Erdogan Kritik Serangan Drone Ukraina ke 'Armada Bayangan' Rusia di Laut Hitam

Erdogan Kritik Serangan Drone Ukraina ke 'Armada Bayangan' Rusia di Laut Hitam

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Selasa, 02 Des 2025 03:16 WIB
Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks during a United Nations Summit on Palestinians at UN headquarters during the United Nations General Assembly (UNGA) in New York on September 22, 2025. France and other countries prepared to recognize a Palestinian state as the UNs centerpiece diplomatic week got underway Monday, following a rash of Western governments in symbolically endorsing statehood and sparking Israels wrath. (Photo by Ludovic MARIN / AFP)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AFP/LUDOVIC MARIN)
Jakarta -

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik serangan drone yang diklaim oleh Ukraina terhadap kapal tanker minyak yang menuju Rusia di dekat pantai Laut Hitam Turki. Erdogan menilai serangan drone Ukraina itu sebagai eskalasi yang mengkhawatirkan.

Dilansir AFP, Selasa (2/12/2025), dua kapal, Virat dan Kairos, diguncang ledakan di lepas pantai Turki pada Jumat (28/11) malam, menurut Kementerian Perhubungan Turki, dan Virat kembali diserang pada Sabtu (29/11) dini hari.

Sebuah sumber keamanan Ukraina mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut kepada AFP, dengan mengatakan bahwa kapal-kapal tersebut diam-diam mengangkut minyak Rusia yang melanggar sanksi Barat atas invasi Kremlin ke Ukraina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tidak dapat menerima serangan ini, yang mengancam keselamatan navigasi, lingkungan, dan kehidupan di zona ekonomi eksklusif kami," kata Erdogan tentang serangan tersebut.

ADVERTISEMENT

"Konflik antara Rusia dan Ukraina jelas telah mencapai tahap yang mengancam keselamatan navigasi di Laut Hitam," tambahnya.

Kritik Erdogan muncul di tengah tekanan yang dihadapi Ukraina, baik dari sisi militer maupun politik, dan di tengah meningkatnya upaya negosiator yang dipimpin AS untuk mengakhiri konflik.

"Kami mengeluarkan peringatan yang diperlukan kepada pihak-pihak terkait. Kami juga memantau perkembangan secara ketat dengan tujuan mengakhiri konflik dan siap berkontribusi di setiap kesempatan," ujar pemimpin Turki tersebut.

Kairos dan Virat, yang berbendera Gambia, berada di bawah sanksi Barat karena menjadi bagian dari 'armada bayangan' yang digunakan Rusia untuk menghindari pembatasan ekspor minyaknya.

Turki telah berupaya mempertahankan hubungan dengan Moskow dan Kyiv selama perang, menawarkan jasanya sebagai tempat netral untuk negosiasi. Turki juga menguasai Selat Bosporus, jalur utama menuju Laut Hitam yang digunakan untuk mengangkut gandum Ukraina dan minyak Rusia menuju Mediterania.

(rfs/rfs)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads