Polres Gresik bersama tiga pilar Kabupaten Gresik terus melakukan itu. Setiap malam mereka berkeliling ke tempat-tempat yang dijadikan ajang nongkrong, seperti warkop dan kafe. Di kawasan Gresik sendiri nongkrong di warung kopi sudah menjadi budaya.
Kapolres Gresik AKBP Kusworo Wibowo mengatakan pihaknya setiap malam berpatroli untuk membubarkan massa yang berkerumun di tengah ancaman wabah covid-19.
"Kami juga menjalankan maklumat Kapolri. Setiap malam kami lakukan, sasarannya warung-warung, kafe-kafe. Soalnya orang nongkrong-nongkrong di situ. Orang cuma pesen kopi tapi nongkrong bisa dua tiga jam. Kopi sudah habis tapi masih ngobrol aja," kata Kusworo kepada detikcom, Rabu (25/3/2020).
Menurut Kusworo, berkumpul tanpa menjaga jarak merupakan salah satu wadah penyebaran. Selain itu, Kusworo mengimbau agar warga bertahan dalam rumah.
"Bertahan dirumah itu merupakan wujud perjuangan untuk Indonesia melawan virus corona," ujar Kusworo.
"Mungkin tidak nyaman bertahan di rumah, mungkin bosan bertahan di rumah, jenuh kita bertahan di dalam rumah. Tapi kalau kita pikir, ini adalah perjuangan kita. Dokter berjuang dengan mengobati pasien. Polisi berjuang dengan membubarkan massa. Bagi orang lain, masyarakat yang lain cukup berjuangnya bertahan di rumah. Setidaknya berjuangannya masyarakat pada umumnya, tidak seekstrem perjuangan para dokter, perawat, petugas kesehatan, Polri /TNI dalam memerangi virus covid-19," lanjut Kusworo.
Sementara itu, Humas Tim Satgas Covid-19 Rumah Sakit Semen Gresik, dr Tholib Bahasuan mengatakan ada beberapa hal yang harus diketahui masyarakat tentang larangan berkumpul di tengah pandemi corona.
"Kenapa tidak boleh berkumpul dan lain-lainya, karena bahayanya. Kalau itu melalui tangan dan lain-lain, itu bisa cepat penyebarannya melalui hidung dan mulut. Kalau hanya berhenti di tengorkan dia hanya infeksi tenggorokan saja. Bahayanya, tenggorokan itu nanti bermasalah,terus masuk ke paru-paru, jadi gagal nafas. Itu yang perlu dipahami oleh masyarakat," kata Tholib.
Tholib menjelaskan untuk upaya pencegahan agar tidak menular ke orang lain, salah satunya dengan cara pola hidup sehat.
"Bagaimana mencegahnya, yang pertama cara pola hidup sehat, bersih, terus cuci tangan. Kemudian jaga jarak (social distance). Karena kalau dia mepet, bersentuhan kulit dengan kulit nggak ada masalah. Saat dia bersalaman, terus memegang hidung, itu prosesnya bisa menjadi infeksi," lanjut Tholib.
Menurut Tholib, corona merupakan virus yang baru dan juga tergolong virus berbahaya. Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, salah satunya untuk bertahan di rumah.
"Ini virus yang baru, bahaya?, Bahaya virus ini. Jadi itu yang tidak dipahami oleh masyarakat. Dianggap hal yang biasa. Di Italia banyak kejadian (penyebaran) karena banyak yang menganggap remeh. Sedangkan masyarakat kita senang berkumpul-kumpul. Kalau nggak kumpul nggak bisa makan. Jadi ini yang menjadi dilema," ungkap Tholib.
Menurut Tholib, masyarakat harus mengerti dan mematuhi protokoler kesehatan dalam penanganan covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah. Yakni dengan menjaga pola hidup sehat, tidak melakukan kumpul-kumpul dengan banyak orang (jaga jarak), sebab sangat berisiko bersentuhan jika berkumpul atau berkerumun.
"Kemudian infeksi itu, bisa melalui pernafasan. Kalau terjangkit satu, bisa terjangkit semuanya di lingkungan itu, sehingga langkah kepolisian sangat tepat. Mengimbau terkait pola hidup sehat dan stay at home itu jauh lebih penting untuk mencegah virus ini," ujar Tholib.
Menurut Tholib, langkah polisi dan aparat yang lain untuk membubarkan orang saat nongkrong dan berkerumun adalah langkah yang tepat. Sebab jika tidak, hal tersebut bisa berpotensi membawa virus ke rumah dan tersebar.
"Sementara kalau ada yang positif di situ (warung/kafe) semuanya bisa kena. Masuk ke rumah, anak, istri bisa kena juga, sangat beresiko itu," tandas Tholib.
Cegah Corona, Polisi Bubarkan Resepsi Pernikahan Warga di Gorontalo:
(iwd/iwd)