Hasil Observasi Kejiwaan Ibu Bayi Calista Normal

Hasil Observasi Kejiwaan Ibu Bayi Calista Normal

Luthfiana Awaluddin - detikNews
Kamis, 29 Mar 2018 17:50 WIB
Foto: Luthfiiana Awaluddin
Karawang - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Karawang merilis hasil observasi kejiwaan Shinta, tersangka penganiayaan bayi Calista hingga tewas. Hasilnya, kejiwaan Shinta normal.

"Awalnya kami menduga Sinta terkena pospartum depression, tapi setelah diobservasi, ternyata tidak. Kami juga tidak menemukan gangguan psikologis parah. Shinta normal," ujar Cempaka Putrie Dimala, Psikolog P2TP2A Karawang saat ditemui detik di kantor P2TP2A jalan Ahmad Yani, Kelurahan Karangpawitan, Karawang Barat, Kamis (29/3/2018).

Setelah observasi, Cempaka menemukan Shinta tidak memiliki emosi dan kecerdasan yang matang. "Konsep dirinya juga rendah. Dia juga haus akan afeksi (kasih sayang)," ungkap Cempaka.

Hal itu kata Cempaka disebabkan oleh kondisi masa kecil Shinta yang tragis. Lahir dari keluarga besar, Shinta punya 10 saudara. "Tapi berbeda dengan saudara - saudaranya. Sejak kecil, Shinta tidak diasuh oleh keluarga inti. Dia dititipkan kepada kerabat dan neneknya," kata Cempaka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alhasil, Shinta kerap merasa diabaikan dan tidak rekat dengan keluarganya. "Hubungan dengan keluarga intinya terputus. Dia juga tidak mendapat kasih sayang dan perhatian secara normal," tuturnya.

Latar belakang itulah, kata Cempaka yang membuat Shinta tidak matang secara emosi dan intelektual. Sehingga Shinta tidak bisa mengendalikan emosi meski kepada anak kandungnya sendiri.

Adapun berbagai tindakan kasar kepada Calista dilakukan tanpa sengaja. Cempaka menuturkan, Shinta tidak berniat membunuh anaknya. "Tidak ada unsur berpikir untuk membunuh anaknya. Dia pun tak menyangka tindakannya bisa mengakibatkan Calista meninggal," tandasnya.

Dalam observasi yang berlangsung selama 2 jam itu, Shinta sempat syok dan stres. Dia pun nampak sedih. "Dia sedih tapi tak ada ekspresi menangis saat diobservasi," tuturnya.

Meski demikian, kata Cempaka, Shinta sangat menyesali perbuatannya. Hal itu tergambar dari raut wajahnya yang murung. "Dia sangat menyesali perbuatannya. Dia juga tak habis pikir bisa berurusan dengan polisi (hukum)," kata Cempaka.

Ihwal proses hukum yang terus berlanjut, kata Cempaka, hal itu justru bisa berbuah positif. "Dengan dihukum, itu bisa jadi proses pembelajaran bagi Shinta. Penjara bisa saja membuat dia matang secara emosi. Itupun kalau dia berusaha berpikir," pungkas Cempaka. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads