Jakarta - Setelah menemui masa Kejayaannya di tahun lalu, industri pembiayaan (multifinance) diperkirakan melambat pada tahun ini. Apalagi buat perusahaan yang tidak memiliki dukungan pendanaan (funding) yang memadai. Membengkaknya tingkat suku bunga perbankan, dipastikan akan meningkatkan biaya dana perusahaan pembiayaan yang juga akan menyulut bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya. Padahal, di sisi lain, daya beli masyarakat saat ini sedang βkempesβ seiring naiknya harga-harga barang pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Oktober tahun lalu.Kondisi ini, menjadikan pasar pembiayaan pun terancam turun dengan berkurangnya jumlah orang yang layak untuk βdibiayaiβ. Dampaknya, kompetisi di industri pembiayaan pun kian ketat. Apalagi, jumlah pemain di industri ini masih cukup banyak. Apa strategi PT U Finance Indonesia (UFI) untuk memenangkan persaingan yang ketat ini? Berikut petikan wawancara wartawan Investor Daily,
Muhammad Ali dan
Yeffrie Y P dengan Dirut UFI
Jun Mukoyama dan
Wadirut UFI Aditya Syahrizal di Jakarta, baru-baru ini.
Bagaimana industri multifinance di tahun ini? Banyak pengamat bilang pasarnya makin buruk dibanding tahun lalu. Pasar multifinance baik motor maupun mobil tidak akan naik signifikan atau bahkan turun. Jadi, kompetisi dengan pemain lain juga semakin ketat. Namun, kita pikir masih ada ruang untuk kita. U Finance terbilang masih kecil dibanding pemain lain di industri pembiayaan.
Kenaikan suku bunga masih menjadi kendala. Bagaimana strategi perseroan? Tentu saja, kita juga harus menaikkan suku bunga. Tapi, intinya tidak hanya suku bunga, kita juga berikan layanan yang cepat. Dengan kenaikan suku bunga, permintaan kredit konsumsi tidak akan sebesar tahun lalu. Tapi, masih ada nasabah yang membeli motor maupun mobil lewat multifinance.
Lalu, seperti apa persaingan tahun ini? Pasti akan semakin ketat. Bukan hanya kompetisinya, perusahaan juga harus memikirkan pendanaan (funding), serta upaya-upaya untuk meredam kredit bermasalah. Tahun ini, hampir semua multifinance bermasalah dari segi funding. Menurunnya pasar otomotif tentu membuat persaingan semakin ketat. Jika ingin tetap bersaing tentu harus memiliki source pendanaan yang baik. Jadi, yang terpenting sumber dana dan pengelolaan kredit bermasalah (NPL).Kuncinya adalah pemilihan target segmen harus tepat. Jadi, tidak memaksakan segmen pasar yang tidak memungkinkan. Pemilihan segmen yang tepat, lalu proses kredit yang baik, dan juga early warning-nya jalan. Segmen kita menengah ke atas dengan lebih banyak menengah. Kita juga menggandeng lebih dari 1.500 showroom.
Bagaimana strategi UFI? Kita punya dukungan pendanaan yang kuat dari pemegang saham, yakni Bank Mitsubishi UFJ Financial Group (kini menjadi bank terbesar di dunia-red). Dukungan pendanaan itu yang terpenting buat multifinance. Kita mendapat dana dari UFJ Bank Indonesia dan sebagian dari UFJ Bank Singapura. Sedangkan, dana dari obligasi sangat kecil, hanya Rp 50 miliar. Banyak perusahaan pembiayaan yang masih berjuang keras untuk mendapatkan akses pendanaan, misalnya dari beberapa bank. Selain dukungan pemegang saham, kita juga mulai menerbitkan obligasi sebagai sumber pendanaan.
Berapa total pinjaman bank UFI saat ini? Tahun lalu, total sekitar US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1 triliun. Untuk pinjaman 1 bulan, kita bisa dapat bunga 12-13%. Jika lebih dari 1 tahun, kita bisa dapat 18-19%. Tergantung kombinasi ini. Jika harga kita kompetitif, biaya dana kita juga tidak terlalu mahal. Boleh dibilang rata-rata cost of fund kita sekitar 12-18%. Tahun ini, kita mendapatkan tambahan dana pembiayaan sebesar Rp 1 triliun dari pemegang saham karena target pembiayaan kita tahun ini lebih dari Rp 2 triliun. Ke depan, kita akan mendiversifikasi sumber pendanaan dari obligasi maupun pinjaman bank.
Mengapa menerbitkan obligasi jika sumber dana sudah kuat? Dengan penerbitan obligasi itu, kita juga memperkenalkan diri ke nasabah ritel. Memang nilai yang kami terbitkan tidak sebanding, hanya 5% dari total pendanaan yang kita siapkan tahun ini. Penerbitan obligasi itu untuk tujuan jangka panjang. Kita ingin mempelajari pasar pembiayaan domestik. Ke depan, perusahaan kita harus tetap independen meskipun kita tergantung pada pemegang saham. Kita ingin mempelajari mixed funding yang lain sebagai perusahaan independen. Saya rasa itu juga bentuk investasi yang positif di saat harga obligasi sedang lesu, kita juga ikut menggairahkan pasar. Jumlahnya memang tidak banyak hanya Rp 50 miliar, dan kita jual secara ritel minimal pembeliannya hanya Rp 5 juta.
Bagaimana Upaya UFI meredam kredit bermasalah? Upaya ini juga penting bagi perusahaan pembiayaan. Jika, NPL naik, kita tidak boleh terlalu agresif. Kita harus memiliki departemen pengawasan risiko kredit yang bagus. Kita punya tim yang bagus di sana. Kita juga tengah memperbaiki sistem yang ada. Dengan sistem yang bagus, kita dapat menjaga kredit bermasalah.Terbukti, kita mampu me-manage NPL dengan baik. Kita berusaha menjaga NPL di bawah 2%. Tahun lalu, NPL kita bahkan tidak lebih dari 1,5%. Jadi, total NPL sekitar 1,75%. Angka ini masih sangat bagus. Industri perbankan masih mentolerir angka NPL ini di level 2-3%. Sedangkan, di multifinance, angka NPL 4-5% masih dinilai bagus.
Bagaimana dengan Tenaga dan jaringan collection UFI? Untuk mengelola NPL bukan hanya di collection-nya. Tapi juga di depan saat permintaan kredit. Di perusahaan lain, credit marketing officer (CMO) melakukan segalanya, misalnya survey, analisa dan sebagainya. Di kami, bagian survey dan yang lain kita pisahkan untuk menciptakan obyektivitas yang lebih baik. Pencegahan risiko itu sudah ada di depan. Kuncinya saat masuk ke bisnis ritel ini, tenaga collection-nya harus siap. Oleh karena itu, tenaga field dan desk collection-nya kita bedakan. Volume bisnis ritel ini kan lebih banyak.
Bagaimana komposisi pembiayaan UFI? Pembiayaan UFI hampir 99% di mobil dan semua merek. Sedangkan, pembiayaan motor kita fokuskan di merek-merek Jepang.
Saat ini, berapa persen mobil yang dibeli secara kredit? Sekitar 60-70% mobil dibeli secara kredit. Mungkin untuk premium car memang dibeli secara tunai. Tapi, kalau mobil sejenis Daihatsu, mungkin 90% dibeli secara kredit. Untuk mobil bekas, 60% dibeli secara kredit.
Apakah UFI hanya membiayai kendaraan saja? Kita juga sudah menjajaki pembiayaan lain, yang merupakan strategi crosseling. Misalnya, mereka yang kita biayai pembeliaan mobil, kita juga tawarkan untuk pembiayaan barang elektroniknya dan kebutuhan rumah tangganya, seperti TV dan lainnya. Dan tahun depan, kita akan membangun konsep yang disebut βTotal Financing Solutionβ.
Bagaimana kompetisi dengan bank? Memang, pricing bank lebih baik dari multifinance. Tapi, masing-masing punya segmen pasar sendiri-sendiri. Tipikal karakter orang Indonesia tidak semuanya ke bank, dan mungkin lebih ke arah fleksibilitas, kecepatan, dan kemudahan. Kalau orang memilih pricing mungkin akan lari ke bank, namun dengan prosedur yang tidak terlalu mudah. Multifinance sedikit lebih mahal tapi prosesnya lebih cepat.
Target UFI di tahun ini? Target kita, minimal dua kali lipat dibanding tahun lalu. Pada November tahun lalu, pembiayaan kita sudah tembus Rp 1 triliun dan kita harapkan akhir tahun ini bisa mencapai Rp 1,1 triliun. Jadi, kita harapkan pembiayaan di tahun ini mencapai lebih dari Rp 2 triliun.
Boleh dibilang target yang sangat agresif? Sebenarnya, target itu sangat beralasan. Karena pangsa pasar kita saat ini masih kecil hanya 2,5%. Jika kita ingin menggandakannya, bahkan menjadi 6-7%, masih realistis. Sekitar 99% dari total portofolio kita saat ini adalah mobil. Dari angka itu, 60% adalah mobil baru dan sisanya mobil bekas.
Mengapa juga memilih mobil bekas? Sebenarnya, fokus kita juga di mobil bekas. Hampir 40% dari total portofolio adalah mobil bekas. Di Jakarta dan Surabaya, mobil bekas masih banyak dipilih. Dengan harga yang juga kompetitif di pasar ditambah kemampuan kita meng-handle portofolio kita mampu masuk di pasar ini. Namun, di pasar mobil bekas, kita butuh kecepatan menjual yang lebih bagus ketimbang mobil baru. Ini juga salah satu kekuatan UFI dan ditambah fleksibilitas dalam layanan.
Bagaimana dengan harga pembiayaan mobil bekas? Harganya jelas berbeda, sedikit lebih tinggi. Tapi di pasar, harga kita masih kompetitif. Kita juga memberikan fleksibilitas sesuai kebutuhan nasabah, misalnya dari segi uang muka dan tenor pembiayaan. Secara keseluruhan, peran sektor pengawasan dan risiko kredit sangat penting untuk memperoleh pembiayaan dan nasabah yang berkualitas.
Berapa bunga yang ditawarkan? Saat ini, suku bunga on the counter efektifnya 21-22%. Untuk flat rate-nya sekitar 9,5% dengan lama pembiayaan rata-rata 3 tahun. Angka ini terbilang masih kompetitif di pasar. Selain itu, kita memiliki layanan yang bagus dengan beberapa fleksibilitas.
Nasabah UFI paling banyak nasabah korporasi atau individu? Nasabah kita paling banyak individu (ritel). Saat ini, kita fokus di perusahaan patungan asal Jepang, sekitar 700 perusahaan di Indonesia yang menjadi captive market yang siap dimasuki. Kita punya hubungan yang baik dengan mereka. Jika karyawannya ingin memiliki kendaraan atau peralatan rumah tangga dapat menghubungi kita.
Saat ini, berapa rasio modal dengan pembiayaan? Rasio kita mungkin sudah sekitar 11%. Jadi tahun ini kita sudah meningkatkan modal dari Rp 81,5 miliar menjadi Rp 250 miliar. Jika tidak, kita tidak akan mampu ekspansi.
Ada kerjasama dengan bank untuk membayar cicilan? Nasabah bisa membayar melalui transfer di semua bank, khususnya kerjasama dengan BCA yang memiliki banyak ATM. Kita juga tengah membidik kerjasama dengan PT POS Indonesia.
Ada rencana untuk menjadi perusahaan yang tercatat di bursa? Saat ini kita tidak punya rencana seperti itu, tapi saya sangat tertarik untuk menjadi listed company. Ke depan, bisa saja.
(Muhammad Ali Yeffrie Y/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini