Presiden Ekuador Rela Gaji Dipangkas Gegara Corona Mengganas

Round-Up

Presiden Ekuador Rela Gaji Dipangkas Gegara Corona Mengganas

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 12 Mei 2020 03:31 WIB
Ecuadors President Lenin Moreno delivers a speech during a meeting with social organizations at the Carondelet Palace in Quito on March 10, 2020. (Photo by Rodrigo BUENDIA / AFP)
Foto Presiden Ekuador Lenin Moreno: AFP/RODRIGO BUENDIA
Jakarta -

Kasus kematian terkait Corona di Ekuador cukup tinggi. Presiden Ekuador, Lenin Moreno pun merelakan sebagian gajinya untuk membantu perekonomian negara yang sedang dihantam virus Corona (COVID-19).

Dilansir AFP, Senin (11/5), gaji Lenin akan dipotong 50 persen. Pemotongan gaji juga diberlakukan bagi jajaran menteri dan pejabat tinggi Ekuador.

Diketahui bahwa upah minimum bulanan di Ekuador setara US$ 400 (Rp 5,9 juta). Sementara gaji bulanan Presiden Ekuador mencapai US$ 5 ribu (Rp 74,6 juta).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabar pemotongan gaji ini langsung dibenarkan oleh pihak Istana. Kantor pers Presiden Moreno menuturkan dalam pernyataannya bahwa pemerintah Ekuador akan 'mengurangi 50 persen gaji Presiden Republik ini, Wakil Presiden Republik ini, para menteri dan wakil menteri'.

"Turunnya pemasukan negara, akibat krisis COVID-19, memiliki dampak negatif terhadap perekonomian negara ini, karena itu sangat penting untuk mengurangi gaji-gaji (para pejabat terkemuka)," demikian pernyataan kantor pers Presiden Ekuador.

ADVERTISEMENT

Langkah ini, yang pertama diumumkan Presiden Moreno pada 12 April, telah mulai berlaku sejak 8 Mei. Pemotongan gaji semacam ini bisa mengarah pada kajian umum terhadap upah sektor publik, karena aturan hukum Ekuador menyatakan pegawai negeri tidak bisa bergaji lebih besar dari presiden.

Kasus Konfirmasi Positif Corona di Ekuador Lebih dari 30 Ribu

Pemerintah Ekuador sejauh ini mencatat lebih dari 30 ribu kasus virus Corona dan sedikitnya 1.654 kematian. Total kasus virus Corona di Ekuador ada di bawah Brasil dan Peru untuk kawasan Amerika Selatan.

Wilayah yang paling merasakan dampak buruk Corona di Ekuador adalah Guayaquil salah satu kota terbesar di negara tersebut. Banyak warga yang merupakan pekerja migran atau peserta pertukaran pelajar kembali ke kota tersebut dari Italia dan Spanyol. Keduanya adalah negara yang juga terdampak parah virus Corona.

Tingginya angka kematian Corona di Ekuador mengakibatkan bagian pemakaman kesulitan menangani jenazah. Beberapa jenazah ada yang hanya dibungkus plastik, seprei, dan dipindahkan keluar rumah saat tubuhnya mulai mengeluarkan bau. Tubuh jenazah tergeletak selama beberapa hari di jalan.

"Kira-kira ada 300 mayat di dalam rumah dengan sebagian ada yang sudah meninggal 3-5 hari lalu," kata Wated, dikutip dari situs National Public Radio (NPR), Rabu (22/4).

Pemerintah Ekuador mengerahkan tentara untuk membawa jenazah ke pemakaman, salah satunya Parques de la Paz yang memiliki area terluas di Guayaquil. Protokol sebetulnya mengharuskan jenazah corona di Ekuador dikremasi untuk mencegah penyebaran infeksi.

Namun area tersebut hanya bisa mengkremasi paling banyak 8 jenazah per hari sehingga sebagian besar harus dikubur. Area pemakaman harus menyewa tiga backhoe untuk menangani penguburan jenazah yang sangat banyak.

Halaman 2 dari 2
(zap/aik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads