Budayawan Sumedang Miftahul Arifin ikut menyoroti keberadaan gapura ucapan 'Selamat Datang di Sumedang Kota Tahu' yang berada di Desa Ciherang. Dia mempertanyakan terkait oranamen tahu yang lebih mirip kotak kardus pada gapura tersebut.
Menurutnya, akan lebih bagus gapura yang menjadi penanda daerah itu bisa menonjolkan budaya dan sejarah Sumedang. Misalnya saja ukiran Bedog Cikeruh hingga ornamen lainnya yang miliki nilai dan pesan kuat terkait Kabupaten Sumedang.
"Kenapa itu tidak di aplikasikan kepada gapura itu sebagai ciri bahwa Sumedang terdahulunya adalah sebuah kerajaan," kata pria yang akrab disapa Piping saat di temui di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (6/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyangkan kenapa Pemkab lebih memilih tahu yang menjadi ornamen dalam gapura tersebut. Meski tahu menjadi ciri, tapi itu bukan budaya asli Sumedang.
"Sangat disayangkan karena simbol tahu bukan asli dari Sumedang, yaitu dari luar Sumedang yang dulu namanya tofu, kemudian diartikan bangsa kita menjadi tahu," ucapnya.
Piping menganggap pemerintah tidak serius dalam membuat gapura yang harusnya menjadi salah satu representatif ikon daerah. Harusnya dalam pembuatan itu Pemkab bisa meminta saran dan masukan dari berbagai pihak, terutama terkait desain.
"Seperti tidak punya masyarakat, seperti tidak punya orang-orang yang sekolah di perguruan tinggi. Kepingin sendiri, kenapa tidak diambil langkah-langkah seperti di sayembarakan bakal ada kajian dulu, apa ini ketika Sumedang Selatan itu cirinya seperti apa itu juga bisa," katanya.
Salah seorang seniman asal Sumedang Hendri juga menyampaikan pendapatnya. Dia menyayangkan Pemkab Sumedang tidak melibatkan seniman atau budayawan Sumedang dalam pembuatan gapura tersebut.
"Menurut saya sangat di sayangkan dengan istilahnya Sumedang puseur budaya Sunda tapi keadaannya seperti itu, kenapa tidak melibatkan pelaku-pelaku seni yang ada di Sumedang, mau apa-apanya pasti ada," katanya.
Dia menegaskan tidak ingin menyalahkan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan gapura itu. Hanya saja dia menyarankan sebaiknya Pemkab bisa lebih membuka diri dan meminta masukan masyarakat dalam menjalankan program termasuk pembuatan gapura.
"Disini saya bukan ingin menyalahkan atau bagaimana cuman ini kurang rangkulan terhadap pelaku-pelaku seni yang ada di Sumedang, itu yang sangat disayangkan. Untuk melihat ini sedih ya sedih pribahasanya melihat di Sumedang sendiri dengan kekayaan budayanya dengan kekayaan seninya kenapa gapuranya bisa seperti itu," ujar Hendri.