Judul Diskusi UGM 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi?' Diganti, Kenapa?

Judul Diskusi UGM 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi?' Diganti, Kenapa?

Jauh Hari Wawan S - detikNews
Rabu, 20 Mei 2020 19:36 WIB
Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM)
Universitas Gadjah Mada (Foto: dok. detikcom)
Sleman -

Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM) hari ini menyelenggarakan diskusi dengan tema kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Acara diskusi ini disiarkan live di kanal YouTube.

Sebelum acara itu dimulai, beberapa hari yang lalu beredar poster diskusi dengan judul 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi?'. Namun hari ini mendadak judul pada poster itu berubah menjadi 'PSBB, Policy Setengah Basa-Basi?'. Dekan FH UGM Sigit Riyanto saat dimintai konfirmasi membenarkan perubahan judul diskusi itu.

"Iya, ada perubahan (judul)," kata Sigit saat dihubungi detikcom, Rabu (20/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sigit mengatakan ada beberapa alasan yang mendasari perubahan judul dan desain poster itu.

"Ada beberapa alasan, pertama, itu pembicaranya ganti. Sekarang ada lima, tadinya empat. Kedua, biar lebih komunikatif," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sigit pun membantah jika dikatakan bahwa perubahan judul diskusi dikarenakan ada teguran dari Istana. Menurutnya, semua tidak ada masalah dan dia siap bertanggung jawab.

"Nggak, kalaupun yang negur Pak Presiden, jawaban saya sama. Tidak ada masalah, saya yang bertanggung jawab," tegasnya.

"Memang banyak yang menghubungi saya, tapi jawaban saya sama saja. Saya katakan ini ke semuanya, tidak ada masalah," lanjutnya.

Dia juga membantah jika disebut ada tekanan dalam penyelenggaraan diskusi itu. Menurutnya, diskusi semacam itu sudah lama dilakukan dan tidak pernah ada masalah, karena tujuan utama diskusi adalah berbagi pengetahuan.

"Tidak ada tekanan, kalau ada tekanan, itu kan dibatalkan, tapi itu tetap diselenggarakan," ungkapnya.

"Ini inisiatif teman-teman dosen muda, sudah berkali-kali acara serupa di kanal pengetahuan, terus diunggah di YouTube karena kesempatan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan lain-lain," katanya.

Dia pun memaklumi jika diksi yang digunakan dalam judul diskusi 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi' terdengar sangat provokatif. Namun diksi itu, menurutnya, biasa saja dan justru sengaja digunakan sebagai pemantik.

"Kalau soal diksinya ya biasa to, untuk memprovokasi teman-teman yang muda untuk bersemangat ikut. Karena istilahnya rumpi hukum yang dikemas supaya tidak terlalu formal dan biasanya yang ikut anak muda, seperti mahasiswa dan aktivis," bebernya.

Lihat video 'Ingat! Belum Ada Relaksasi PSBB, Baru Sebatas Kajian':

Menurut Sigit, diskusi dengan judul provokatif merupakan hal biasa. Namun yang dia sayangkan adalah respons yang terlalu dini dari masyarakat.

"Jadi itu hal yang biasa saja, cuma masyarakat saja yang kagetan," ucapnya.

Dia pun melihat literasi di masyarakat masih rendah. Sebab, sebelum diskusi itu digelar, sudah ada judgment, bahkan muncul bullying.

"Literasinya masih rendah, kenapa saya bilang seperti itu? Karena orang belum ikut diskusi, belum ikut bicara, belum dengar pembicaranya tapi sudah membuat judgment, bahkan sudah mem-bully. Itu apa artinya? Literasinya sangat rendah," ungkapnya.

"Menerima sesuatu tanpa olah pikir, tanpa kejernihan berpikir, tanpa logika yang waras, dan tanpa wawasan yang luas, atau bahkan tanpa melakukan check and re-check. Orang belum bicara kok sudah kebakaran jenggot, sudah ketakutan, kan aneh," paparnya.

Melihat respons yang ada, dia pun menilai ada beberapa kemungkinan. Salah satunya adalah ketakutan pemerintah terhadap kritik yang dilontarkan oleh akademisi.

"Hipotesis itu bisa jadi (pemerintah takut kritik). Tapi bisa jadi sisa-sisa kontestasi itu belum berakhir, sehingga orang masih berpikir grup sana atau grup sini. Kalau pendapatnya tidak sesuai dengan kita, berarti grup sana," terangnya.

Lebih lanjut Sigit kembali menegaskan apa yang dia lakukan adalah melemparkan wacana akademik ke publik yang nantinya akan keluar rekomendasi.

"Pada intinya ini kan wacana akademik. Wacana akademik itu jaga kewarasan nalar, kejernihan hati, tapi juga berikan rekomendasi yang baik demi kemaslahatan publik," tegasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads