Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diingatkan soal kekalahan Hanafi Rais dalam pemilihan pimpinan PAN yang baru terkait calon kuat Ketum PD. Meski dilema, SBY diharapkan bisa meramu pilihan yang tepat agar tak timbul gejolak di internal partainya.
"Dan yang perlu kita ingat lagi, ini ada kejadian di PAN, trahnya Pak Amien itu bisa kalah begitu. Walaupun sampai detik ini kita belum tahu Hanafi Rais diberikan tempat atau tidak kan kita belum tahu ya," kata pengamat politik Rico Marbun di kawasan Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (24/202020).
"Tapi itu terjadi di PAN lho, saya pikir itu dipikirkan juga oleh Pak SBY, bagaimana meramu pilihan tepat supaya tidak ada gejolak di dalam partai," imbuhnya.
Tantangan SBY, menurut Rico, adalah memastikan kedua putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas), akur dalam hubungan saudara ataupun politik. Rico mengatakan SBY perlu memikirkan pembagian yang tepat untuk kedua putranya itu.
"Jadi ada pembagian yang jelas nih, kalau AHY ditaruh nomor 1, apakah Ibas-nya nomor 2 atau bagaimana. Tapi kalau nomor 1 (dan) nomor 2-nya satu keluarga itu kan repot juga kan. Itu jadi aneh juga. Apakah misalnya formatnya ketua harian kan bisa juga. Saya pikir itu yang lagi dipertimbangkan," ujar Rico.
Rico pun membandingkan kans kakak-adik AHY-Ibas dalam memimpin partai. Ibas dinilainya lebih berpengalaman dalam politik.
"Kan kita tahu kalau Ibas tentu secara track record dia lebih punya pengalaman di partai. Dia caleg tiga kali kalau nggak salah, kemudian dia ketua fraksi, dia pernah jadi sekjen. Artinya dia sudah pernah jadi orang nomor 2 (di partai), jadi kalau jadi orang nomor 1 itu kan sudah paripurna. Dia curriculum vitae-nya sudah lengkap," jelas Rico.
Di sisi lain, keberadaan AHY di partai diyakini Rico akan membuat SBY bingung. Pasalnya, meski 'terlambat' terjun ke dunia politik dibanding sang adik, AHY pernah mengenyam pertarungan sebagai calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta hingga digadang-gadang menjadi kandidat capres.
"Cuma masalahnya kalau AHY nggak dikasih tempat, ini kan repot juga. Dia pernah jadi cawagub, dia pernah hampir jadi capres, dia sekarang Kogasma. Nah itu ditaruhnya di mana kalau nggak di posisi ketua? Itu kan saya pikir ada kebingungan tersendiri di tubuh Pak SBY," ujarnya.
Lebih lanjut, era SBY di Demokrat sudah lewat karena faktor usia. Menurutnya, publik menunggu sepak terjang kepemimpinan AHY dan Ibas menggantikan sang ayah.
"Sekarang ini waktunya Ibas atau AHY. Siap nggak siap ya, karena eranya Pak SBY saya pikir sudah lewat. Udah lewat itu maksudnya dari sisi usia, begitu ya. Dan memang dari motif orang memilih AHY itu kan juga mengatakan bahwa penerusnya SBY," tutur Rico.
"Jadi memang orang menunggu nih Ibas-AHY ini, duo ini akan gimana terhadap Demokrat, sepak terjangnya bagaimana," pungkasnya.