Dituturkan Lani, salah satu perawat RS Kebonjati, dr Somali memang dikenal sebagi dokter yang tidak komersial. Ia tidak tebang pilih, melayani pasien dari berbagai kalangan.
"Dari dulu, dia memang seperti itu, tidak pernah pasang tarif. Bagaimana pasiennya saja. Kalau mampunya hanya seribu, ya seribu. Atau tinggal bayar obatnya saja, biaya dokternya gratis," tutur Lani kepada detikcom ditemui di RS Kebonjati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu bisa sampai ratusan pasiennya. Tapi karena sekarang beliau juga sudah tua, fisiknya sudah tidak memungkinkan, jadi menerima pasiennya juga semampunya saja," tuturnya.
Dalam kondisi yang sudah uzur, dr Somali mulai pilah-pilih pasien. Jika sakitnya dinilai cukup berat, ia tidak mau mengambil risiko salah diagnosa. Ia meminta pasiennya untuk diperiksa oleh dokter lain.
"Sekarang itu dokter Somali meriksa pasien yang sakitnya tidak terlalu parah. Kalau sakitnya yang agak berat, suka dioper ke UGD saja," terang Lani.
Soal jadwal prakteknya pun kini sudah tidak terjadwal dengan rutin. Kadang, dr Somali membuka praktiknya, kadang tidak. Namun para pasien memang sudah memahami hal itu.
"Jadwal praktiknya sebetulnya mulai dari pukul 17.00 WIB. Tapi kadang dia ada, kadang tidak ada. Ya maklum sudah tua, jadi bagaimana kondisi fisiknya saja," terangnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, selain bertugas di RS Kebonjati, dr Somali juga pernah membuka praktik di kediamannya di Jalan Wastukancana. Namun ketika detikcom mencari alamat tersebut, tidak menemukan adanya plang informasi praktik dr Somali.
"Iya memang dia sudah tidak buka praktik di rumahnya lagi. Hanya di sini saja," terang Lani.
Dari mulut Lani juga lah, diketahui alasan mengapa dr Somali enggan ditemui untuk wawancara. Menurut Lani, dr Somali memang memiliki pribadi yang low profile.
"Kata dokter, tidak usah lah, dia tidak mau. Cukup pasien saja yang tahu kalau dia seperti itu," ungkapnya.
Benar saja, sang dokter memang sulit ditemui. Ia hanya mengabdi, bertemu dalam hubungan pasien dan dokter. Detikcom baru bisa menemuinya, Rabu (4/12) petang, setelah 2 kali gagal. Sang dokter enggan bercerita soal sosoknya.
"Ah enggak, biasa saja," katanya ketika ditanya soal kenapa ia sering dijuluki sebagai dokter 'seribu perak'.
"Sudah jangan banyak omong, kamu sakit?" imbuhnya balik bertanya.
Sang dokter berjiwa low profile itu meninggalkan detikcom setelah mengaku kasihan ke pasien jika memasang tarif. Hari mulai gelap. Tempat praktik berukuran kurang lebih 2x5 meter dengan peralatan seadanya menjadi saksi bisu pengabdian sang dokter 'seribu perak' puluhan tahun terakhir.
(avi/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini