"Kinerja penanganan covid-19 yang dilakukan oleh Khofifah-Emil untuk sementara berhasil, tapi ini bukan hasil akhir masih harus kerja keras. Melihat (keberhasilannya) bisa sederhana, namun bila dikalkulasi pada angka covid-19 di Jatim sebenarnya juga tidak mudah karena dibalik pencapaian mereka, banyak upaya yang dilakukan mereka sebelum presiden mengumumkan kasus positif covid-19 pertama di Indonesia pada (2/3) lalu," kata Abdul Kodir, Selasa (31/3/2020).
Abdul Kodir mengatakan patokan dirinya menilai pemprov berhasil untuk sementara ini dilihat dari angka kesembuhan di Jatim yang menyentuh persentase 17,58 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan tingkat kesembuhan nasional yang berada di 5,3 persen.
Selain itu, angka kematian di Jatim berkisar di 8,79 persen. Itu berarti, lanjut Abdul Kodir, angka kematian hanya separuh dari angka kesembuhan. Angka-angka tersebut diperoleh dari update data covid-19 yang diumumkan pemerintah.
Dosen Universitas Negeri Malang ini melihat keberhasilan itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Setelah presiden mengumukan kasus pertama covid-19, Khofifah-Emil langsung bergerak cepat. Tetapi, ia tetap mengingatkan agar keduanya terus bekerja keras menekan angka covid-19 di Jatim.
"Dari catatan saya langkah awal yang dilakukan keduanya seperti langsung mengintervensi ke rumah sakit. Kemudian menyiapkan rumah sakit rujukan yang awalnya hanya 11 hingga menjadi 75 dalam waktu kurang dari satu bulan juga mengalokasikan dana untuk alat pelindung diri bagi tenaga medis. Tidak lupa mereka menyiagakan jajarannya seperti eselon IV tetap masuk tapi shift dan work from home dan eselon II serta III tetap masuk," katanya.
"Langkah preventif keduanya tidak hanya itu saja tapi juga diruang ekonomi seperti skema cash for work kepada masyarakat terdampak covid-19, juga menyiapkan intervensi untuk perlindungan sosial (social safety net) sebesar Rp 257 miliar. Mereka juga menyiapkan perangkat untuk relaksasi kredit serta memberdayakan UMKM dan SMK untuk terlibat membuat APD medis seperti hazardous material (hazmat) itu merupakan langka yang tepat," lanjutnya.
Selain itu, menurut Alumnus Sosiologi FISIP Unair ini, pemprov bersama forkompimda juga aktif memerangi hoaks serta menyampaikan pesan-pesan positif, melakukan pendekatan persuasif ke tokoh agama dan masyarakat agar mematuhi himbauan pemerintah baik social distancing dan physical distancing serta menjaga kebersihan diri.
"Nah dari Perspektif Sosiologis Langkah Khofifah-Emil bisa dikatakan berhasil sementara waktu melawan pandemi ini, tapi harus tetap bekerja keras untuk warga Jatim. Strategi pendekatan persuasif ke stakeholder ternyata efektif menggugah warga Jatim untuk tetap beraktivitas di dalam rumah," tandasnya.
"Artinya pesan positif yang disampaikan Khofifah-Emil sampai kepada membangun kesadaran kolektif masyarakat di Jatim. Pandemi memang masih diperkirakan akan berlangsung dua atau tiga bulan lagi jika strategi ini minimal tetap berjalan atau diupgrade lagi dengan skema yang lebih baik maka akan memungkinkan Jatim menjadi wilayah yang terlepas lebih awal dari pandemi covid-19 ini. Jadi saya rasa kurang tepat kalau ada yang mengatakan Khofifah-Emil tidak berbuat apa-apa melawan pandemi ini," pungkasnya. (iwd/iwd)