Jepang Sulap Pusat Bela Diri untuk Tampung Tunawisma Terdampak Corona

Jepang Sulap Pusat Bela Diri untuk Tampung Tunawisma Terdampak Corona

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Rabu, 15 Apr 2020 13:39 WIB
Tempat pengungsian sementara bagi para tunawisma. Mulanya tempat ini merupakan pusat seni bela diri di Yokohama.  (AFP)
Foto: Tempat pengungsian sementara bagi para tunawisma. Mulanya tempat ini merupakan pusat seni bela diri di Yokohama. (AFP)
Jakarta -

Ribuan tunawiswa di Jepang yang biasanya tinggal di warnet-warnet berisiko terkena Corona (COVID-19) di jalanan. Banyak warnet yang tutup karena Corona. Namun, ada beberapa tunawisma yang kini tinggal di tempat bela diri yang disulap jadi pengungsian sementara.

Seperti dilansir AFP, Rabu (15/4/2020) diperkirakan ada 4.000 orang yang selama ini tinggal di warnet dan kafe komik. Mereka adalah para tunawisma yang sekadar mencari tempat tinggal.


Umumnya, warnet kafe komik itu menyediakan internet 24 jam, sofa, komputer, komik dan minuman ringan hingga fasilitas kamar mandi. Biasanya biaya menginap semalam mencapai sekitar 2.000 yen ($ 18). Namun, warnet-warnet yang juga merangkap sebagai kafe itu harus tutup selama pandemi Corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Jepang Tingkatkan Status Darurat Kesehatan Lebih Ketat:



Otoritas setempat sekarang membuka tempat penampungan untuk mengakomodasi para 'pengungsi warnet' itu. Semata-mata untuk mencegah mereka tidur di tempat terbuka.

Seorang pekerja lapangan konstruksi berusia 58 tahun mengatakan tujuan utamanya adalah 'menghindari hujan' saja. Dia kini tinggal di tempat penampungan yang dikonversi dari pusat seni bela diri judo di Yokohama dekat Tokyo.

"Aku tadinya berpikir untuk tidur di bangku di stasiun kereta... atau tangga kereta bawah tanah menuju bawah tanah," kata pria yang enggan disebutkan namanya itu.

Pekan lalu, pemilik warnet kafe tempatnya tinggal, memberitahunya akan menutup tempat usahanya. Hal ini merupakan respon atas tindakan darurat pemerintah Jepang untuk membendung penularan Virus Corona.

"Saya dulu berangkat kerja dari warnet-warnet kafe... sekarang saya kadang-kadang memiliki pekerjaan, kadang-kadang tidak, karena virus Corona," katanya.


Harga sewa apartemen di Jepang yang sangat mahal membuat sebagian orang justru memilih warnet kafe sebagai pilihan. Warnet kafe masih lebih masuk akal bagi orang-orang miskin di Jepang.

Untuk diketahui, Jepang adalah negara maju dengan pendapatan per kapita warganya termasuk tertinggi di dunia. Tapi di tengah gemerlap negeri sakura ini, cukup banyak penduduk mengalami kesulitan hidup. Mereka hanya bisa tinggal di warung internet (warnet) yang merangkap sebagai kafe dan tempat penginapan.

Menurut survei Kementerian Kesehatan Jepang pada tahun 2007, sebanyak 60.900 orang pernah tinggal di warnet. Dan diestimasi bahwa 5.400 orang tinggal di sana karena tidak memiliki rumah.

Halaman 2 dari 2
(rdp/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads