Namanya Bripka Anisa Sawaswati. Polwan yang berdinas di Polsek Kepanjenkidul ini menjadi garda terdepan sosialisasi pencegahan penyebaran wabah corona di Kota Blitar. Suka duka kerap dirasakan saat warga masih banyak yang abai dan menganggap remeh apa yang disampaikan.
Saat Presiden Jokowi menetapkan waspada corona pada pertengahan Maret ini, perempuan 35 tahun itu mendapat tugas baru. Dia bertugas memberikan sosialisasi pentingnya beragam upaya pencegahan virus corona bagi warga Kota Blitar. Seperti cara mencuci tangan dengan benar, pemakaian masker bagi yang sakit dan menerapkan social distancing.
Jika pada awal sosialisasi, ibu tiga anak ini bisa bersuara dengan toa dari dalam mobil. Namun sejak tiga hari lalu, armada yang digunakan menyesuaikan lokasi sasaran. Pernah Anisa bersama tim gabungan dari Dinkes Pemkot Blitar, diangkut naik bagian belakang motor roda tiga. Bahkan hari inipun, dia harus dibonceng sepeda motor seorang Babinsa untuk keliling ke dalam areal pasar tradisional di wilayah hukum Polsek Kepanjen Kidul.
Sambil menjaga posisinya tetap stabil dibonceng, Anisa harus memegang sebuah sound system ukuran 40 x 40 cm. Itupun sambil memegang mikrofon dan sepanjang jalan berbicara lantang menyampaikan materi sosialisasi.
"Ibu-ibu..bapak-bapak sedoyo sekalian. Jangan lupa mencuci tangan dulu dengan benar sebelum memegang makanan. Nanti kalau pulang ke rumah, jangan lupa ganti baju dulu, cuci kaki cuci tangan sebelum memeluk anak cucu. Kalau panjenengan batuk pilek, sebaiknya gunakan masker Kalau gak penting sanget, usahakan tetap di rumah tidak pergi kemana-mana..," itulah sebagian kalimat yang diucapkan Anisa selama melakukan sosialisasi.
Setiap hari, begitu usai apel, Anisa langsung bersiap keliling untuk sosialisasi. Tak hanya sekali sehari, Anisa keliling dengan toa untuk sosialisasi. Namun bisa dua sampai tiga kali saat menjumpai kerumunan massa.
Bahkan saat patroli malam, Anisa sering menjumpai anak-anak nongkrong di kafe. Padahal pemkot meliburkan sekolah dengan tujuan mereka tidak keluar rumah. Mengurangi aktivitas keluar rumah.
"Warga kita masih rendah kesadarannya untuk antisipasi pencegahan penyebaran virus corona. Tanggapan mereka selalu...halah Blitar ora enek. Apalagi social distancing ini banyak yang mengabaikan," kata Anisa kepada detikcom, Minggu (22/3/2020).
Saat itulah Anisa sangat sedih. Dia harus berpikir keras mengolah kalimat agar orang yang mendengarkan mudah paham. Di sisi lain, warga seringkali komplain bahkan marah merespon sosialisasi yang dia lakukan.
![]() |
"Kemarin saya ketemu ibu-ibu pengajian, ya saya dekati. Malah ada yang bilang, wong ngaji kok dilarang. Tapi setelah saya minta waktu dan mereka mendengarkan, akhirnya pengajian dipercepat. Langsung doa bersama dan pulang. Ada lagi di pasar yang marah-marah. Katanya percuma sosialisasi omong doang. Harusnya kami dibagi masker dan hand sanitizer gratis. Itu upaya nyata pencegahan," tutur Anisa dengan raut wajah lelah.
Saat lelah, terbayang wajah ketiga anaknya di rumah. Karena Anisa sadar, dirinya berpotensi besar carrier atau pembawa virus corona masuk ke dalam rumahnya sendiri. Aktivitasnya sosialisasi mengharuskan dia berinteraksi dengan banyak orang dan di ruang publik. Apalagi di pasar yang tidak terjamin kebersihan dan tidak steril.
"Saya sangat berharap, petugas seperti saya mendapatkan pemeriksaan kesehatan minim dua hari sekali. Jujur saya juga khawatir kalau pulang ke rumah. Tapi saya yakin, saya berniat baik dan Allah akan melindungi dan menyelamatkan saya dan keluarga saya...Aamiin," pungkasnya.