INTERMESO

Orang Biasa Pintar Hadapi Corona

“Karena layanan antar ini omzetnya bisa meningkat sampai 70%.”

Foto: Rengga Sancaya/detikcom

Minggu, 29 Maret 2020

“Sayur.. sayur..” suara Aji memecah keheningan pagi di komplek Perumahan Taman Surya, Jakarta Barat. Aji memarkirkan gerobak berisi sayur mayur segar persis di depan taman. Biasanya dalam hitungan menit, gerobak Aji pasti sudah penuh sesak dikerumuni emak-emak yang ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari. Namun ditunggu seperempat jam, mereka tak kunjung datang. Semenjak pandemi virus corona atau COVID-19 merebak, jalanan di komplek kosong melompong. “Pelanggan saya mulai takut keluar rumah. Padahal Cuma beberapa meter aja. Mereka memilih belanja lewat handphone,” ungkap Aji.

Akibat tidak ada pelanggan yang beli, Aji pun merugi. Apalagi sayur mayur cepat layu. Aji tidak bisa tinggal diam. Apalagi ada anak dan istri yang harus dinafkahi. Ia pun putar otak dan bikin strategi. Aji memang kalah canggih dari marketplace yang jualan online. Tapi dengan handphone-nya, Aji membuat grup WhatsApp berisi ibu-ibu satu komplek. Mereka yang ingin belanja tinggal menulis pesanan. Kemudian pria asal Cirebon, Jawa Barat, ini akan mengantar pesanan ke teras rumah masing-masing. Pelanggan Aji tetap dapat bertransaksi, ia pun tak jadi merugi.

(ILustrasi) Tukang sayur.
Foto : Istimewa

Ada yang nitip belanjaan buat stok seminggu, pesannya dari WhatsApp. Uang belanjaannya bisa ditransfer ke rekening saya. Tetap bisa nego dulu sebelum transfer,” katanya.

Saya sudah jualan dari awal pasar buka sampai sekarang. Ini yang paling parah. Jadi sekarang posisi pasar sepi. Ada yang belanja langsung tapi cuma dikit.'

Sebelumnya tukang sayur ini membeli stok sayur di pasar induk lalu menawarkan keliling kompleks. Namun sekarang Aji mengurangi stok belanjanya. Ia hanya membeli sayuran sesuai pesanan pelanggan di hari sebelumnya. Dengan cara itu, Aji dapat mengurangi resiko membeli sayur yang tidak diperlukan pelanggan. Meski kini ia tak lagi pusing soal stok jualannya, ada kebiasaan yang paling dirindukan Aji. “Biasanya ibu-ibu kalau lagi milih sayur bisa sambil ngerumpi. Saya kangen ngerumpi sambil dengar gosip terbaru,” tawa Aji.

Bukan hanya Aji, pasar modern seperti Pasar8 di Alam Sutera juga tidak mau kalah. Semenjak beberapa waktu lalu, pedagang mendapat anjuran dari pengelola pasar untuk menjual dagangannya dengan layanan antar. Pengelola mendaftarkan kontak pedagang di Pasar8, yang kemudian dibagikan kepada pelanggan. Selanjutnya pelanggan yang ingin memesan tinggal menghubungi kontak tersebut. Pihak pengelola juga menyediakan layanan antar secara cuma-cuma.

Sejak virus merebak, pelanggan mulai khawatir untuk sekadar berbelanja ke pasar. Pelanggan di lapak sayur Sumiyati tidak pernah lagi datang ke pasar. Otomatis penjualannya juga menurun drastis. “Saya sudah jualan dari awal pasar buka sampai sekarang. Ini yang paling parah. Jadi sekarang posisi pasar sepi. Ada yang belanja langsung tapi cuma dikit. Bisa dibilang menurun 50%,” kata Sumiyati.

(Ilustrasi) Banyak pasar menjadi sepi pengunjung imbas corona. Pedagang pun inisiatif untuk membuka layanan antar.
Foto : Pradita Utama/detikcom

Meski pelanggan enggan datang ke pasar, mereka tetap akan mengeluarkan uang untuk barang kebutuhan. Penjualan melalui layanan antar ini justru meningkat tajam. “Karena layanan antar ini omzetnya bisa meningkat sampai 70%. Sehari bisa sampai 15 orang. Sekali beli pun jumlahnya banyak karena mereka stok buat satu minggu,” tutur Sumiyati. Pelanggan yang berbelanja bukan hanya dari sekitar kawasan Alam Sutera, melainkan juga sampai ke kawasan Karawaci, Tangerang.

Semenjak ada layanan antar ini, Sumiyati dibantu suami dan anaknya hanya datang ke pasar untuk menyiapkan orderan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, Sumiyati masih rutin berbelanja ke Pasar Induk Tanah Tinggi. Meski dalam hati ia agak was-was tertular virus. “Sekarang setiap ke pasar saya selalu pakai masker dan bawa hand sanitizer. Saya udah datang subuh tetep aja pasarnya ramai. Tapi mau gimana lagi, kalau saya nggak pergi yang di rumah pada nggak makan,” ungkapnya.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho

[Widget:Baca Juga]
SHARE