Bupati Bogor Ade Yasin geram karena warga DKI Jakarta memadati kawasan Puncak di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ade meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan penyekatan ke masyarakatnya.
"Ya itu, seperti itu. Kita minta gitu. Jadi serbuan kendaraan pelat B ke Bogor tolong, saya minta bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI untuk tidak banyak (masyarakat Jakarta) yang ngoncor ke sini (Bogor)," kata Ade Yasin di Pendapa Bupati Bogor Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu (3/6/2020).
Video kawasan Puncak dipadati warga pada hari libur akhir pekan sempat viral di media sosial. Menurut Camat Cisarua Deni Humaedi, peristiwa itu terjadi pada Minggu siang (31/5). Dedi menyebut saat itu kendaraan pelat B mendominasi kawasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali ke Bupati Bogor. Ade pun tak terima jika pihaknya disalahkan atas kepadatan di kawasan Puncak saat itu.
"Kita yang diserbu, kita juga yang disalahin. Masing-masing jagalah wilayahnya, gitu," sesal Ade.
Ade mengaku bahwa pihaknya telah melakukan tindakan tegas dengan memutar balik kendaraan pelat B yang berada di Puncak. Namun, sebut dia, tidak semua kendaraan yang berasal dari Jakarta dapat diputar balik karena jumlah personel di lapangan terbatas.
"Bayangkan, harus menghadang ribuan motor, sementara petugas sedikit. Nah ini yang menjadi kendala. Akhirnya banyak yang lolos naik ke Puncak, apalagi lewat jalan-jalan tikus, semua jalan juga bisa. Puncak kewalahan. Kenapa mereka (warga Jakarta) bisa lolos? Gitu lho. Kan kita sedang PSBB juga," papar Ade.
Camat Bogor Deni Humaedi sebelumnya juga menyampaikan apa yang diutarakan Ade. Dia tak memungkiri banyak kendaraan yang lolos dan bisa masuk ke kawasan Puncak.
"Ya jadi begini ya, ini kan libur panjang sementara informasi tentang 'new normal' dan lain-lain karena memang dari Jakarta juga banyak yang masuk ya, walaupun misalnya di Gadog dijaga, tapi kan mereka tahu jalan-jalan alternatif ya, kayak motor-motor itu sampai Jakarta, Bekasi, Kota Bogor," ujar Deni saat dihubungi, Minggu (31/5).
Deni menuturkan kepadatan tersebut juga memancing warga sekitar untuk sekadar ke luar rumah. Alhasil, kata Deni, banyak dari mereka yang ikut-ikutan dan memadati kawasan Puncak.
"Sehingga dengan begitu otomatis warga setempat ya yang mungkin selama ini tidak pernah keluar ya ikut-ikut gitu dan mayoritas memang di luar nomor serinya B ya," sebutnya.
Deni menyebut kepadatan terjadi di perkebunan teh yang ada di pinggir jalan. Kendaraan roda dua dan roda empat berjejer parkir di ruas jalan.
"Mereka itu rata-rata di pinggir-pinggir perkebunan teh, memang itu perkebunan teh Ciliwung, perkebunan teh Gunung Mas, mereka itu sepanjang jalan karena kan jalannya luas ya dengan pelebaran, itu mobil-motor," katanya.
"Sementara yang mereka yang berangkat itu rata-rata grup, komunitas, misalnya rombongan, 5, 10, 15 oranglah," imbuh Deni.