Dua Makam Islam Ini Bukti Umat Antar Agama Hidup Harmonis di Zaman Majapahit

Dua Makam Islam Ini Bukti Umat Antar Agama Hidup Harmonis di Zaman Majapahit

Enggran Eko Budianto - detikNews
Kamis, 07 Mei 2020 03:29 WIB
Dua Makam Islam Ini Bukti Umat Antar Agama Hidup Harmonis di Zaman Majapahit
Makam Troloyo (Foto: Istimewa)
Mojokerto -

Kehidupan harmonis umat antar agama ternyata berlangsung sejak zaman Majapahit. Pada masa itu, pemeluk Islam, Hindu dan Budha hidup berdampingan.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, terdapat dua peninggalan bersejarah yang menjadi bukti toleransi antar umat beragama pada zaman Majapahit. Yakni keberadaan makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan dan makam Putri Campa di Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Di situs purbakala makam Troloyo, lanjut Wicaksono, terdampat tujuh makam. Pada masing-masing batu nisan makam tersebut terdapat ukiran Surya Majapahit, yakni lambang Kerajaan Majapahit. Selain itu, setiap batu nisan juga berukir kalimat tauhid atau tahlil dalam Bahasa Arab.

"Jadi tujuh orang yang dimakamkan memeluk Islam. Karena pemakaman jenazah ajaran Islam, kalau Hindu dingaben, Budha dkremasi. Juga ada ukiran kalimat tahlil pada batu nisan. Ukiran lambang Surya Majapahit menandakan yang dimakamkan keluarga Kerajaan Majapahit," kata Wicaksono kepada detikcom, Kamis (7/5/2020).

Ia menjelaskan, pada batu nisan salah satu makam tujuh juga terukir angka tahun yang menandakan waktu kematian jenazah di dalamnya. Yakni tahun 1298 saka atau 1376 masehi. Menurut Wicaksono, saat itu Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk, putra Ratu Tribhuwana Wijaya Tunggadewi.

"Makam tujuh itu pada masa Majapahit tergolong diistimewakan. Selain terdapat ukiran lambang Surya Majapahit pada batu nisan, makamnya dibuat panjang, kijingnya atau jiratnya dibuat besar untuk menunjukkan kebesaran tokoh yang dimakamkan. Kami belum bisa mengindentifikasi siapa saja yang dimakamkan di makam tujuh, hanya kami identifikasi sebagai makam keluarga kerajaan yang beragama Islam," terangnya.

Pada masa Majapahit, kata Wicaksono, umat dari tiga agama hidup rukun berdampingan di lingkungan keraton. Menurut dia, pemeluk Hindu yang notabene agama asli Majapahit tinggal di pusat keraton. Komunitas pemeluk Budha tinggal di sisi utara keraton, sedangkan komunitas muslim di sisi selatan.

"Makam Troloyo di sisi selatan kedaton Majapahit. Kemungkinan di sekitar situ pula tempat tinggal komunitas muslim. Hanya saja kami belum menemukan bukti-bukti arkeologisnya," ujarnya.

Makam Putri Campa juga menjadi bukti sejarah keberadaan Islam pada zaman Majapahit. Sang putri merupakan istri Duta Besar China beragama Islam, Haji Ma Hong Fu. Pasangan ini tinggal di lingkungan keraton Majapahit. Putri Campa wafat pada 1448 masehi atau 1370 saka.

Karena memeluk Islam, maka Putri Campa dimakamkan di sebelah utara kolam Segaran. Setelah istrinya wafat, Haji Ma Hong Fu kembali ke negaranya. Saat itu Majapahit dipimpin Ratu Suhita.

"Interpretasi kami keraton Majapahit di sisi timur kolam Segaran. Karena banyak temuan struktur cagar budaya di situ," ungkapnya.

Dua Makam Islam Bukti Umat Antar Agama Hidup Harmonis/Dua Makam Islam Bukti Umat Antar Agama Hidup Harmonis/ Foto: Istimewa


Selain dua makam tersebut, keharmonisan Islam dengan masyarakat Majapahit juga tertuang dalam sejarah Melayu atau The Malay Annals of Semarang and Cirebon. Catatan sejarah ini menyebutkan, para utusan Dinasti Ming pada abad 15 masehi mayoritas memeluk Islam. Mereka bermukim dan mendirikan masjid di wilayah kekuasaan Majapahit. Antara lain di daerah Mojokerto, Lasem, Tuban dan Gresik.


"Berita Cina juga menyebutkan terdapat tiga masyarakat di negeri Majapahit. Yaitu para pengikut Nabi Muhammad SAW (muslim), orang-orang China dari Kanton mayoritas pemeluk Islam, serta penduduk asli yang sangat sederhana," jelas Wicaksono.

Ia menambahkan, ajaran Islam masuk ke Majapahit juga dibawa oleh para saudagar dari Persia dan China yang memeluk Islam pada abad 11 masehi. Pada masa itu, kaum saudagar tinggal di wilayah Majapahit bagian pesisir.

"Pada masa Majapahit sudah menerima kehadiran Islam, tapi Islam tidak pernah masuk di pusat kekuasaan," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.