Unair Akan Keluarkan Alat Deteksi Corona Portabel yang Bisa Dibawa Kemana-mana

Unair Akan Keluarkan Alat Deteksi Corona Portabel yang Bisa Dibawa Kemana-mana

Esti Widiyana - detikNews
Rabu, 01 Apr 2020 19:42 WIB
Anggota Tim Riset Covid-19 Unair, Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih
Tim Riset Covid-19 Unair, Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih (Foto: Esti Widiyana/detikcom)
Surabaya -

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tengah mengembangkan Kit Deteksi Covid-19 Portabel berbasis Biosensor RNA. Rencananya, alat ini akan dikeluarkan dua bulan lagi.

"Deteksi biosensor RNA sedang dalam proses pengembangan. Harapannya waktu dua bulan lagi kit deteksi portebel bisa kita keluarkan," kata Rektor Unair Surabaya Prof dr Nasih SE MT Ak CMA kepada wartawan di Gedung Rektorat, Rabu (1/4/2020).

Namun, jelas Prof Nasih, dirinya juga akan senang jika alat ini tidak perlu digunakan. Artinya dirinya senang jika virus corona sudah tidak ada, sehingga tidak perlu ada orang dites dengan alat ini.

"Kit bisa memeriksa lebih cepat, yang diperiksa bukan sampel darah dan antibody. Melainkan lendir," ujarnya.


Nantinya, tambah dia, kit deteksi covid-19 portabel ini bisa dibawa kemana-mana.

Anggota Tim Riset Covid-19 Unair, Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih MSi mengatakan, nanti pengambilan lendir dari genom sequence virus coronanya.

"Kan covid virusnya RNA, jadi dari pasien Indonesia ada datanya walaupun tidak whole genom jadi sebagian," kata Nyoman.

"Dari data itu kita buat, kalau kita tidak harus whole genom. Yang penting daerah yang akan kita jadikan target untuk kit. Nanti kit yang kita buat juga berbasis RNA, kalau nanti dipaparkan dengan sample swab dari pasien itu akan berhibridisasi komplemen. Sehingga menempellah itu dalam swab yang positif. Nanti kita menggunakan kertas sebagai matrixnya," urainya.


Kit deteksi covid-19 portabel ini tetap menggunakan swab dan tidak perlu memakai alat lagi. Melalui swab, biosensor RNA akan diberi bahan marker yang bisa menimbulkan warna.

"Jadi kalau dikasih lampu UV dia (kit deteksi) akan berpendar, kalau misalnya dengan pewarna kalau ada reaksi dia akan menimbulkan warna. Itu yang kita gunakan," ujarnya.

Harapannya, alat ini bisa dibawa kemana-mana dan tidak terlalu tergantung pada Reverce Transcription Polimerace Chain Reaction (RT-PCR). Terlebih jika masyarakat yang mudik atau di pelosok daerah agar bisa terjangkau.

Hanya saja pengembangan ini masih membutuhkan waktu. Harapannya bisa dilakukan dengan cepat.


Sementara penggunaannya nanti hanya dibutuhkan waktu 60 menit dalam kondisi standart. Namun alat swab ini tidak menggunakan seperti yang ada di rumah sakit. Sebab alat ini lebih sederhana dan matrixnya juga memakai kertas.

"Tapi kita di Unair riset-riset terkait dengan kit diagnosis, vaksin oleh Kementerian Riset dan Beknologi Brin kita juga masuk riset konsosium nasional jadi usulan Unair juga embedit di dalam riset konsosium nasional," tegasnya.

Tak hanya Unair saja, Libi dan BBPT juga sudah ada konsorsiumnya. Nantinya, masing-masing riset berkoordinasi tentang model kitnya. Bahkan setiap minggu ada rapat koordinasi dari Kemenristekbin.

"Mudah-mudahan ada yang bisa segera membantu kondisi ini. Kadang-kadang kita pesan bahannya yang lama," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.