Kasi Tanggap Darurat BPBD Lamongan Muslimin mengatakan upaya perbaikan terus dikebut karena berkejaran dengan cuaca yang mendung dan datangnya kiriman air. Namun karena jebolnya tagul di tiga titik itu kondisinya dalam dan lebar, perbaikan hingga hari kelima ini belum tuntas seratus persen.
"Alat berat ini sebagai upaya mempercepat penanggulangan tanggul," ujar Muslimin kepada wartawan, Rabu (15/4/2020).
Dijelaskan Muslimin, dua backhoe tersebut masuk dari arah selatan dan utara tanggul dan melintas di sepanjang tanggul meski kondisinya rawan. Kondisi rawan lantaran permukaan air Kali Plalangan juga tinggi karena pengaruh curah hujan yang mengguyur Lamongan cukup tinggi sejak beberapa hari terakhir ini. Meski sudah ada alat berat, warga desa dibantu TNI - Polri dan BPBD masih ikut kerja gotong royong memperbaiki tanggul.
"Jika tidak dibantu alat berat untuk memadatkan bendungan, ditakutkan akan tergerus lagi ketika hujan kembali mengguyur Lamongan dan perbaikan tanggul berkejaran dangan kekhawatiran turun hujan yang mengguyur Lamongan," jelasnya.
Jebolnya tanggul yang ada di Dusun Plosolebak, Desa Tambakploso ini sangat berdampak ke rumah warga dan petani tambak di 2 desa, yaitu Desa Tambakploso dan Desa Tawangrejo di Kecamatan Turi. Pasalnya, ada sebanyak 6.513 hektar tambak siap panen yang tenggelam akibat digelontor air dari tanggul jebol di Kali Plalangan.
Kepala Dusun Gabus, Subintoro, satu diantara tiga dusun di Desa Tambakploso yang terdampak luapan jebolnya tanggul mengungkapkan rasa syukurnya karena tanggul yang jebol dengan lebar 8 meter dan panjang 14 meter itu sudah ditangani maksimal. Saat tanggul jebol, air langsung menghantam tambak yang siap panen yaitu Desa Tambakploso dan Desa Tawangrejo.
"Kerugiannya besar karena tambak-tambak ini sudah ada yg mau dipanen dan tiba-tiba langsung digerus banjir," jelas Subintoro. (iwd/iwd)