Egi Septiadi, pria asal Kota Cirebon, Jawa Barat, harus rela merelakan separuh bahagia demi melawan penyebaran virus Corona atau Covid-19. Pada Minggu 29 Maret 2020, Egi mempersunting gadis pujaannya, Endang Fitriyah.
Berbulan-bulan lamanya pengantin baru itu menyiapkan resepsi pernikahan. Sayangnya, resepsi pernikahan yang diimpikan keduanya harus pupus. Ya, Egi dan Endang membatalkan resepsi pernikahannya.
"Kemarin itu hanya prosesi akad nikah. Tidak ada resepsi pernikahan," kata Egi saat berbincang dengan detikcom di kantin Masjid Raya At Taqwa, Kota Cirebon, Jabar, Jumat (3/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ada tenda hajatan, kursi pelaminan, meja prasmanan, bahkan hiburan organ tunggal, hiburan khas warga pantura Cirebon dan Indramayu saat menggelar resepsi hajatan. Semuanya dibatalkan karena wabah virus Corona.
"Saya sudah membayar uang muka untuk organ tunggal dan lainnya. Ya sepi, biasa saja. Tak ada tenda, hanya akad nikah," ucap Egi.
Seperti yang kita ketahui, Corona merupakan salah satu virus yang menyebar begitu cepat. Keramaian, termasuk resepsi pernikahan dinilai berisiko tinggi menjadi tempat penyebaran virus.
![]() Egi Septiadi dan Endang Fitriyah. (Foto: istimewa) |
Sebelum wabah virus Corona terjadi di Indonesia, Egi mengaku sudah melangsungkan tunangan. Tepatnya pads Januari lalu. Saat itu, di Wuhan, China, tengah berjibaku melawan Corona. Hingga akhirnya, pada awal Maret, Presiden Indonesia Joko Widodo melaporkan adanya kasus corona di Indonesia. Dua warga Depok positif Corona.
Waktu saya menentukan tanggal resepsi pernikahan kondisinya belum seperti ini. Waktu tunangan itu, kita juga sambil menentukan tanggal resepsi," ucap Egi.
Pria yang berprofesi sebagai jurnalis ini merupakan satu dari sekian banyak orang yang merasakan dampak dari wabah corona. Ia mengalami kerugian, baik secara materi maupun psikis. Sebab, pada hari bahagianya itu hanya sedikit orang yang datang. Resepsi akad nikah hanya dihadiri keluarga inti.
"Waktu akad nikah itu sekitar 10 orang yang di dalam ruangan. Selebihnya di luar, tidak banyak. Kita ikuti aturan, imbauan pemerintah," katanya.
"Makanan pun kita bagikan ke yang hadir. Setelah itu kita foto-foto dan bubar," ujar Egi menambahkan.
Proses akad nikah dimulai sekitar pukul 10.00 WIB pagi. Bada zuhur, prosesinya selesai. Kendati demikian, Egi mengaku legawa. Ia merelakan separuh kebahagiannya demi keselamatan orang. Sebab, Egi tak ingin kebahagiannya menjadi malapetaka bagi tetanganya, maupun masyarakat Kota Cirebon pada umumnya.
"Hari bahagia harusnya. Ya, setengah bahagia, setengahnya begitulah. Karena kita menyiapkan semuanya jauh-jauh hari. Tapi ini demi kebaikan semua," tuturnya.
Egi mengaku telah mendiskusikan ulang tentang rencana resepsi pernikahannya yang dibatalkan. "Orang tua istri pinginnya ada resepsi. Nanti diobrolkan lagi," ucap Egi.
Kapolres Cirebon Kota AKBP Syamsul Huda mengapresiasi sejumlah masyarakat yang membatalkan atau mengundur acara resepsi pernikahan pada saat wabah Corona. Hal tersebut, lanjut dia, menjadi salah satu indikator kesadaran masyarakat dalam memerangi virus Corona.
"Kita juga masih gencar mengedukasi masyarakat melalui bhabinkamtibmas yang bersinergi dengan babinsa terkait physical distancing," kata Syamsul kepada detikcom melalui pesan singkatnya.
Syamsul menyebutkan hingga saat ini tidak ada kasus pembubaran resepsi pernikahan di Kota Cirebon. "Masyarakat secara mandiri menunda kegiatan resepsinya. Hanya akad nikah yang dihadiri keluarga inti. Tapi, mereka tetap memperhatikan physical distancing," ujar Syamsul.