Pemerintah menyampaikan ada beberapa laboratorium yang menghentikan aktivitas tes virus Corona gara-gara kehabisan reagen. Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menilai saat ini sudah terjadi krisis reagen.
"Artinya memang terjadi krisis," kata epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, saat berbincang, Rabu (22/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengamati penyampaian dari Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo yang mengatakan reagen dari Korea Selatan sudah datang. Doni menyampaikan hal itu sepekan setelah Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan RI bakal mendatangkan 150 ribu reagen.
"Pernyataan itu untuk menenangkan laboratorium-laboratorium di daerah. Bayangkan, apa yang terjadi di lapangan dalam mengatasi krisis ini," kata Pandu.
Sejak 13 April lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta jumlah tes PCR Corona ditingkatkan menjadi 10 ribu lebih spesimen setiap hari. Di sisi lain, tes PCR tidak bisa dilakukan tanpa ketersediaan reagen. Reagen adalah bahan yang dibutuhkan untuk mengekstraksi spesimen sebelum diproses oleh alat PCR, sehingga diketahui apakah spesimen dari pasien itu mengandung virus SARS-CoV-2 atau tidak.
"Itu perintah Presiden menjadi sulit. Memang untuk eskalasi (peningkatan jumlah tes Corona) di lab sulit sekali, tidak mudah. Faktornya adalah ketersediaan reagen dan masalah teknis. Ini perlu ada cara 'akrobat'. Harus ada stok yang cukup untuk logistik seperti Bulog," kata Pandu.
Jokowi Minta Skema Bantuan ke Pengusaha Transparan dan Terukur: