RS Husada Utama menyiapkan tenda bilik di halaman parkir belakang rumah sakit. Bagi pengendara yang ingin menjalani rapid test drive thru, harus mendaftar terlebih dahulu, baik secara online atau langsung datang ke lokasi.
Saat berada di bilik rapid test, darah mereka diambil sampling oleh petugas medis memakai APD. Hasil rapid test itu dikirim melalui email atau nomor whatsapp yang telah didaftarkan pengemudi.
"Kami dari RS Husada Utama mulai menggelar rapid test drive true, kita ingin membantu masyarakat dan pemerintah melakukan active case finding. Selama ini kita tahu orang disuruh stay at home, di rumah mereka berfikir positif atau tidak. Nah kami menyediakan sarana ini," kata Direktur Utama RS Husada Utama dr Didik Dewanto SpoG kepada wartawan di sela rapid test drive thru di halaman parkir RS Husada Utama, Rabu (22/4/2020).
Didik menambahkan jika ditemukan peserta yang hasilnya positif, pihak rumah sakit akan ditangani lebih lanjut.
"Begitu ada yang positif akan kita tindaklanjuti. Begitu yang negatif, bisa langsung stay at home," ujar Didik.
Didik menjelaskan peserta yang mengikuti rapid test drive thru ini dikenakan biaya sebesar Rp 100 ribu. Biaya tersebut sebagai ganti untuk membeli APD para tenaga medis nantinya.
"Iya biayanya Rp 100 ribu, itu paling murah. Karena harga rapid testnya sendiri di atas Rp 100 ribu. Seratus ribu untuk penggantian APD," jelasnya.
Sementara pihak rumah sakit rencananya menyediakan 1.000 rapid test untuk drive thru. Layanan rapid test drive thru akan digelar hingga ketersediaan rapid test habis.
"Kami mendapatkan donasi rapid test 1.000. Sampai kapan, sehabisnya (rapid test)," ungkap Didik.
Sementara salah satu pengemudi berinisal AG (41) asal Sidoarjo, mengaku mengikuti rapid test drive thru ini ingin mengetahui kepastian dirinya apakah terpapar COVID-19 atau tidak. Sebab sehari-hari ia bekerja sebagai tenaga farmasi.
"Ini bayar Rp 100 ribu biaya administrasinya untuk biaya APD. Kebetulan saya mendaftar melalui aplikasi klikdokter. Kita hanya ingin kepastian saja, karena saya takut. Karena pekerjaan saya di farmasi harus keliling juga di outlet, apotek dan juga rumah sakit. Saya hanya pengin tahu saja, karena kita tahu yang tanpa gejala (OTG) juga banyak. Jadi ngerinya kan di situ. Mudah-mudahan hasilnya negatif," ungkap AG. (fat/fat)