Sebut Indonesia Telat Lockdown, JK: PSBB Juga Tak Maksimal

Sebut Indonesia Telat Lockdown, JK: PSBB Juga Tak Maksimal

Faiq Azmi - detikNews
Rabu, 17 Jun 2020 18:28 WIB
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) menjelaskan alasan dibolehkannya salat Jumat dengan dua gelombang. Menurutnya, dari pada jemaah membeludak ke jalan, mending dibagi menjadi dua gelombang.
Jusuf Kalla di Gedung Grahadi (Foto: Faiq Azmi/detikcom)
Surabaya -

Jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia ada 41.431 kasus. Ketua PMI Pusat Jusuf Kalla menilai pemerintah telat untuk menerapkan lockdown.

"Kita belajar dari negara berhasil dan tidak. China, Korea, Jepang, Taiwan, Vietnam, New Zealand itu negara yang berhasil. Yang lainnya belum karena kasusnya dibilang naik terus. Yang paling bagus Vietnam karena lockdown. Kita agak telat menerapkan lockdown. Tetapi masih adalah waktu untuk mengatasi ini," kata JK saat di Gedung Negara Grahadi, Rabu (17/6/2020).

JK menyebut negara yang sukses meredam penyebaran COVID-19 karena sudah bersiap sejak Januari 2020. Sedangkan Indonesia dinilai telat menyikapi pandemi COVID-19.

"Ini tidak mudah. Karena itu pertanyaannya mengapa Asia lebih cepat dari pada Eropa. Karena negara Asia yang sukses menekan penyebaran COVID-19 seperti China, Korea, Taiwan, New Zealand sejak Januari sudah melawan untuk menghindari juga mencegah. Kita sendiri baru siap mulai Maret, sama dengan US, Inggris. Kesannya banyak orang yang memandang enteng. Padahal ini tidak bisa kita pandang enteng," jelas JK.

JK menilai beberapa langkah dari pemerintah seperti menerapkan PSBB tidak berjalan efektif. Apalagi, sanksi tidak dijalankan dengan maksimal.

"Kita menerapkan PSBB, atau apapun lah namanya. Kita PSBB tapi disiplin masyarakat rendah dan sanksi tidak kita jalankan," tandasnya.

Dia menjelaskan untuk saat ini proses mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pihaknya berencana akan bekerja sama dengan RS untuk donor darah plasma convalescent.

"Kita PMI menggerakkan teman-teman di Jatim. Sebenarnya teori kesehatan adalah mencegah dari pada mengobati. Kita akan ke RS untuk membantu plasma convalescent dan kita akan sangat ketat dalam memilih darah untuk donornya," jelasnya.

JK menambahkan, di sektor ekonomi, stimulus yang dibuat oleh pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi akan sulit selama Corona masih ada.

"Apa pun stimulusnya kalau Corona masih ada, ekonomi tidak akan naik. Contoh di mal masih sepi, orang tidak berbelanja karena ada Corona. Akhirnya orang yang berjualan tidak mendapat pemasukan, tidak ada produksi karena daya beli turun," ujarnya.

Di sektor pendidikan, JK menilai jika sekolah jarak jauh/di rumah berkepanjangan hingga 1 tahun, maka 1 tahun anak muda Indonesia akan tertinggal

"Maka PMI berprinsip mencegah lebih baik dari pada mengobati. Tapi tidak mungkin juga kalau tidak mengobati. Tugas PMI adalah menyelesaikan kesulitan ini, kalau tidak ada kesulitan, PMI tidak kerja nanti," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.