Peringatan: Artikel ini mengandung konten yang dapat mengganggu kenyamanan Anda
*Nama disamarkan untuk melindungi identitas
Omar* mengaku terpaksa menguburkan sekitar 20 orang di bawah lantai rumahnya atau beberapa meter dari pintunya akibat konflik bersenjata di ibu kota Sudan, Khartoum.
Ia mengatakan sudah lumrah jika ia membuka pintu depan dan melihat anjing liar memakan sisa-sisa tubuh manusia yang tewas di jalanan.
"Saya sudah menguburkan tiga orang di rumah mereka masing-masing, dan sisanya di dekat gerbang jalan utama depan rumah saya.
"Tetangga saya terbunuh di rumahnya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain memindahkan ubin lantai rumahnya, menggali lubang dan menguburkannya," kata Omar.
Jenazah prajurit terbaring di tengah jalan, sementara seorang prajurit lain di seberang jalan menggunakan tembok gedung sebagai pelindung di Khartoum pada 15 April, saat kekerasan semakin memuncak (Reuters)
Perumahan berubah menjadi kuburan
Para pemegang senjata berdiri di atap saat terjadi baku tembak antara tentara dengan kelompok paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) di Khartoum.
Aksi kekerasan itu menghambat Omar dan banyak warga lainnya membawa jasad-jasad ke kuburan.
"Mayat dibiarkan membusuk di hawa yang panas. Apa yang bisa saya katakan? Beberapa perumahan di Khartoum kini telah menjadi kuburan".
Tiga minggu yang lalu, Omar menggali makam untuk empat orang di jalanan yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya di distrik Al Imtidad di Khartoum. Ia mengetahui bahwa orang lain juga melakukan hal yang sama di perumahan sekitar.
"Banyak dari mereka yang terbunuh dimakamkan di dekat Universitas Khartoum, dekat dengan pom bensin Seddon, sebuah penanda jalan terkenal. Jenazah lainnya dikuburkan di perumahan dekat jalan Mohamed Naguib."
Tidak ada data resmi yang menunjukkan seberapa banyak warga yang dikuburkan di rumah-rumah atau di komplek di Sudan, tetapi Omar mengatakan "jumlahnya bisa puluhan" orang.
Baca juga:
Menguburkan prajurit
Hamid* merasakan hal yang sama. Ia mengatakan kepada BBC bahwa ia telah menguburkan tiga tentara di ruang publik Kota Shambat, 12 kilometer dari Khartoum, setelah sebuah pesawat militer jatuh.
"Saya kebetulan sedang berada di area itu. Saya dan lima orang lainnya memindahkan mayat-mayat itu menjauh dari reruntuhan dan menguburkan mereka di area yang dikelilingi perumahan warga di Shambat."
Agen properti itu, yang sudah tinggal di Shambat selama 20 tahun, meyakini bahwa menguburkan warga yang tewas sesegera mungkin merupakan "aksi belas kasihan".
"Hal yang penting di sini bukan menguburkan orang mati," kata dia. "Tetapi menguburkan mereka adalah prioritas. Itu adalah hal yang baik untuk dilakukan. Perjalanan menuju makam [di kuburan] dapat memakan waktu berhari-hari dan penembak ada di mana-mana."
"Kami mencoba membantu masyarakat dengan mencegah krisis kesehatan. Jika kami membiarkan jasad-jasad tergeletak di sini, mereka akan cepat membusuk di matahari, dan hewan liar akan memakannya. Itu adalah tanggung jawab moral dan keagamaan."
Hamid mengatakan pemandangan "mayat-mayat yang habis terbakar masih menempel di benaknya dan ia mengalami depresi selama beberapa hari setelah menguburkan tiga pria.
"Kualitas tidur saya terganggu dan saya hanya bisa makan sekali dalam sehari."
Kebenaran akan terkubur bersama orang-orang yang meninggal.
Namun kepala serikat dokter, yang memiliki pengalaman menindaklanjuti kasus pidana perang, telah mengkritik tindakan warga yang menguburkan jasad di rumah-rumah dan ruang publik.
Sekretaris Jenderal dari Komite Pendahuluan Serikat Dagang Dokter Sudan, Dr Attia Abdullah Attia, mengutuk apa yang ia sebut sebagai metode penguburan yang "amatir". Ia memperingatkan bahwa kebiasaan itu bisa "menguburkan kebenaran".
Baca juga:
- Konflik Sudan: Arab Saudi siap jadi tuan rumah pembicaraan tatap muka antara dua pihak yang bertikai
Ia mengatakan proses menguburkan jenazah tanpa nama di rumah-rumah dan komplek dapat menghilangkan bukti atau penanda terkait penyebab kematian mereka.
"Setelah perang ini tuntas, akan ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul: Apa penyebab kematian mereka? Apa identitas dari orang-orang yang terbunuh? Siapa yang telah dibunuh dalam insiden perampokan dan siapa yang meninggal akibat konflik suku?
"Itu bisa mengarah ke perang sipil. Kebenaran akan terkubur bersama orang-orang yang meninggal."
Dr Attia mengatakan mayat-mayat seharusnya diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dikuburkan dengan benar dan tepat waktu. Ia menekankan warga seharusnya membiarkan proses penguburan dilakukan oleh petugas kesehatan, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sudan.
"Menguburkan mayat seperti ini tidak benar. Proses penguburan seharusnya melibatkan pejabat pemerintah resmi, prosekutor, spesialis forensik dan Palang Merah. Mengambil sampel DNA juga penting."
Tekanan internasional
Ketika ditanya oleh BBC mengenai bagaimana mungkin praktik penguburan yang sesuai prosedur dan benar bisa dilakukan di sebuah negara yang sistem hukum dan keteraturan telah roboh, ia mengatakan pihak internasional seharusnya terlibat.
"Seharusnya ada lebih banyak tekanan inernasional pada para pihak yang bertempur untuk menghentikan konflik. Itu adalah hal utama. Kami seharusnya tidak membebankan semua pada Palang Merah dan Bulan Sabit Merah saja."
Dua relawan, Omar dan Hamid, mengatakan mereka mengambil gambar muka dan tubuh jasad-jasad sebelum mereka dikuburkan, untuk membantu proses identifikasi di masa yang akan datang.
Tetap Dr Attia mengatakan mereka yang terlibat dalam penguburan acak bisa terancam hukum pidana.
"Tidak ada seorangpun yang memberikan mereka izin untuk menguburkan jasad dengan cara itu di tempat-tempat seperti itu, dan tidak ada sertifikat kematian resmi yang terbit. Ada permasalahan hukum di situ."
Ia juga mengangkat penyebaran penyakit yang dapat timbul dari penguburan yang tidak benar.
"Menguburkan jenazah dalam lubang dangkal membuat semakin besar kemungkinan anjing liar menemukannya. Cara penguburan yang benar tidak berlaku di sini, di mana benda berat seperti batu bara perlu diletakkan di atas kubur supaya jasad tidak bisa digali kembali."
Baca juga:
Namun, Hamid tetap berkeras bahwa kebanyakan warga Sudan mengetahui cara yang benar dalam menguburkan jenazah, yaitu jasad harus dikuburkan paling tidak satu meter di bawah tanah".
Beberapa upaya yang terorganisir untuk menguburkan jenazah sudah berjalan.
Ahmed* merupakan salah satu relawan dari Palang Merah yang memindahkan jasad dari jalanan.
"Saya mengambil gambar muka dan tubuh, mencatat apakah itu adalah jasad baruatau sudah membusuk [dan] memberi nomor."
Ia mengatakan mereka membuat arsip untuk setiap jasad yang ditemukan untuk diidentifikasi di masa yang akan datang.
Satu-satunya solusi
Meski dikritik oleh tokoh-tokoh komunitas kesehatan seperti Dr Attia, warga Sudan merasa mereka tidak memiliki pilihan lain akibat jatuhnya sistem pemerintahan dan fasilitas layanan kesehatan.
Pada 11 Mei, video yang disebar di media sosial menunjukkan penguburan dua dokter perempuan Sudan, Magdolin dan Magda Youssef Ghali, di taman depan rumah di mana mereka terbunuh.
Saudara laki-laki dari kakak-adik dokter perempuan yang telah meninggal itu mengatakan kepada BBC lewat percakapan video bahwa menguburkan saudara-saudara perempuannya di rumah itu adalah satu-satunya solusi.
Mereka dibiarkan di situ selama hampir 12 hari tanpa penguburan, kata pria itu sambil meneteskan air mata. Kami tidak mengungkapkan namanya.
Para tetangga mulai mengeluh tentang bau busuk yang berasal dari rumah kami, sehingga beberapa orang bersedia menguburkan mereka di satu makam di taman.
Serikat Dokter Sudan melaporkan setidaknya telah terjadi 865 kematian pada Mei 28. Angka kematian yang sebenarnya dipercaya lebih tinggi, jika situs-situs penguburan di sekitar ibu kota dihitung juga.
Pihak otoritas kesehatan bekerja sama dengan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sudan untuk memindahkan jenazah-jenazah ke kuburan. Tetapi konflik bersenjata menghambat kedatangan tim penguburan.
Ketika warga berusaha bertahan hidup dan para korban telah dikuburkan, kemungkinan terjadinya sidang hukum pidana perang terasa sangat tipis.
Pria yang kehilangan dua saudara perempuannya menggambarkan betapa mengerikannya situasi sehari-hari yang dialami para warga Sudan.
Saudara-saudara perempuan saya dikuburkan dalam lubang di taman. Saya tak pernah membayangkan itu akan menjadi akhir dari kehidupan mereka.
Simak Video: Sebulan Perang Saudara di Sudan, Sedikitnya 676 Orang Tewas
(ita/ita)