Ini Pernyataan Lengkap Risma Saat Maafkan Penghinanya

Ini Pernyataan Lengkap Risma Saat Maafkan Penghinanya

Amir Baihaqi - detikNews
Rabu, 05 Feb 2020 19:09 WIB
Wali Kota Risma
Risma memegang dua surat Zikria. (Deny Prastyo Utomo/detikcom)
Surabaya -

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah memaafkan Zikria Dzatil yang telah menghinanya. Surat permintaan maaf Zikria telah dibawa Kapolrestabes Surabaya Kombes Sandi Nugroho ke hadapan Risma. Berikut pernyataan Risma dalam jumpa pers yang dilakukannya di rumah dinas di Jalan Sedap Malam, Selasa (5/2/2020).

"Siang tadi Pak Kapolres mengantar surat ke saya. Tentang permintaan maaf dari Zikria. Suratnya ada dua. Satu permintaan maaf ke saya. Satu ke warga Kota Surabaya. Isinya permintaan maaf kepada saya dan warga Surabaya.

Intinya dia mengaku sangat tidak pantas. Benar-benar tidak pantas dengan apa yang dia lakukan karena di dunia maya yang telah membuat aku terlena dengan bisikan setan katanya. Jadi itu, intinya seperti itu.

Sebetulnya kemarin alasan saya kenapa saya melaporkan, pertama, terus terang itu pribadi saya karena kalau saya kodok, berarti ibu orang tua saya kodok itu. Saya tidak ingin orang tua saya direndahkan. Yang kedua juga karena ada desakan dari warga Surabaya untuk meminta saya melaporkan, akhirnya saya laporkan pribadi sebetulnya. Dan saya diperiksa juga pribadi. Jadi bukan atas nama siapa pun, tapi saya tanda tangan pribadi. Kemudian dan ada beberapa warga Surabaya juga ikut melaporkan.

Sebetulnya saya ini ndak punya medsos dan saya berani disumpah dengan cara apa pun, saya tidak pernah menyuruh siapa pun untuk membela saya, mengaitkan saya dengan apa pun, saya tidak pernah. Karena waktu saya terus terang habis untuk pikirkan Surabaya. Jadi teman-teman boleh lihat, saya nggak mungkin sempat untuk melakukan itu. Tidak ada sedikit pun memerintahkan atau apa pun yang misalkan bela-bela saya atau membaik-baikkan saya, saya nggak pernah.

Kalau itu terjadi, demi Allah, saya tidak tahu apa pun itu. Makanya saya juga kaget, salah apa saya kok saya harus disebut kodok. Ada juga akun yang juga mengikuti menyebut saya kodok. Jadi saya sampaikan, kalau seandainya anak kita atau cucu kita disebut kodok, kira-kira gimana? Itu yang pertama.

Kedua juga ada beberapa akun, saya bersih-bersih jalan, saya bersih-bersih gedung, saya dibilang calon TKW. Saya ingin menyampaikan, apa yang salah dengan TKW. Kita tidak tahu nasib seseorang. Saat ini mungkin saya di atas sebagai wali kota, tapi besok mau jadi apa, tidak ada yang tahu. Bahkan besok mau mati pun kita tidak tahu.

Tapi apa yang salah dengan TKW, apa yang hina dengan TKW mereka bekerja dengan keringat. Apa lebih rendah derajatnya, belum tentu. Bahkan sering saya kalau menyapu di jalan saya selalu melihat petugas sapu atau saluran yang ambilin sampah, kotoran, bahkan kotoran manusia, saya selalu berpikir derajat saya belum tentu tinggi dibandingkan mereka di mata Tuhan.

RismaFoto: Amir Baihaqi

Makanya itu kemudian saya tidak tega, kemudian saya ikut membantu karena saya.... Cobalah siapa yang mau disuruh membersihkan dengan jelas itu kotoran manusia, sudah jelas susah payah, orang tidak bakal mau. Tapi mereka mau membersihkan karena mereka cari uang, kedua juga membantu warga Surabaya agar tidak kotor.

Jadi kenapa kemudian kenapa mereka diejek sebagai TKW. Apa yang salah. Saya bahkan tekan mereka, seluruh PNS saya ada di sini, kepala dinas, coba tanya mereka siapa. Mereka siapa, pelayan. Karena sumpahnya abdi masyarakat. Makanya nggak heran kalau Bu Erna masuk got, memang tugasnya dia. Aku lihat dan aku tidak marah. Karena tugasnya dia kepada masyarakat.

Yang paling berat adalah di hadapan Allah. Mereka semua disumpah, termasuk saya, disumpah kepada Tuhan. Daripada nanti saat kita sudah dipanggil oleh Tuhan menghadap di sana dimintai pertanggungjawaban, kita nggak bisa jawab, mending kita kerjakan sekarang. Itu kenapa saya yakin kepada teman-teman (pejabat).

Saya diomong, muka saya jelek, tidak layak di Jakarta. Saya juga jadi wali kota dulu tidak minta. Karena bagi saya pantang jabatan untuk diminta. Saya tidak pernah ngomong saya mau atau tidak, ndak pernah saya. Ayolah, sejelek apa pun saya, saya ciptaan Allah, saya ciptaan Tuhan.

Saya maafkan yang bersangkutan. Saya sebagai manusia, saya maafkan. Beliau juga manusia. Kalau dia sudah minta maaf, maka saya wajib memberikan maaf. Karena Allah pun memberikan maaf untuk umatnya yang salah. Karena itu, saya kalau dibanding Allah tidak ada apa-apanya. Saya hanya mencontoh berbuat baik. Urusan hukum saya serahkan kepada Kapolres, tapi saya sudah memaafkan iya.

Jadi kepada warga Surabaya, mari kita hilangkan kebencian. Kita tidak boleh hanya karena saya, kemudian kita saling bermusuhan. Saya nggak kepingin itu. Biarlah kita serahkan kepada Allah, kita serahkan kepada Tuhan, untuk selanjutnya apa yang terjadi. Tapi saya berharap seluruh warga saya, kalau masih mencintai saya, tolong dimaafkan. Karena sekali lagi Tuhan pun memaafkan orang yang bersalah.

Ini ada surat permintaan maafnya kepada warga Surabaya. Mari kita bersama-sama berbesar hati untuk bisa memaafkan. Untuk masalah hukum, nanti biar Pak Kapolres yang menjelaskan."

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.