Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengungkap rencana pemerintah Indonesia membeli pesawat MV-22 Block C Osprey. Pesawat jenis ini pernah jatuh di Australia pada 2017.
Pesawat MV-22 Block C Osprey merupakan produksi perusahaan patungan (joint venture) antara Bell dan Boeing. Pesawat tempur jenis angkut ini dipakai oleh Korps Marinir AS.
Pada 5 Agustus 2017, pesawat militer MV-22 Osprey milik AS jatuh di perairan Teluk Shoalwater di Negara Bagian Queensland. Sebanyak 23 personel militer selamat dalam insiden itu. Meski begitu, ada 3 personel Marinir AS yang hilang akibat kecelakaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapal Angkatan Laut Kerajaan Australia HMAS Melville ikut bergabung dalam pencarian pada Minggu (6/8/2017). Kapal survei tersebut tak lama kemudian berhasil menemukan bangkai pesawat militer AS yang jatuh.
"Tak lama setelah melakukan operasi survei di area tersebut, pesawat yang tenggelam telah ditemukan," kata Menteri Pertahanan Australia, seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (7/8/2017).
Korps Marinir AS menyatakan operasi penemuan pesawat dan korban bisa berlangsung berbulan-bulan. Belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat militer AS tersebut.
Pesawat MV-22, yang merupakan separuh helikopter dan separuh turboprop, memiliki dua mesin dan bisa mendarat dan lepas landas secara vertikal. Pesawat ini bisa terbang lebih cepat dibandingkan helikopter.
Pesawat yang jatuh tersebut merupakan jenis pesawat yang disebut-sebut akan dibeli oleh Indonesia. Informasi soal rencana pembelian pesawat MV-22 Block C Osprey oleh pemerintah Indonesia dirilis oleh Defense Security Cooperation Agency (DSCA) atau Departemen Luar Negeri AS. Mereka mengumumkan telah menyetujui kemungkinan penjualan pesawat MV-22 Block C Osprey beserta persenjataan lainnya kepada pemerintah Indonesia.
Total belanja militer Indonesia dengan rincian delapan pesawat beserta persenjataan lainnya bernilai hampir mencapai Rp 29 triliun. Kurs dolar AS terhadap rupiah hari ini, Rabu (8/7/2020), adalah Rp 14.427. Dengan kurs senilai itu, rencana jumlah belanja militer RI kepada AS sekitar Rp 28,8 triliun.
"Ini sangat penting untuk Amerika Serikat membantu Indonesia mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang kuat dan efektif," demikian keterangan dari DSCA.
Pihak Kementerian Pertahanan menyatakan belum ada keputusan resmi terkait pembelian pesawat tempur jenis angkut tersebut. Menurut Kabiro Humas Kemenhan Brigjen Djoko Purwanto, pembelian Osprey masih dalam pembahasan.
"Kebutuhan alutsista masih dalam pembahasan dengan U.O angkatan," ucap Djoko saat dimintai konfirmasi.
Tonton video 'Mengenal Teknologi HEPA Filter di Kabin Pesawat Jet Boeing':