Pandemi Corona, Tradisi Dugderan di Semarang Digelar Tanpa Arak-arakan

Pandemi Corona, Tradisi Dugderan di Semarang Digelar Tanpa Arak-arakan

Angling Adhitya Purbaya - detikNews
Kamis, 16 Apr 2020 16:19 WIB
Tradisi Dugderan sambut Ramadan di Semarang, Selasa (15/5/2018).
Tradisi dugderan sambut Ramadhan di Kota Semarang tahun lalu (Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
Semarang -

Tradisi Dugderan menyambut bulan Ramadhan di Kota Semarang bakal tetap digelar di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Namun tidak ada kemeriahan dan hanya dikemas sederhana untuk menjaga tradisi yang sudah berlangsung 138 tahun berturut itu.

Setiap tahunnya, Dugderan digelar dengan rangkaian pawai dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Semarang di Kauman. Pawai diawali penabuhan beduk di Balai Kota oleh Wali Kota yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat.

Pawai biasanya diikuti berbagai komunitas dan membawa patung khas Kota Semarang, yaitu Warak Ngendhog. Warak merupakan hewan fantasi yang menyimbolkan kerukunan etnis di ibu kota Jawa Tengah itu. Hal tersebut terlihat dari kepala naga yang menyimbolkan etnis Tionghoa, badan unta menyimbolkan Arab, dan kaki kambing menyimbolkan Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian prosesi inti dari Dugderan adalah penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat. Suhuf Halaqof itu dibacakan, kemudian dilakukan pemukulan beduk disertai suara petasan meriam. Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan, yaitu 'dug, dug, dug,' suara beduk dan 'der, der, der,' suara meriam.

Tradisi tersebut merupakan pengumuman kepada warga Semarang sudah memasuki bulan Ramadhan. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan prosesi inti di Masjid Kauman akan tetap berjalan, tapi tidak melibatkan masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Pandangan saya dan insyaallah jadi keputusan kami nanti akan cukup saya dan Bu Wakil (Wakil Wali Kota). Proses Dugderan ini datang ke Masjid Kauman, diterima satu atau dua kiai atau takmir masjid tersebut, kemudian takmir akan woro-woro atau menyampaikan kepada masyarakat lewat Toa Masjid," kata pria yang akrab disapa Hendi itu di kantornya, Kamis (16/4/2020).

Pria yang Pukul Perawat Gegara Enggan Pakai Masker Dibekuk!:

"Suara meriamnya tetap ada," imbuhnya.

Hendi menegaskan tidak ada arak-arakan, termasuk bagi-bagi kue ganjel rel, yang biasa dilakukan seusai kegiatan di Masjid Kauman. Tradisi Dugderan ini tetap dijalankan di tengah pandemi demi menjaga budaya dan pemberitahuan masuknya bulan Ramadhan tetap ada.

"Jadi tetap dilakukan, tapi konsepnya sangat sederhana, tidak ada arak-arakan, tidak ada masyarakat terlibat, tapi upaya untuk mengumumkan kepada masyarakat akan datangnya Ramadhan tetap dilaksanakan," tandasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads