Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Fisip Unair) Surabaya Prof Drs dr Mustain MSi memberikan apresiasi dan beberapa masukan. Menurutnya, kebijakan PSBB merupakan pilihan dan jalan tengah terbaik serta menguntungkan negara maupun masyarakat.
Hal itu didasari dari pertimbangan kondisi masyarakat Indonesia yang berkultur agraris yang biasanya penuh kebersamaan (komunal), bukan individual dan soliter seperti masyarakat negara-negara Eropa dan negara China.
"Untuk kasus di Indonesia, kebijakan memutus rantai penularan Corona dengan PSBB merupakan pilihan sulit tetapi paling mungkin dilakukan. Tidak mungkin pakai lockdown karena faktor sosial, budaya, ekonomi," kata Mustain di kampus B Unair, Kamis (23/4/2020).
"Makanya, PSBB itu anggaplah lockdown count and count gitu kan, yang prinsipnya membatasi mobilitas orang, menjaga jarak antar orang agar orang tidak berkumpul dan berkomunikasi, paling tidak dua minggu," lanjutnya.
Agar pelaksanakan PSBB efektif, lanjuf Mustain, harus ada prakondisi, pengkondisian, dan kesiapan, baik aparatur penegak maupun masyarakat. Pun harus diberikan pemahaman melalui sosialisasi yang baik sehingga betul-betul mengerti tentang bagaimana penyebaran COVID-19.
Hal itu dilakukan agar masyarakat menyadari pentingnya stay at home dan tidak keluar rumah. Sama halnya dengan tempat makan, kedai kopi, dan tempat berkumpulnya banyak orang agar tidak buka sementara waktu.
"Semua perkantoran, kecuali kantor-kantor tertentu yang melayani kepentingan dasar masyarakat masih dibuka dengan terbatas. Kebijakan PSBB memang mengekang dan karena itu sangat tidak enak. Tetapi untuk kepentingan bersama, kebijakan yang pahit harus diterima semua pihak selama dua minggu. Untuk itulah, maka diperlukan kesiapan masyarakat maupun aparatur penegak PSBB di lapangan," jelas Mustain.
Menurut Mustain, dengan kesiapan implementasi PSBB yang bagus, suka atau tidak suka, tidak ada lagi alasan orang untuk keluar rumah. Untuk itu, PSBB harus ditegakkan dengan tegas dan jelas, dan jika perlu, dengan keras.
Asalkan semua kebutuhan dasar masyarakat, khususnya kelompok miskin, sudah dipenuhi setidaknya selama diberlakukannya PSBB.
Mustain mengatakan PSBB yang sudah dilakukan di Jakarta dapat dijadikan rujukan untuk pembelajaran. Surabaya raya perlu waktu beberapa hari untuk mempersiapkan itu.
Seperti mengidentifikasi dan memetakan kondisi eksisting warga miskin yang perlu mendapat bantuan melalui camat, lurah, RT, RW. Para RT bisa mencatat kebutuhan warga miskin di lingkungannya, kemudian data disetorkan ke RW kemudian menyetorkan ke lurah, sampai ke kepala daerah.
"Dengan persiapan yang baik, semua orang akan tinggal di rumah. Tidak ada alasan keluar rumah dengan alasan bekerja. Kalau toh harus keluar rumah, harus jelas alasannya dan seizin RT," pungkas Mustain. (iwd/iwd)