Buldoser, yang diciptakan 100 tahun lalu, telah digunakan di seluruh dunia untuk membangun rumah, perkantoran, jalanan, dan infrastruktur lainnya.
Tapi dalam beberapa tahun terakhir, banyak yang bilang, alat ini telah menjadi senjata dalam genggaman partai nasionalis Hindu India, Bharatiya Janata Party (BJP) untuk menghancurkan rumah dan mata pencarian minoritas Muslim.
Dan, ekskavator ini makin mudah ditemui di negara bagian Uttar Pradesh yang cukup genting secara politik.
Alat ini terakhir digunakan untuk menghancurkan bangunan pada pekan kemarin, ketika pihak berwenang di Kota Prayagraj (sebelumnya Allahabad) merobohkan rumah aktivis politik Javed Mohammad, yang dituduh memiliki bangunan secara ilegal - sebuah klaim yang telah dibantah pihak keluarganya.
Para kritikus mengatakan alasan sebenarnya di balik penggusuran itu bukanlah tuduhan soal bangunan tak berizin, tapi Javed dihukum karena terlalu vokal mengkritik pemerintah.
Baca juga:
- 'Anda tak hanya hancurkan rumah, Anda hancurkan sebuah keluarga' - Penghancuran rumah keluarga Muslim di India
- India hancurkan sejumlah rumah tokoh Islam setelah aksi protes ujaran tentang Nabi Muhammad
- Bagaimana kasus-kasus Islamofobia menodai hubungan India dengan negara-negara lain
Sehari sebelum penggusuran berlangsung, kepolisian menangkap Javed, dan menuduhnya sebagai "dalang" di balik kericuhan protes antara kelompok Muslim terkait komentar kontroversial mantan juru bicara BJP, Nupur Sharma terhadap Nabi Muhammad. Sharma sebelumnya mendapat skorsing dari partainya, tapi para pengunjuk rasa meminta dia diseret ke meja hijau.
Para petinggi BJP bersikukuh dengan pendiriannya, dan mengatakan "tidak ada hukum yang dilanggar".
Tapi penggusuran - yang dikait-kaitkan dengan alat berat yang digunakan Israel di daerah teritori Palestina - telah dikritik di India, dan telah menjadi sorotan media internasional.
Para kritikus mengatakan bahwa "tindakan resmi ini hanya dibungkus dengan legalitas yang paling tipis" dan mereka "telah mem-buldoser semangat hukum".
Dalam aksi yang jarang terjadi, mantan hakim dan pengacara terkemuka menulis surat kepada hakim agung negara itu.
Mereka mengatakan penggunaan buldoser merupakan "sebuah subversi yang tak bisa diterima dalam aturan hukum" dan mendesak pengadilan bertindak melawan "kekerasan dan penindasan terhadap warga Muslim".
Para pendukung Yogi Adityanath dalam pemilihan umum dengan mainan buldoser. (BBC)
Dalam tulisan di surat kabar Indian Express, mantan menteri federal Kapil Sibal menyatakan bahwa "sebuah buldoser tidak relevan pada bangunan ilegal, tapi alat berat ini lebih relevan kepada saya dan apa yang saya perjuangkan."
"Ini terkait dengan apa yang saya katakan di muka umum. Ini berkaitan dengan keyakinan saya, komunitas saya, keberadaan saya, dan agama saya. Ini memiliki relevansi dengan suara saya yang berbeda.
"Ketika sebuah buldoser menggilas rumah saya hingga rata dengan tanah, ini bukan hanya penggusuran pada bangunan yang telah saya dirikan, tapi pada keberanian saya untuk bicara lantang."
Penggunaan buldoser juga ditentang oleh Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi, yang menyatakan "penggunaannya harus sesuai dengan hukum, dan tak bisa digunakan untuk pembalasan."
Ancaman buldoser bukanlah barang baru.
Baca juga:
- Bagaimana kasus-kasus Islamofobia menodai hubungan India dengan negara-negara lain
- India dikecam keras negara-negara Islam, apa yang bisa dilakukan Indonesia?
- Siapakah perempuan India yang menggemparkan dunia Islam melalui ujaran tentang Nabi Muhammad?
Awal tahun ini, pemandangan aneh menyambut saya, ketika saya meliput pemilihan majelis di Uttar Pradesh. Kepala Menteri Yogi Adityanath saat itu sedang bertaruh dalam pemilihan ulang. (Dia menang dalam jajak pendapat, dan sekarang sedang mengemban tugas pada periode kedua).
Dalam sebuah safari, sekelompok pendukungnya membawa mainan buldoser kecil berwana kuning.
Mereka melambaikan mainan plastik itu di udara, dan menari di depan kamera televisi, seraya bernyanyi "woh bulldozerwala baba phir se aayega (buldoser baba akan kembali)".
"Buldoser baba" merupakan julukan media lokal pada Adityanath. Julukan ini makin melekat, setelah pesaing utamanya, Akhilesh Yadav menggunakannya untuk mengejek Adityanath dalam sebuah kampanye.
Tapi jurnalis senior Sharat Pradhan mengatakan "BJP telah mengubah situasi itu menjadi keuntungan, karena berkat julukan itu telah menambah citra orang kuat mereka."
Di banyak kota kecil, kata dia, buldoser diparkir dalam kampanye pemilu Adityanath, dan setelah dia menang, alat berat itu pawai di depan gedung majelis sebagai bentuk perayaan.
Kritikus mengatakan buldoser telah digunakan untuk meneror warga Muslim. (Getty Images)
Jurnalis senior, Alok Joshi mengatakan Adityanath pertama kali memerintahkan penggunaan buldoser - sebagai alat penghukum- dua tahun lalu.
Saat itu buldoser digunakan untuk menggusur properti milik penjahat terkenal Vikas Dubey yang dituduh membunuh delapan polisi, dan geng politisi Mukhtar Ansari.
Video penghancuran properti mereka kembali diputar di televisi nasional dan membuat pemerintah dikagumi oleh warga "karena mengambil sikap tegas kepada penjahat".
"Tapi sekarang makin sering digunakan sebagai taktik untuk mengintimidasi oposisi dan pengkritik pemerintah, khususnya kelompok Muslim," kata Joshi.
Sebelum penggusuran di Saharanpur dan Prayagraj, MAdityanath memimpin sebuah pertemuan di mana dia mengatakan bahwa buldoser akan terus digunakan untuk meremukkan "penjahat dan mafia".
Pradhan mengatakan bahwa dari "sebuah simbol administrasi perusahaan", pemerintah sekarang mengubah buldoser menjadi "senjata ampuh, mengesampingkan hukum negara, dan menggunakannya untuk memperkuat politik kebencian terhadap Muslim".
"Itulah perilaku dari tokoh lokal. Ini seperti mengatakan, 'Anda melempar batu pada saya, maka saya akan hancurkan rumah kalian. Saya akan memberi pelajaran pada seluruh keluarga Anda'.
"Tapi peraturan tentang pertanahan tidak mengizinkan Anda untuk menggunakan bulodser pada properti siapa pun. Jika ada anggota keluarga yang melakukan pembunuhan, apakah berarti seluruh keluarga harus menanggungnya? Tapi di sini, pemerintah telah berlaku sebagai jaksa, hakim, juri dan eksekutor," tambahnya.
- Bagaimana krisis politik yang dipicu oleh ujaran terhadap Nabi Muhammad di India menyeret nama Putin
- Ketika ujaran politisi soal Nabi Muhammad memperkeruh hubungan India dan negara-negara Islam
- Bagaimana kasus-kasus Islamofobia menodai hubungan India dengan negara-negara lain
Penggunaan buldoser mungkin telah menjadi kecaman global, tapi kata Joshi, ini telah menjadi kendaraan politik bagi Adityanath, dan bahkan telah mendapat persetujuan dari Perdana Menteri Narendra Modi.
Selama kunjungan negara bagian akhir Desember lalu, Modi mengatakan, "Ketika buldoser digunakan untuk mengatasi mafia... digunakan untuk melindas bangunan ilegal, juga orang-orang yang memelihara bangunan itu [juga] merasakan sakitnya."
Menyusul pernyataan perdana menteri, buldoser digunakan setelah insiden kekerasan berbasis agama awal tahun di negara bagian Madhya Pradesh, dan di ibu kota Delhi. Alat berat itu secara tidak proporsional menyasar pada Muslim dengan menggusur rumah, pertokoan, dan bisnis kecil mereka.
"Tidak ada perintah pengadilan yang menyebut penggusuran rumah seseorang, bahkan ketika mereka terlibat dalam kejahatan dan bahkan setelah mereka telah dihukum. Jadi, ketika pihak berwenang mengirim sebuah buldoser, pada dasarnya sebagai pesan politik - siapapun yang memprotes kami, akan dibuldoser," kata Joshi.
(ita/ita)