Tim Pakar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menilai jumlah kasus positif virus Corona di Indonesia bisa saja lebih dari prediksi yang disampaikan Gugus Tugas COVID-19, yang mencapai 106 ribu saat puncak wabah pada Juli. Namun hasil itu bergantung pada intervensi yang dilakukan untuk mencegah penyebaran virus.
"Sangat tergantung intervensi yang kita lakukan," kata Pandu kepada wartawan, Minggu (19/4/2020).
Menurut Pandu, perlu diterapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara nasional untuk menekan penyebaran virus Corona. Selain itu, Pandu menyebut, perlu ada peningkatan tes massal Corona dengan metode PCR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Usulan saya PSBB lingkup nasional dengan memungkinkan intensitas implementasinya bervariasi per wilayah berdasarkan situasi epidemi dan kemampuan pemda," ujar Pandu.
"Kombinasi dengan peningkatan tes massal untuk screening diagnosis dengan metode PCR. Jalankan isolasi ketat pada yang positif," lanjut dia.
Sebelumnya, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan prediksi para ilmuwan mengenai momentum puncak wabah virus Corona di dalam negeri. Para ilmuwan memprediksi puncak itu terjadi mulai Mei hingga Juli, angka positif COVID-19 bisa mencapai 106 ribu kasus.
"Dan kami mempercayai bahwa puncak dari pandemi ini di Indonesia akan dimulai pada awal Mei dan akan terus berlangsung sekitar awal Juni," tutur Wiku menggunakan bahasa Inggris dalam video akun YouTube resmi Sekretariat Presiden, yang diakses detikcom pada Jumat (17/4).
Dia menyebut angka kumulatif kasus positif COVID-19 pada puncak wabah bakal mencapai 95 ribu kasus. Namun kemudian dia juga menyebut angka yang lebih dari 95 ribu kasus diprediksi terjadi pada Juni atau Juli.
"Angka kasus selama puncak secara kumulatif adalah 95 ribu kasus. Sedangkan selama Juni dan Juli, kasus terkonfirmasi secara kumulatif akan mencapai 106 ribu kasus," tutur Wiku.
(azr/dkp)