleh PT Kimia Farma Tbk, sedangkan dengan Laboratorium Klinik Prodia, berupa penambahan potongan harga untuk pemeriksaan rutin," ujar Laila.
Saat ini penyandang Lupus di Indonesia diperkirakan sekitar 135.000-270.000 berdasarkan prevalensi 0,05 persen-0,1 persen populasi dan jumlah penduduk saat ini 270 juta, sedangkan di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 5 juta dengan pertambahan kasus 100.000/tahun. Belum ada data penyandang Autoimun keseluruhan karena variasinya yang luas.
Laila mengatakan, di tengah pandemi seperti ini SDF terus berikhtiar menggalang dana lewat lelang amal 18 karya seni penyandang lupus dan relawan dengan tema 'Butterfly & Sunflower' yang menjadi simbol lupus di dunia untuk membantu biaya berobat penyandang lupus atau Autoimun, karena tidak termasuk dalam skema BPJS.
(yum/mso)