Ilustrasi: Edi Wahyono
Selasa, 14 April 2020Sudah hampir genap satu bulan Universitas Bina Nusantara, Jakarta, mengalihkan perkuliahan tatap mukanya menjadi online. Semenjak jumlah pasien COVID-19 terus meningkat, pihak kampus telah mengambil keputusan untuk mengadakan perkuliahan daring hingga akhir semester.
Salah satu dosen, Yuanita Safitri, tidak menyangka akan merindukan kegiatannya di kampus. Dosen Departemen Komunikasi ini rindu dengan kesibukannya di pagi hari, terutama menjelang aktivitas mengajar di kampus. “Ya, ampun nggak nyangka jadi kangen di kelas. Feeling tergesa-gesa di Senin pagi hari itu saya kangenin banget. Kalau sekarang di rumah ngesot-nya cuma dari kasur ke dapur terus ke meja kerja, udah begitu aja,” tuturnya.
Baca Juga : Sidang Skripsi Online yang Bikin Kalem Dosen
Ilustrasi kuliah online
Foto : Shutterstock
Di Binus, pembelajaran secara online sebetulnya sudah cukup biasa. Mahasiswa dan dosen kerap berbagi materi dan jadwal perkuliahan di portal bernama Binus Maya. Portal itu juga berfungsi sebagai forum untuk diskusi bersama. Namun, karena pandemi ini menyebabkan seluruh operasional perkuliahan beralih ke online.
Assignment diberikan tiap dosen yang kemudian menjadi overload. Makanya saya sengaja memberikan tugas yang tidak memberatkan tapi tetap bikin mereka mikir.'
“Bagi siapa pun yang sudah terbiasa pasti challenging. Saya sebagai dosen harus putar otak bagaimana mahasiswanya tetap semangat. Juga penting untuk menjaga mood di keadaan yang serba nggak pasti ini,” kata Yuanita yang mengajar 35 mahasiswa menggunakan aplikasi Zoom.
Yuanita tidak bisa membayangkan beratnya tugas dosen yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran online. Apalagi jika kampusnya belum punya platform online. Begitu curhatan sesama dosen yang didengar Yuanita. Seorang anak dosen juga pernah menuliskan curhatan tentang sang yang mengajar online. Curhatan itu viral beberapa waktu lalu.
“Ayah bela-belain nyiapin materi buat ngajar online biar nggak ngecewain mahasiswanya. Latihan pakai aplikasinya. Tapi pas lihat ayah aku ngajar kuliah online banyak yang tidur-tiduran, males-malesan, nggak nanggepin sampai layarnya si mahasiswa kosong gitu sakit hati banget aku,” tutur perempuan yang tidak ingin disebutkan namanya ini.
Baca Juga : Wuhan, Long Time No See
Kuliah online Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Foto : Dok Binus.
Dosen Jurusan Komunikasi Massa, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara, Mungky Diana Sari, juga punya cara menarik dalam memberikan tugas. Ia juga memastikan tugas yang diberikan kepada mahasiswa tidak melanggar aturan physical distancing yang sudah diterapkan pemerintah. Mata kuliah Radio TV Editing, misalnya, diwajibkan membuat konten video singkat.
“Mereka syuting dari rumah, dari jendela juga nggak masalah. Terus kalau tugas video biasa file-nya besar, supaya lebih mudah, saya tugaskan mereka buat video dengan TikTok,” ungkap Mungky. TikTok merupakan jaringan sosial dan platform video asal negeri tirai bambu China yang sedang naik daun. Cara ini juga ia gunakan agar mahasiswa tidak jenuh dengan tugas. “Assignment diberikan tiap dosen yang kemudian menjadi overload. Makanya saya sengaja memberikan tugas yang tidak memberatkan tapi tetap bikin mereka mikir.”
Persoalan tugas selama pembelajaran online ini memang kompak membuat mahasiswa dan pelajar gerah. Masalahnya karena dosen dan guru kompak memberikan tugas 'maha berat' yang berlimpah. Hal ini membuat 213 siswa mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait proses pembelajaran dari rumah.
Baca Juga : Orang Biasa Pintar Hadapi Corona
Ilustrasi bikin video pakai aplikasi TikTok
Foto : iStock
Masih banyak guru yang bingung mengelola program pembelajaran jarak jauh mereka. “Ini namanya sekolah online atau tugas online, bukannya setor muka malah setor tugas,” keluh Tiara Lestari, siswa SMA sekolah swasta di Tangerang.
Tugas yang menyebalkan bukan cuma dari satu mata pelajaran saja. Hampir semua guru memberikannya tugas seperti merangkum dari buku. Bukan cuma Tiara, adik laki lakinya yang masih SD juga mengalami hal yang sama. “Tugasnya merangkum per bab. Dan itu bukan cuma satu pelajaran saja. Kalau kayak gini enakan masuk sekolah lagi aja. Sekarang tugasnya banyak, nggak bisa ketemu teman dan nggak dapat uang jajan juga.”
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho