Suasana tradisi Merti Dusun di Dusun Merapi Sari, Desa Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah peserta dibatasi, beberapa dari mereka menggunakan alat pelindung diri (APD), lalu doa khusus pandemi virus Corona atau COVID-19 lekas berlalu.
Merti Dusun atau yang disebut juga dengan tradisi Metokan ini dilaksanakan setahun sekali pada tanggal 16 April. Tradisi ini merupakan peringatan ulang tahun dusun, yang dulunya warganya berasal dari Keningar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Dahulu kala, saat terjadi letusan dahsyat Gunung Merapi tahun 1954, sebagian warga ditempatkan di lokasi yang aman yakni di Merapi Sari, Ngablak. Dusun ini berada persis berada di lereng Gunung Merbabu.
"Saat terjadi letusan (Gunung Merapi) tahun 1954, warga dari Keningar kemudian menempati sini. Metokan ini warga mengucapkan syukur telah diberikan rezeki, kesehatan dengan doa bersama," kata Ketua Panitia, Stefanus Suyanto saat dihubungi wartawan, Kamis (16/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaksanaan tradisi kali ini digelar dengan mengikuti aturan pemerintah terkait pandemi virus Corona. Selain sejumlah batasan di atas, panitia juga menyediakan tempat cuci tangan dan hand sanitizer.
Satu lagi yang berbeda yakni jika biasanya ada pentas wayang kulit semalam suntuk, acara kali ini hanya dilengkapi dengan sesi dalang menancapkan gunungan wayang sebagai simbolis lengkap dengan sajennya.
"Yang membawa gunungan memakai alat pelindung diri (APD). Doa bersama dilakukan oleh perwakilan dari Muslim, Kristen dan Katolik. Doa bersama agar COVID-19 ini segera selesai. Setelah doa bersama ritual wayang secara simbolis oleh dalang Ki Widodo dari Pakis. Simbolisnya gunungan wayang ditancapkan dengan sajen," ujar dia.
Keluarga Tanpa APD Makamkan Jenazah PDP Corona di Parepare:
(sip/rih)