Curhat Mahasiswa Perantau di Surabaya: Tak Dapat Bansos Hingga Dipecat Kerja

Curhat Mahasiswa Perantau di Surabaya: Tak Dapat Bansos Hingga Dipecat Kerja

Faiq Azmi - detikNews
Senin, 11 Mei 2020 17:44 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Surabaya -

PSBB Surabaya Raya diperpanjang 14 hari lagi hingga Senin (25/5). Lalu bagaimana nasib perantau dari luar kota/pulau khususnya mahasiswa yang tidak pulang?

Salah satu mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Riko Januario mengatakan bahwa dirinya mulai kesulitan untuk membeli makan akhir-akhir ini. Selain uang yang mulai menipis, pedagang makanan di dekat kos nya juga mulai 'menghilang'.

"Uang juga mepet, yang jualan sekarang juga gak banyak karena PSBB. Maunya balik kampung halaman tapi gak bisa, katanya bandara hanya untuk urusan tertentu saja yang boleh terbang," kata Riko kepada detikcom, Senin (11/5/2020).

Riko yang merupakan perantau asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah mengaku sempat bekerja part time guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun akibat pandemi COVID-19, dirinya terpaksa di-PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja.

"Sudah dipecat, jadi ya ngandalin kiriman saja. Masalahnya di kampung juga ekonomi serba sulit karena Corona," jelasnya.

Riko yang sekarang indekos di kawasan Siwalankerto berharap ada bantuan langsung dari pemerintah baik Kota Surabaya maupun Jawa Timur. "Sejauh ini belum dapat. Sempat coba Radar Bansos tapi gak bisa," ujarnya.

Mahasiswa lain yakni Ivan Budianto asal Tulungagung mengaku juga tak bisa pulang. Ia juga tak mendapat bantuan dari pemerintah.

"Ya kalau pulang masalahnya saya dari zona merah, kasihan di desa. Saya juga dengar kalau pulang kampung nanti akan diobservasi 14 hari di ruangan tertentu di balai desa," jelasnya.

Ivan juga belum mendapat bantuan dari pemerintah hingga saat ini. "Belum dapat. Sempat dengar tapi belum dapat," terangnya.

Mahasiswa lain Sofiansyah Kurniawan Can asal Surakarta memilih untuk bertahan di Surabaya di tengah pandemi COVID-19. Ia tidak pulang ke kampung halamannya karena tidak diperbolehkan oleh orang tuanya.

"Orang tua gak ngebolehin pulang. Ya akhirnya cuma dikirimi uang buat bertahan hidup di Surabaya," terangnya.

Untuk bantuan, Sofiansyah mengaku memilih tidak menginput namanya di Radar Bansos Jatim. Dikarenakan, banyak warga yang lebih membutuhkan.

"Sejauh ini yang dikirim oleh orang tua cukup. Menurutku lebih baik bantuan memang benar-benar untuk orang yang membutuhkan," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.