Kenangan Terakhir Ketum PP Muhammadiyah dengan Gus Sholah

Kenangan Terakhir Ketum PP Muhammadiyah dengan Gus Sholah

Enggran Eko Budianto - detikNews
Senin, 03 Feb 2020 18:28 WIB
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Ketum PP Muhammdiyah di pemakaman Gus Sholah (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikcom)
Jombang -

Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mempunyai kenangan tersendiri dengan KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. Salah satunya terkait proses produksi film jejak dua ulama besar KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan.

Hal itu dikatakan Haedar saat memberi sambutan di pemakaman Gus Sholah di Ponpes Tebuireng, Jalan Irian Jaya, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Menurut dia, ada kenangan yang tidak terlupakan bersama Gus Sholah beberapa waktu lalu.

"Pada 12-14 Januari lalu, setelah Gus Sholah bersama Ibu dan Mas Ipang bersilaturahmi ke rumah di Yogyakarta. Kita sedang menuntaskan film Jejak Dua Ulama Besar KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan," kata Haedar dalam sambutannya, Senin (3/2/2020).

Ia menuturkan, semasa hidupnya Gus Sholah ingin film tersebut tidak hanya diterima di kalangan umat, tapi juga diterima masyarakat luas, termasuk generasi muda. Bahkan saat sedang sakit 14 Januari lalu, adik kandung Gus Dur itu mengajak Haedar menulis surat ke Presiden Joko Widodo. Dia dan Gus Sholah ingin launching Film Jejak Dua Ulama Besar disaksikan oleh Presiden.

"Maka kita bikin (surat untuk Presiden Jokowi) tanggal 22 Januari yang kita tandatangani berdua. Sampai beliau sakit, beliau tetap ingin melihat film ini tuntas. Bahkan tanggal 2 Februari ada review dan pemutaran film perdana di PP Muhammadiyah, tapi Allah menghendaki jalan terbaik bagi Gus Sholah. Akhir dari perjalanan beliau penuh jejak kebaikan untuk kita teladani," terangnya.

Selain itu, lanjut Haedar, Gus Sholah menjadi salah satu ulama yang tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah pada Pemilu 2019. "Beliau bersilaturahmi ke banyak tokoh dan kalangan. Beliau ingin bangsa ini dengan keberagamannya tetap utuh. Beliau juga sosok yang demokratis dan egaliter," ungkapnya.

Oleh sebab itu, Haedar merasa sangat kehilangan setelah Gus Sholah wafat. Dia menilai cucu tokoh pendiri NU KH Hasyim Asy'ari itu sebagai tokoh yang sederhana, gemar bersilaturahmi, selalu mencarikan solusi untuk permasalahan umat dan Bangsa Indonesia, serta sosok yang diterima semua kalangan.

"Kami sungguh kehilangan beliau. Karena saat masih banyak jejak yang ingin beliau hadirkan untuk kebaikan umat dan bangsa, akhirnya beliau menghadap Allah SWT," tandasnya.

Gus Solah Wafat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta pada Minggu (2/2/2020) sekitar pukul 20.55 WIB. Pengasuh Ponpes Tebuireng itu sempat kritis setelah menjalani operasi jantung, Jumat (31/1). Jenazahnya dimakamkan tepat di sebelah utara makam ayahnya, KH Wahid Hasyim sekitar pukul 14.30 WIB.

Prosesi pemakaman Gus Sholah dihadiri sejumlah tokoh. Yaitu Menkopulhukam Mahfud MD, Putri Gus Dur Yenny Wahid, Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Wagub Jatim Emil Dardak dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Selain itu, hadir pula Bupati Jombang Mundjidah Wahab, Mantan Gubernur Jatim Soekarwo, Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar, KH Anwar Mansyur dari PP Lirboyo, Kediri, sahabat Gus Sholah KH Mustofa Bisri atau Gus Mus dari Rembang, Jateng, serta Istri Gus Sholah Bu Nyai Farida dan keluarga Ponpes Tebuireng nampak berada di pemakaman sampai selesai.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.