Selama pandemi Corona, sudah ada dua dokter di Surabaya yang meninggal dengan status positif COVID-19. Menurut IDI Surabaya, dokter bisa tertular Corona dari banyak sumber.
Pada Senin (18/5) pukul 22.06 WIB, dr Boedhi Harsono meninggal di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Dokter yang mengembuskan napas terakhir pada usia 67 tahun itu merupakan tenaga medis di RSUD dr Soewandhie.
Boedhi menjadi dokter kedua di Surabaya yang meninggal dengan status positif Corona. Sebelumnya, yakni pada 18 April lalu, seorang dokter RSUD dr Soewandhie meninggal setelah terpapar virus Corona.
Dokter tersebut adalah dr Berkatnu Indrawan Jangkuk. Ia meninggal setelah tertular Corona dari pasien positif yang tidak jujur saat diperiksa.
"Ini dr Boedhi korban COVID-19 yang menimpa dokter yang meninggal kedua di Surabaya. Pertama tiga minggu lalu di RSUD dr Soewandhie," kata Ketua IDI Surabaya Brahmana Askandar saat dihubungi detikcom, Rabu (20/5/2020).
Brahmana juga menjelaskan bagaimana dokter dapat terinfeksi virus Corona. Menurutnya, penularan dapat terjadi di mana saja dan kepada siapa saja.
"Makanya, sekarang itu untuk kepentingan pasien dan dokter digalakkan telemedicine atau konsultasi dokter lewat virtual dan lainnya," imbuhnya.
Kemudian, menurutnya, penularan Corona ke dokter juga bisa datang dari mana saja. Tidak hanya dari pasien positif COVID-19.
"Dari pasien bisa, penunggu pasien bisa, dari pengantar pasien bisa, mungkin pasien OTG yang mungkin sehat, yang nunggu di rumah sakit. Eksposnya banyak kalau tenaga medis," tambahnya.
Ia berharap screening dan rapid test semakin masif dan hasil tes swab bisa cepat keluar, sehingga dapat membedakan pasien COVID-19 dan non-COVID-19.
"Agar lebih tegas, kita membedakannya supaya tidak campur antara COVID-19 dan tidak. Tapi tesnya mungkin butuh waktu lama, belum terlalu luas, maka bisa bercampur antara COVID-19 dan yang tidak COVID-19," pungkasnya.