Kepala Dinas Kesehatan Kota Blitar, Moch Muchlis mengatakan pihaknya telah melaporkan dampak kebakaran itu kepada Pemkot Blitar dan Dinkes Pemprov Jatim.
"Kami sudah berkirim surat ke Dinkes Prov Jatim. Melaporkan kejadian. Memohon lemari es untuk penyimpanan vaksin dan perlengkapannya. Laporan itu kami sertakan daftar apa saja yang rusak, yang tersimpan di dalam ruangan yang terbakar," kata Muchlis kepada detikcom, Selasa (28/4/2020).
Di antara daftar benda atau barang yang rusak adalah vaksin. Dalam label yang disertakan dalam laporan, tertulis ada sebanyak 1.928 dari 11 jenis vaksin yang rusak terbakar. Diantaranya vaksin BCG, polio, DPT, MR, Campak, anti difteri serum (ADS) dan influenza.
Dari ribuan vaksin itu, kerusakan terbanyak di stok vaksin Tetanus Difteri (TD) sebanyak 643 vial, vaksin DPT sebanyak 427 vial, dan HB Unijek sebanyak 220 buah.
"HB uniject itu adalah paket vaksin dalam alat suntik sekali pakai dibuang. Untuk bayi baru lahir," jelasnya.
Walaupun ribuan vaksin telah rusak terbakar, namun Muchlis memastikan tidak menganggu jalannya imunisasi bagi warga Kota Blitar. Karena setiap puskesmas masih mempunyai stok vaksin-vaksin yang aman tersimpan.
"Alhamdulillah tidak menganggu proses imunisasi, karena masing-masing puskesmas di kota masih menyimpan stok. Aman sampai dua pekan ke depan," tandasnya.
Muchlis mengaku pihaknya selalu mengupayakan tidak ada keterlambatan stok vaksin. Dinkes Kota Blitar proaktif koordinasi dan mengambil stok pengirimannya.
"Dinkes, tidak berandai-andai tentang kelangkaan atau keterlambatan pengiriman vaksin karena selama ini tidak pernah terjadi dan selama Covid-19, Dinkes Prov Jatim dan Dinkes Kota Blitar juga masih kondusif," pungkasnya. (iwd/iwd)