Setidaknya hal itu terjawab dari pengalaman yang dibagikan Simon Nainggolan, mantan penderita virus Corona. Dalam tulisan yang ia bagikan, dia bercerita soal pertama kali mengalami gejala Corona, isolasi mandiri, hingga akhirnya sembuh.
"Tulisan itu saran agar orang menganggap ini serius. Cerita memilukan pada saya bisa terjadi pada siapa saja. Maksud saya adalah agar masyarakat mematuhi pemerintah. Nggak usah ribut, berpolemik," ujar Simon saat dihubungi, Selasa (7/4/2020).
Simon awalnya bercerita ibu mertuanya mengalami demam dan sesak napas pada 14 Maret. Dia kemudian membawa ibu mertuanya ke RSU Bunda pada 18 Maret untuk dirawat. Menurut dokter, dia harus diisolasi.
Pada 20 Maret, Simon mulai merasakan demam. Demam yang ia rasakan tak kunjung turun dan pada 23 Maret dia memutuskan memeriksakan diri ke RSU Bunda. Dokter menyebut Simon suspect Corona dan belum dinyatakan positif.
"Hari itu saya dan istri dites swab dan juga foto rontgen paru-paru. Pada hari berikutnya dokter paru-paru melihat hasil foto paru-paru saya dan suspect saya terkena COVID-19, karena ada bercak-bercak di paru-paru kanan saya. Saya diminta mengisolasi diri. Saya kemudian memilih untuk self-isolated di rumah karena kebetulan ada kamar kosong di lantai 2," kisahnya.
Sejak saat itu, Simon mulai mengurung diri. Tak berinteraksi dengan siapa pun. Makanan pun diantarkan hanya sampai depan pintu. Dia pun mencuci alat-alat makan sendiri. Obat-obatan yang diresepkan rutin ia minum.
Warga Jakarta ini juga mengaku rajin minum vitamin C, D, dan E. Dia juga minum jus buah.
"Tentunya obat parasetamol karena demam saya terus-menerus tidak turun-turun. Untungnya saya tidak sesak napas," ujar Simon.
Pada 26 Maret, dia mendapat kabar buruk. Ibu mertuanya meninggal setelah beberapa hari dirawat. Ibu mertua Simon harus dikuburkan dengan protap Corona yang sudah ditetapkan.
"Singkat cerita, jam 8 pagi jenazah dibawa ke pemakaman di San Diego Hills. Hanya istri saya dan seorang pendeta dari gereja kami yang menyusul untuk melaksanakan penguburan. Saya sendiri tidak bisa mendampingi istri saya karena saya masih demam tinggi dan self-isolated. Hancur hati kami melihat kondisi seperti ini," katanya.
Beberapa hari kemudian demam Simon tak kunjung turun. Hasil swab datang dan Simon dinyatakan positif Corona, begitu juga istrinya. Namun anaknya negatif.
Simon mengaku istrinya tak mengalami gejala apa pun. Dia pun masih beraktivitas seperti biasa. Simon pun yakin bahwa ujian tersebut bisa dilewati, dan dia serta istrinya bisa sembuh.
Simon mulai melakukan pola hidup sehat. Setiap pagi dia sarapan roti dan minum vitamin. Dalam sehari, dia menghabiskan vitamin C hingga 2.000 mg dan air putih sebanyak 3 liter.
Dia juga kerap merasakan tenggorokan kering dan itu ia siasati dengan membasahi tenggorokan dengan minum air putih. Selama demam, dia merasakan badan terasa patah dan linu. Selain vitamin, dia minum rebusan daun sirih merah yang menurutnya konon bisa menyembuhkan virus Corona.
"Sambil tentunya tak lupa selalu berdoa kepada Tuhan agar diberi kesembuhan dan kekuatan. Saya percaya kalau Tuhan di sisi kita apa pun tidak bisa melawan. Saya percaya kesembuhan hanya menunggu waktu," ujarnya.
Yang tak kalah penting, menurutnya, adalah berhenti menonton TV dan mendengar berita-berita soal Corona. Dia ingin berkonsentrasi dan fokus dalam pemulihan.
Pada 1 April, demam Simon mendadak hilang. Dia tidak merasakan demam sama sekali. Tubuhnya mulai pulih. Namun dia tak berhenti minum vitamin dan tidak lupa berjemur dari jam 9 sampai jam 10 pagi.
"Hari Senin, 6 April, saya dan istri tes swab lagi di RSPAD. Hari ini, Selasa 7 April, berita sukacita itu datang. Hasil tes swab saya dan istri dinyatakan sudah negatif. Terima kasih Tuhan saya bisa melewati masa-masa kritis. Terima kasih luar biasa buat istri saya yang di dalam kesedihannya terus memberi yang terbaik buat saya dan mengurus keperluan-keperluan saya, I love you so much!" katanya bersyukur.
Dia berpesan kepada pasien dan orang yang kini tengah berjuang sembuh dari virus Corona agar yakin bahwa kesembuhan akan datang. Rutin minum vitamin dan jangan stres.
"Buat yang mulai merasakan gejala-gejala, tidak usah panik dan tidak usah menunggu tes segala macam yang belum tentu cepat prosesnya. Langsung self-isolated, minum vitamin dan makan yang banyak makanan sehat. God bless you all!" pesannya.
Tak hanya Simon yang memiliki kisah menggugah, ajudan Wagub Sumut Musa Rajekshah (Ijeck), Ori Kurniawan, dinyatakan sembuh dari infeksi virus Corona. Dia mengatakan ada sejumlah hal yang rutin dilakukan selama masa perawatan di RS Adam Malik Medan.
"Kalau treatment di rumah sakit itu sendiri diberikan vitamin, terus jangan stres kata perawat di sana. Dicek suhu tubuh, tensi darah, kadar oksigen di otak, rontgen juga paru-paru," ucap Ori, Selasa (7/4/2020).
Dia mengatakan dirinya tidak diopname seperti pasien yang mengalami gejala parah. Namun, dia tetap diisolasi dari pasien lain selama masa perawatan 14 hari.
"Alhamdulillah saya kemarin nggak sempat diopname. Cuma dikasih vitamin, dicek kondisi setiap hari. Di ruang isolasi juga di situ 14 hari," ucapnya.
Ori mengatakan dirinya dinyatakan sembuh usai hasil tes swab menunjukkan negatif virus corona. Tes swab terhadap dirinya dilakukan dua kali.
"Negatif yang pertama, negatif yang kedua baru dikasih pulang. Dia dua kali negatif," tuturnya.
Setelah pulang, kata Ori, dia diwajibkan menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Hal ini ditujukan untuk memantau perkembangan kesehatannya usai menjalani perawatan.
Ori pun berharap setiap orang mematuhi anjuran pemerintah agar menjaga jarak. Dia juga meminta orang-orang yang mengalami gejala seperti bersin tidak menutup mulut dengan telapak tangan demi mengurangi potensi penularan virus corona.
"Kalau batuk, kalau bersin itu ada etikanya. Kita tutup dengan siku, jangan pakai telapak tangan karena itu rawan dan mudah menyebar. Terus jaga jarak, minimal dua meter dengan teman kita, dengan siapapun," ujar Ori.
Masih ingat dengan tiga pasien pertama kasus Corona di Indonesia? Ketiga pasien tersebut membagi pengalaman mereka berjuang sembuh dari virus itu. Salah satu dari mereka mengatakan, jika panik, imun tubuh akan turun.
"Jangan panik, semuanya harus tetap bahagia, tetap tenang untuk menumbuhkan imun di dalam tubuh. Ini pesan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Ketika kita panik, imun kita akan turun, jangan panik," ujar salah satu mantan pasien di RSPI Sulianti Saroso, Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu, Senin (16/3/2020).
Ada juga kisah terkait psikis mereka. Salah satu pasien yang sembuh itu mengaku psikisnya terganggu karena informasi yang disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Karena penyebaran informasi yang tidak akurat yang dilakukan oleh berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab mengganggu psikis kami di dalam gitu dan juga identitas kami yang bocor gitu kan, itu juga mengakibatkan masyarakat luar itu jadi panik," kata salah satu pasien yang sembuh lainnya.
Pasien itu menyampaikan pernyataannya dengan suara sedikit bergetar. Ia juga meminta publik tidak menghakimi pasien yang positif Corona. Ia juga mengaku sering menangis saat diisolasi.
"Orang-orang di luar jangan menghakimi orang yang positif Corona, karena pasien akan menjadi korban dua kali. Karena saya selama diisolasi selama seminggu mungkin ya, itu saya nangis terus," ujarnya.
"Karena saya tahu yang dibicarakan oleh beberapa media dan orang-orang yang menyebarkan mengenai saya dan ibu saya dan menyerang profesi kami sebagai penari, pegiat seni, dan pejuang budaya yang selama hidup kami satu keluarga kami selalu berbuat apa pun yang kami bisa untuk Indonesia, dalam hal seni dan budaya," imbuhnya.