Samarinda -
Sembilan mahasiswa Wuhan asal Samarinda yang diobservasi di Natuna pulang ke kampung halaman. Orang tua meminta mereka pindah kuliah.
Kesembilan mahasiswa tersebut tiba di Bandara APT Pranoto, Samarinda, hari ini, Minggu (16/2), setelah dari Natuna diberangkatkan ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Sembilan mahasiswa yang tiba pagi ini merupakan mahasiswa asal Kota Kutai Kartanegara dan Kutai Timur. Lima mahasiswa asal Kaltim lainnya mendarat di Bandara Sepinggan, Balikpapan, yang merupakan mahasiswa asal Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para mahasiswa yang siang ini tiba di Kota Samarinda umumnya WNI yang menimba ilmu di fakultas kedokteran.
Isak tangis tak terbendung mana kala para mahasiswa ini bertemu dengan orang tua mereka di ruang VIP Bandara APT Pranoto, Samarinda.
Apalagi sebagian orang tua mengaku sangat khawatir saat buah hati mereka masih berada di Wuhan, China.
Warga Jatim Pulang dari Natuna, Khofifah: Lingkungan Jangan Waswas:
Para mahasiswa mengaku gembira bisa kembali ke rumah mereka setelah menjalani masa-masa kepanikan saat berada di Wuhan, China. Namun mereka mengaku bahagia saat berada di Natuna karena diterima dengan baik oleh negara.
Meski mengalami pengalaman yang menakutkan, hampir semua mahasiswa tetap ingin kembali dan melanjutkan studi mereka di negeri China setelah kondisi di China dinyatakan kondusif dan bebas dari virus Corona.
Innesa Alviani Nur Fadillah, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hubei Minzu University di Enshizhou, mengatakan akan kembali ke China setelah pemerintah setempat memberikan izin atau membuka kembali kota itu.
Disinggung mengenai kekhawatiran virus itu kembali, Innesa mengaku, sejak berada di Natuna, mereka sudah dibekali cara melawan virus itu.
"Fokusnya menuntut ilmu, dan kami sudah tahu bagaimana cara menangkal virus itu. Jadi tidak khawatir," kata Innesia kepada detikcom di ruang VIP Bandara APT Pranoto.
Sementara itu, rasa kekhawatiran tampak dari wajah Rusdiati, orang tua Riska Nurazizah, mahasiswa kedokteran di daerah Jioncho, Wuhan, China.
Rusdiati berharap anaknya melanjutkan kuliah di negeri sendiri asalkan tidak mengulang dari semester awal.
"Rasa kekhawatiran tentu ada, maunya ia kembali kuliah di Indonesia asalkan studinya tidak mengulang dari semester awal," jelas Rusdiati.
Rasa kekhawatiran memang sempat ada, apalagi saat anaknya masih berada di Wuhan dalam kondisi tanpa kejelasan nasib mereka saat itu.
"Namun ia menyerahkan sepenuhnya kepada sang anak, apalagi sejak kasus ini merebak anaknya bisa kuliah jarak jauh," kata Rusdiati.
Sementara itu, Riska Nurazizah memahami kekhawatiran sang ibu. Namun mahasiswi semester VI ini mengatakan berfokus kuliah. Selain itu, mereka sudah mengetahui cara melawan virus yang membunuh ratusan orang di Wuhan saat itu.
"Tentu saja kembali untuk kuliah, nggak takut, aman. Kan kami sudah tahu kayak mana cara penanganannya, bagaimana cara penanggulangannya," jelas Riska.
Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Sekretariat Provinsi Kaltim Fathul Halim menyatakan tetap memantau kondisi kesehatan mahasiswa walaupun tidak secara khusus, namun melalui komunikasi dengan keluarga dan para mahasiswa.
"Yang jelas kan mereka tiba dengan kondisi sehat. Saya yakin akan tetap ada komunikasi dengan pihak keluarga untuk pantau kesehatan mereka nanti, apalagi mereka sudah jelas dinyatakan sehat," kata Fathul Halim.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini