CFD Tanpa Jaga Jarak, Kritik ke Anies Tak Terelak

Round-Up

CFD Tanpa Jaga Jarak, Kritik ke Anies Tak Terelak

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 23 Jun 2020 05:46 WIB
Jalur khusus sepeda terlihat di kawasan Bundaran HI. Jalur itu dibuat untuk warga yang bersepeda di kawasan yang kembali adakan car free day (CFD) tersebut.
Penampakan Jalur Khusus Sepeda di CFD Bundaran HI. (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta -

Kerumunan warga yang tumpah ruah dalam pergelaran hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) ataucar free day (CFD) di Sudirman-Thamrin, Jakarta, pada Minggu 21 Juni 2020, panen kritik sejumlah kalangan. Desakan agar Gubernur Anies Baswedan mengevaluasi CFD pun menguat.

Awalnnya, suasana car free day CFD di Bundaran HI dan Sudirman-Thamrin pada Minggu (21/6/2020) pagi terlihat ramai. Pertama kali CFD kembali dibuka, warga tumpah ruah ikut dalam CFD, baik untuk berolahraga, berlari, maupun bersepeda.



Meski sudah diberi pembatas antara pesepeda dan pelari, ada saja warga yang menyerobot ke luar jalur. Lebih lanjut, masih banyak masyarakat yang melanggar aturan protokol kesehatan, mulai dari tidak memakai masker hingga membawa anak berusia di bawah 9 tahun.

Situasi tersebut menjadi sorotan tajam sejumlah pihak. Pemprov DKI Jakarta dinilai lepas pengawasan soal kerumunan CFD tersebut. Banyak pihak khawatir CFD menjadi tempat penularan virus Corona.

Menanggapi hujan kritik, Anies berjanji akan melakukan evaluasi secara menyeluruh. Berikut CFD tanpa jaga jarak berujung kritik ke Anies tak terelak:



Golkar: Pemprov DKI Lepas Kontrol

Fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta mengkritik Pemprov DKI Jakarta soal keramaian di car free day (CFD) kemarin. Golkar menilai Pemprov DKI lepas pengawasan sehingga protokol kesehatan tidak maksimal.

"Menurut saya, Pemda lepas kontrol dan sangat berbahaya. Apalagi protokol kesehatannya tidak ketat," kata Ketua Fraksi Golkar DKI Basri Baco, Senin (22/6/2020).

Basri mengatakan, jika CFD terus ramai, potensi gelombang kedua penyebaran virus corona di Jakarta akan terjadi. Dia mengusulkan agar Pemprov menunda pelaksanaan CFD atau membatasi pengunjung.

"Pasti (terjadi). Waspada gelombang kedua penularan (COVID-19). Tunda atau batasi pengunjung CFD. Edukasi jangan pernah berhenti," ujarnya.



PDIP Minta Pemprov DKI Tegas

Warga memadati pembukaan kembali CFD DKI Jakarta. Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta meminta pemprov memastikan warga yang berkunjung harus menerapkan protokol kesehatan.

"Sebetulnya kuncinya adalah pemprov bisa memastikan bahwa seluruh masyarakat mampu menerapkan atau menjaga protokol kesehatan, kuncinya di situ. Jadi kalau Pemprov sudah bisa memastikan bahwa seluruh elemen masyarakat mampu menerapkan protokol kesehatan, saya kira itu langkah positif," kata Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono, ketika dihubungi detikcom, Minggu (21/6/2020).

Sejumlah pengunjung CFD terpantau tak memakai masker. Menurut Gembong, pemprov mesti tegas menegakkan peraturan.

"Ya Pemprov harus tegas dalam artinya, ketika ada komitmen membuka (CFD) tentunya ada komitmen dengan Pemprov DKI Jakarta, komitmennya ya penerapan tetap dengan protokol kesehatan," kata Gembong.



5 dari 600 orang yang mengikuti rapid test dari Pusdokkes Polri dinyatakan reaktif Corona. Gembong menuturkan kelimanya harus dikarantina sesegera mungkin.

"Ketika sudah ditemukan yang 5 orang itu ya karantina mandiri, yang paling efektif tentunya kalau kita bicara karantina mandiri tentunya harus ada kedisiplinan ini," tuturnya.



NasDem: Pemprov DKI Harus Evaluasi CFD

Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta meminta Pemprov DKI mengevaluasi gelaran CFD yang kembali diberlakukan lagi hari ini. NasDem menilai masih adanya permasalahan dalam gelaran CFD.

Permasalahan yang dimaksud yakni terkait physical distancing atau jaga jarak. Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta, Wibi Andrino yang pagi ini turun langsung ke lokasi CFD menemukan masih banyaknya masyarakat yang tak jaga jarak.

"NasDem meminta Pemprov DKI segera melakukan evaluasi dan penyempurnaan dan pengetatan agar CFD berikutnya bisa aman dan sehat untuk warga DKI," kata Wibi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (21/6/2020).

Widi mengatakan, padatnya pengunjung CFD pada hari ini, membuat jaga jarak sulit dilakukan. Selain itu, Wibi juga melihat masih banyaknya anak-anak dan lansia yang datang ke CFD.



Wibi pun meminta agar ke depannya masyarakat yang datang ke CFD dapat meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. Hal itu tak lain guna memutus rantai penyebaran virus Corona di Jakarta.

"Kami mengimbau warga DKI tetap mematuhi protokol covid dan membatasi kegiatan berkumpul bila kondisi tubuh tidak fit, terutama untuk anak dan lansia jangan dan kegiatan olahraga yang aman tetap lebih baik di rumah saja," kata Wibi.

Di sisi lain, Wibi juga mengapresiasi petugas dari Pemprov DKI Jakarta yang tak pernah lelah mengawasi, serta memperingatkan warga untuk menggunakan masker dan jaga jarak dalam beraktivitas di CFD hari ini.

"Saya sangat mengapresiasi sekali pada petugas Pemprov yang tak pernah lelah dalam melakukan pengawas kepada masyarakat," kata Wibi.

Menko PMK: Jika Tak Beres, Segera Evaluasi!

Pembukaan sektor-sektor tertentu serta kegiatan sudah mulai dilakukan secara bertahap di sejumlah wilayah Indonesia, dengan ketentuan harus menjalankan protokol kesehatan. Pemerintah pusat mengimbau dilakukannya evaluasi jika ditemukan hal yang tidak tepat.

Hal ini disampaikan Menko PMK Muhadjir Effendy saat ditanya evaluasi pelaksanaan new normal serta adanya masyarakat yang berkerumun saat CFD. Muhadjir awalnya menyampaikan perlunya dilakukan simulasi sebelum dilakukannya pengurangan pembatasan.

"Sesuai dengan arahan bapak presiden, sebaiknya kalau akan mulai mengurangi pembatasan terutama untuk sektor-sektor tertentu, itu kan harus ada simulasi-simulasi baru nanti bisa dipastikan kalau semuanya aman terkendali, terutama untuk protokol kesehatan yang khusus, baik yang generik maksud saya, yang generik itu cuci tangan pakai masker menjaga jarak," kata Muhadjir kepada wartawan seusai bertemu Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/6/2020).



Protokol kesehatan seperti mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menggunakan masker, dan menjaga jarak merupakan 3 ketentuan utama yang harus dijalankan untuk mencegah penularan virus Corona (COVID-19). Jika ditemukan kendala, seperti membludaknya masyarakat di bandara, maka harus segera dievaluasi.

"Presiden selalu menaruh perhatian sangat tinggi adanya pembukaan-pembukaan wilayah tertentu, objek-objek tertentu, kemudian ada tiga hal itu yang kurang berjalan dengan baik. Karena itu... tetapi kan begini, biasanya memang kalau 1-2 kali tahap pertama itu kan pasti ada hal-hal yang terjadi yang di luar perhitungan, seperti waktu kita membuka bandara misalnya, 1-2 hari terjadi apakah terjadi anomali, tapi setelah itu sudah bisa kita evaluasi," kata Muhadjir.

Untuk itu, Muhadjir mengimbau kepada semua pihak yang menyetujui pembukaan pada sektor dan kegiatan tertentu untuk melakukan evaluasi jika ditemukan kendala. Harapannya, sektor-sektor tertentu dan kegiatan yang dimaksud disiplin dalam penerapan protokol kesehatan.

"Saya mengimbau kepada semua saja yang telah menyetujui adanya pembukaan untuk sektor kegiatan tertentu supaya kalau ada yang tidak tepat atau yang kurang beres segera diadakan evaluasi dan untuk tahap berikutnya supaya dilaksanakan sesuai dengan protokol yang sudah ada," ucapnya.



Epidemiolog: Silakan CFD Bila Ingin Corona Naik

Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menutup hari bebas kendaraan bermotor (car free day/CFD) supaya kasus virus Corona tidak melonjak. Namun bila ingin kasus Corona naik, CFD dipersilakan dibuka.

"Silakan kalau mau dibuka terus, tapi kemungkinan penularannya akan terjadi terus. Bisa saja besok Jakarta menjadi seperti Jawa Timur. Tinggal tunggu naik saja," kata epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono kepada detikcom, Senin (22/6/2020).

Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) ini menjelaskan tentu saja tidak ada yang ingin kasus Corona melonjak. Maka Pemprov DKI harus segera menutup CFD.

Dia memahami pelonggaran pembatasan sosial dalam bentuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi dilakukan karena adanya tekanan ekonomi. Kegiatan ekonomi tidak bisa dibiarkan terus berhenti, maka sektor usaha diperbolehkan beraktivitas secara terbatas. Namun CFD bukanlah aktivitas yang bernilai ekonomi sehingga tidak terlalu penting untuk dibuka.

"Penularan terjadi tapi dampak ekonominya kecil. Sekarang pembatasan sosial dibuka karena tekanan ekonomi. Tapi kalau CFD dibuka, di mana unsur ekonominya? Buat apa?" tutur Miko.

"Jadi, menurut saya, CFD jangan dibuka karena dampak ekonominya kecil," kata Miko.



Dia menghitung berdasarkan data yang disediakan oleh Pemprov DKI, angka rata-rata kasus baru di DKI masih berkisar 500-an per pekan. Ini bukan angka yang sedikit. Peningkatan jumlah spesimen yang diperiksa tidak bisa menjadi alasan pembenaran banyaknya kasus positif yang terkonfirmasi.

"Positivity rate 6% sepekan terakhir. Ya tinggi lah. Sekarang jumlah spesimen memang sudah meningkat, tapi jumlah positif yang ditemukan juga meningkat," kata Miko.

Dia ingat, Gubernur Anies Baswedan sempat mengumumkan bahwa angka penularan efektif (Rt) sebesar 0,99 sehingga PSBB masa transisi diberlakukan. Miko memahami, Rt dihitung berdasarkan populasi yang rentan (susceptible population) dikalikan R0. Adapun R0 sendiri dihitung berdasarkan probabilitas penularan, tingakt kontak, dan durasi sakit dalam hitungan pekan.

"Jakarta jangan yakin dengan Rt-nya. Buktinya sekarang penularan kasus baru masih banyak," kata Miko.

Berbicara soal tingkat kontak, tak ada yang bisa memastikan berapa tingkat kontak pada saat CFD. Soalnya, orang-orang beraktivitas dalam jarak yang relatif dekat dalam jumlah banyak pula. Di sisi lain, banyak orang tanpa gejala (OTG) yang berpotensi menularkan ke orang yang sehat.

"Semua di CFD adalah orang rentan. Tidak ada suatu kelompok umurpun yang tidak susceptible terhadap infeksi COVID-19. Bisa dibayangkan apa yang terjadi di CFD," kata Miko.

Ahli Khawatir CFD Jadi Tempat Penularan Corona

Warga tumpah ruah dalam pergelaran hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) ataucar free day (CFD) di Sudirman-Thamrin, Jakarta, kemarin pagi.

Pakar epidemiologi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad khawatir terjadi penularan virus corona jika terjadi kerumunan di CFD.

"Ya harus seperti itu (khawatir) ya. Problemnya kan, apakah kemudian semua penularan itu lewat udara, kan nggak. Ya bersentuhan dan sebagainya kan juga bisa menular semakin banyak orang menanyakan kemungkinan untuk kontak dekat itu kan makin besar," ujar Riris ketika dihubungi detikcom, Minggu (21/6/2020)

"Akan lebih baik kalau orang tidak melakukan kerumunan di car free day," ujar Riris.

Akan sangat berbahaya jika orang tanpa gejala (OTG) yang reaktif Corona turut berkerumun. Menurut Riris, semakin besar kerumunan, resiko penularan Corona juga semakin besar.

"Fokusnya secara konsep semakin besar kerumunannya ya semakin besar resiko untuk terjadinya penularan," imbuhnya.



Pemerintah: Masyarakat Lupa Jaga Jarak Penting

Pemerintah menyoroti pelaksanaan CFD di Jakarta yang kembali diadakan saat masa PSBB transisi. Dari hasil pemantauan, banyak yang melupakan physical distancing atau jaga jarak.

"Hari ini kami melakukan pemantauan di beberapa tempat seperti pelaksanaan car free day di Jakarta, masih kita lihat beberapa masyarakat lupa bahwa physical distancingpenting," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, lewat kanal YouTube BNPB, Minggu (21/6/2020).



Yurianto meminta hal ini menjadi evaluasi. Lagi-lagi, dia mengingatkan pentingnya menjaga jarak di mana pun kita berada.

"Ini kami mohon jadi evaluasi kita bersama. Physical distancing, menjaga jarak adalah sesuatu yang mutlak kita laksanakan," ungkapnya.

"Kami melakukan pemantauan di Batam dan beberapa lain juga demikian. Kita masih melihat banyak masyarakat yang belum tertib menjaga physical distancing. Meski sebagian besar sudah pakai masker, tapi physical distancing adalah sesuatu yang perlu," kata Yurianto.Selain itu, pemerintah memantau beberapa bandara yang memiliki penerbangan ke Pulau Jawa. Salah satunya di Batam.



Anies Siap Evaluasi Menyeluruh

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan mengevaluasi pelaksanaan hari bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD) malam ini. Evaluasi juga membahas adanya kerumunan yang terjadi di CFD.

"Nanti malam kita akan evaluasi HBKB (hari bebas kendaraan bermotor). Dari situ kita akan kabarkan apa yang akan dikerjakan," kata Anies di Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2020).

Evaluasi CFD akan dilakukan menyeluruh. Termasuk soal warga yang mendatangi lokasi tersebut.

"Termasuk seperti kegiatan HBKB kemarin, kita akan review hari ini, dan kemudian dikumpulkan datanya, tentang berapa yang datang, dan lain-lain," kata Anies.



Dia menyebut, dari hasil evaluasi tersebut, akan diputuskan bagaimana CFD ini akan digelar berikutnya. Dia memastikan perbaikan akan dilakukan demi meminimalkan kerumunan masyarakat di ruang publik.

"Nanti kita akan putuskan, apakah pendekatannya masih akan seperti kemarin, atau akan diubah pendekatannya. Tapi, intinya adalah kita semua sedang dalam proses belajar menaati protokol, belajar mengelola kegiatan, dan setiap ada proses ambil hikmahnya, lakukan koreksi, lakukan perbaikan," ucap Anies.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads