Tak pernah terpikirkan dalam benak ayah korban, bagaimana putrinya menanggung perbuatan keji MSA. Ayah korban yang bekerja sebagai kuli bangunan, menaruh harapan tinggi pada putrinya untuk belajar ilmu agama di salah satu pesantren di Ploso, Jombang.
Ayah korban ingin ilmu yang ditimba putrinya bisa mengangkat derajat orang tua kelak dan mengubah nasib keluarga.
"Orang tua korban hanya seorang kuli bangunan, dia berharap anaknya bisa sekolah di sana, bisa pinter, untuk mengubah nasib dia," ungkap Kuasa Hukum korban, Nun Sayuti kepada detikcom di Surabaya, Selasa (3/3/2020).
Namun, harapan hanya tinggal harapan. Salah satu pengurus pondok pesantren yang cukup disegani santri, justru melakukan perbuatan biadab pada santrinya.
"Harapannya besar terhadap anaknya jadi penerus keluarga, jadi kebanggaan orang tua. Tapi seperti ini yang terjadi," sesal Nun.
Bahkan beberapa waktu lalu, keluarga dari ponpes sempat menyatakan jika aksi pencabulan yang dilakukan MSA merupakan fitnah yang sengaja dihembuskan. Fitnah ini pun merujuk pada persaingan dagang untuk menghancurkan usaha rokok milik keluarga pesantren.
Menanggapi hal ini, Nun menegaskan pihaknya yang hanya orang kecil, untuk apa melakukan fitnah seperti itu? Bahkan, orang tua korban yang seorang kuli bangunan, tak akan mendapat keuntungan dengan mengembuskan isu tersebut.
"Kalau kami kan tidak ada urusan dengan persaingan usaha, kami usaha apa? Wong kami ini orang biasa, orang kecil, ndak punya usaha. Kami hanya ingin mencari keadilan," pungkas Nun.
Tonton juga Bejat! Ayah Cabuli Dua Anak Kandungnya di Kendari :
[Gambas:Video 20detik] (hil/fat)